Diagnosis Perforasi Membran Timpani
Diagnosis perforasi membran timpani dapat ditegakkan melalui pemeriksaan otoscopy. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan manifestasi klinis berupa otorea, tinitus, dan gangguan pendengaran.
Anamnesis
Gejala yang ditimbulkan oleh perforasi membran timpani bervariasi, tergantung pada etiologi yang mendasari. Manifestasi yang sering dijumpai adalah otorea (terkadang disertai darah), tinitus, gangguan pendengaran, sensasi penuh pada telinga, dan vertigo. Keluhan tinitus dan vertigo dapat ditemukan bila ada keterlibatan telinga bagian dalam.[2,3]
Perforasi membran timpani tanpa komplikasi tidak disertai dengan otalgia. Adanya otalgia menandakan proses penyakit ini sedang berlangsung.
Sebagian besar kasus perforasi didahului dengan otitis media berulang dengan gejala demam, otalgia, dan gejala infeksi saluran pernapasan atas sebelumnya.
Pada kasus noninfeksi, perlu ditanyakan mengenai riwayat perubahan tekanan atau trauma lainnya. Pada kasus trauma, manifestasi yang sering ditemukan adalah nyeri berat yang muncul tiba-tiba, gangguan pendengaran, tinitus, fistula perilimfe, dan cedera nervus fasial.[1,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus perforasi membran timpani dilakukan dengan menggunakan otoskop untuk mempermudah visualisasi membran timpani. Pada beberapa kasus, membran timpani tidak dapat terlihat karena impaksi serumen, eksostosis (pertumbuhan tulang abnormal pada saluran telinga), atau benda asing. Impaksi serumen perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum otoscopy dilakukan.
Sebagian besar kasus perforasi membran timpani dapat ditegakkan dengan temuan membran timpani yang ruptur/tidak intak.[2,5,7]
Berdasarkan lokasi anatomi, perforasi membran timpani dapat dibagi menjadi tipe sentral, marginal, dan atik. Pada tipe sentral, perforasi terletak pada bagian pars tensa dengan bagian annulus intak. Sedangkan pada tipe marginal, terdapat destruksi anulus dan sulkus timpani, dan pada tipe atik perforasi terletak pada pars flaksida.[1,4]
Sebuah studi oleh Naylor et al melaporkan temuan pemeriksaan berupa “otoscope fogging, yaitu pembentukan kondensasi pada lapang pandang otoskop saat otoscopy.
Gambaran ini terjadi karena celah perforasi menyebabkan udara hangat yang berasal dari nasofaring dapat berpindah menuju telinga tengah dan kemudian ke telinga bagian luar. “Otoscope fogging” dapat memberikan manfaat dalam diagnosis perforasi yang tersembunyi yang tidak terlihat dengan visualisasi.[2,13]
Diagnosis Banding
Perforasi membran timpani biasanya mudah diidentifikasi berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik. Namun, beberapa kondisi lain perlu dipertimbangkan saat mengevaluasi perforasi membran timpani. Diagnosis banding perforasi membran timpani adalah otitis eksterna, otitis media akut, dan kolesteatoma.
Otitis Eksterna
Otitis eksterna sering kali menunjukkan manifestasi berupa otorea, sehingga perlu dibedakan dengan perforasi membran timpani yang dapat terjadi akibat otitis media supuratif kronis. Pada otitis eksterna, didapatkan nyeri tragus dan eritema pada saluran telinga. Otoscopy akan menunjukkan gambaran ruptur membran timpani pada kasus perforasi, tetapi edema pada KAE akibat otitis eksterna sering kali menyebabkan membran timpani sulit untuk dinilai.
Otitis Media Akut
Otalgia merupakan salah satu manifestasi klinis yang menonjol pada kasus otitis media akut. Selain itu, dapat juga terjadi demam, muntah, anoreksia, dan tidur yang terganggu akibat rasa nyeri. Pemeriksaan otoscopy pada otitis media akut dapat menunjukkan gambaran membran timpani yang merah, bulging, atau mengalami perforasi, tergantung pada stadium otitis media.
Kolesteatoma
Pada kolesteatoma, dapat dijumpai otorea yang tidak nyeri. Kolesteatoma yang telah mengerosi bagian osikular dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang persisten dan berat. Pada pemeriksaan otoscopy, dapat ditemukan debris keratin berwarna putih yang berada di membran timpani kuadran posterosuperior.[2,14-16]
Pemeriksaan Penunjang
Perforasi membran timpani biasanya dapat ditegakkan dengan otoscopy. Apabila saat pemeriksaan ruptur membran timpani tidak terlihat jelas, pneumatic otoscopy dan timpanometri dapat digunakan untuk melihat perforasi.
Timpanometri
Timpanometri bertujuan untuk mengukur gelombang suara yang dialirkan menuju telinga tengah di bawah kondisi perubahan tekanan udara. Pada membran timpani yang intak, tekanan udara akan sama pada kedua sisi membran dan transmisi energi bunyi terjadi maksimal. Hal ini akan menghasilkan gambaran memuncak pada timpanometri.
Apabila perforasi terjadi, energi bunyi akan ditransmisikan melalui lubang pada membran timpani, sehingga akan didapatkan gambaran timpanometri datar. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila perforasi tidak tampak melalui pemeriksaan otoscopy.[2,17]
Otomikroskopi
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi perforasi yang berukuran kecil. Pada beberapa kasus, pemeriksaan menggunakan otomikroskopi masih belum dapat menegakkan diagnosis perforasi.[2,5]
Audiometri
Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengidentifikasi gangguan pendengaran> Audiometri perlu dilakukan saat diagnosis perforasi ditegakkan dan sebelum dilakukan tindakan rekonstruksi membran timpani. Pemeriksaan audiometri pada perforasi membran timpani umumnya menunjukkan tuli konduktif. Gangguan yang mencapai 30 dB mengindikasikan adanya gangguan pada bagian osikular.[5]
Pencitraan
Pencitraan bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk mendiagnosis perforasi membran timpani dan hanya digunakan bila terdapat komplikasi berupa kolesteatoma atau kecurigaan destruksi tulang osikular.[5]