Epidemiologi Karsinoma Nasofaring
Data epidemiologi menunjukkan bahwa karsinoma nasofaring memiliki insidensi paling tinggi di area Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kejadian lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan.[9]
Global
Tingkat insiden standar usia (ASIRs) berkisar antara 2,1 per 100.000 di Asia dan 0,4 per 100.000 di Eropa. Tingkat ASIRs tertinggi tercatat di Asia Timur dan Tenggara, termasuk Singapura, Maladewa, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. ASIR dilaporkan sebesar 7 per 100.000 di Singapura dan 6 per 100.000 di Malaysia dan Vietnam.
Pada tahun 2018, dilaporkan lebih dari 129.000 kasus baru global dari karsinoma nasofaring. Rasio insiden antara pria dan wanita adalah 2,75, dengan kecenderungan yang lebih tinggi pada populasi pria.[9]
Indonesia
Menurut data badan Litbangkes, di RS Kanker Dharmais tahun 2018, terdapat 10 jenis kanker yang menempati proporsi terbesar, yaitu kanker payudara, kanker serviks, kanker paru, kanker nasofaring, kanker kolorektal, kanker hati, dan limfoma non-Hodgkin. Di Indonesia, kanker nasofaring di Indonesia merupakan jenis keganasan yang paling sering terjadi pada area kepala dan leher dan menempati peringkat-5 dengan 19.943 kasus baru pada tahun 2020.[4]
Mortalitas
Di Eropa, angka kesintasan 5 tahun karsinoma nasofaring telah dilaporkan sebesar 49%. Di Amerika Serikat, angka kesintasan 5 tahun dilaporkan mencapai 60%.
Sementara itu, di Asia angka kesintasan dipengaruhi usia saat diagnosis dan jenis kelamin. Angka kesintasan 5 tahun dilaporkan paling tinggi, yakni sebesar 72%, pada kelompok usia 15-45 tahun. Angka ini terendah pada kelompok usia 65-74 tahun, yakni sebesar 36%. Kesintasan pada wanita dilaporkan lebih baik dibandingkan pria.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha