Epidemiologi Fraktur Temporal
Secara epidemiologi, fraktur temporal ditemukan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada orang dewasa, 90% dari fraktur temporal disertai dengan trauma intrakranial, dan 9% disertai dengan trauma vertebra servikal.[1,2]
Global
Fraktur ditemukan pada 23-66% pasien dengan trauma kepala, dengan 21% diantaranya merupakan fraktur basis kranii, mayoritas disebabkan oleh trauma kepala tumpul. Sebesar 75% dari pasien fraktur basis kranii mencakup fraktur tulang temporal.[3]
Data global menunjukkan bahwa laki-laki menderita fraktur temporal tiga kali lebih banyak dibanding perempuan. Fraktur temporal umumnya ditemukan unilateral. Fraktur ini menyumbang sebanyak 14-22% dari fraktur cranium secara umum.[1,2]
Salah satu penelitian di Malaysia sebagai salah satu negara tetangga Indonesia menyebutkan, dari 1.309 cedera kepala, 4,7% di antaranya didiagnosis sebagai fraktur tulang temporal. Penyebab cedera kepala didominasi oleh kecelakaan lalu lintas, diikuti oleh jatuh, kekerasan, kecelakaan pabrik, dan cedera olahraga. Distribusi lebih banyak ditemukan pada pasien pria dan pada tulang temporal kanan.[4]
Indonesia
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon melaporkan selama satu tahun menerima 111 kasus cedera kepala, dengan 72,9% diantaranya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, diikuti oleh jatuh dari ketinggian, korban kekerasan, dan tertimpa benda jatuh. Secara keseluruhan, cedera kepala didominasi oleh laki-laki, perbandingan 7:3 dengan perempuan.[5]
Namun, hingga saat ini belum ada data mengenai angka kejadian fraktur temporal di Indonesia.
Mortalitas dan Morbiditas
Pada orang dewasa, 90% dari fraktur temporal disertai dengan trauma intrakranial, dan 9% disertai dengan trauma vertebra servikal. Fraktur temporal yang berdiri sendiri sebetulnya tidak menimbulkan kematian. Namun, trauma lainnya pada kepala dan vertebra yang sering ditemukan bersamaan dengan kondisi ini dapat bersifat fatal.[2]