Patofisiologi Rhinitis Kronik
Patofisiologi rhinitis kronik dibedakan menjadi rhinitis alergi dan nonalergi, di mana perjalanan penyakit keduanya memiliki perbedaan. Namun, keluhan yang timbul sama, baik pada rhinitis alergi maupun nonalergi.
Rhinitis Alergi
Patofisiologi rhinitis alergi diawali dengan sensitisasi alergen. Pada beberapa individu yang memiliki kecenderungan alergi, paparan protein asing atau alergen ekstrinsik tertentu menyebabkan reaksi alergi yang ditandai dengan produksi immunoglobulin E (IgE) spesifik terhadap protein tersebut. IgE spesifik tersebut menyelimuti permukaan sel mast yang terdapat pada mukosa hidung, sehingga saat alergen masuk ke hidung akan terjadi pelepasan sejumlah mediator secara langsung dan tertunda.
Mediator yang secara langsung dilepaskan adalah histamin, triptase, kimase, kinin, dan heparin. Sel mast juga ikut melepaskan mediator lainnya, yaitu leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator-mediator tersebut melalui beberapa interaksi, menyebabkan timbulnya gejala seperti rhinorrhea, gatal, bersin, hidung tersumbat, kemerahan, dan post nasal drip.[6]
Rhinitis Nonalergi
Rhinitis nonalergi memiliki banyak subtipe, diantaranya rhinitis vasomotor dan gustatory rhinitis.
Rhinitis Vasomotor
Patofisiologi yang mendasari terjadinya rhinitis vasomotor secara pasti belum diketahui, diduga melibatkan atopi lokal, disfungsi saraf nosiseptif dan disfungsi otonom. Kriteria rhinitis vasomotor adalah eksklusi dari rhinitis alergi, tidak ditemukan eosinofilia nasal, dan juga tidak ada kelainan anatomi atau penyakit sistemik lain.[7,8]
Gustatory Rhinitis
Gustatory rhinitis merupakan rhinitis yang dipicu karena makanan atau minuman, misalnya makanan pedas, makanan panas, bir, dan wine. Hal ini terjadi karena adanya vasodilatasi langsung yang menyebabkan timbulnya rhinorrhea.[5,8]
Nonallergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome (NARES)
Patofisiologi pada Nonallergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome (NARES) juga belum dipahami secara pasti, namun proses peradangan yang terjadi melibatkan eosinofil secara terus menerus dengan perkembangan mikropoliposis dan poliposis hidung. Sel mast diduga juga mempunya peranan penting pada patofisiologi kondisi ini.[5,8]
Rhinitis Atrofi
Rhinitis atrofi melibatkan atrofi progresif mukosa hidung yang menyebabkan pengerasan kulit dan pengeringan mukosa hidung.[5,8]
Rhinitis Medikamentosa
Rhinitis medikamentosa merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan rhinitis yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan berulang dan berkepanjangan dari agen adrenergik topikal dan dekongestan atau vasokonstriktor.[5,8]
Hormonal Rhinitis
Perubahan hormonal terkait menstruasi atau kehamilan dapat menyebabkan terjadinya rhinitis. Rhinitis yang sudah ada sebelumnya, diperburuk dengan terjadinya perubahan fisiologis pada kehamilan, misalnya vasodilatasi pembuluh darah dan relaksasi otot polos.[5,8]
Rhinitis Terkait Pekerjaan (Occupational Rhinitis)
Rhinitis akibat kerja merupakan rhinitis yang terjadi akibat paparan pada pekerjaan, misalnya paparan tepung, lateks, dan bahan kimia.[5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini