Etiologi Hipospadia
Etiologi hipospadia belum diketahui secara jelas namun diduga bersifat multifaktorial. Faktor genetik diduga poligenik dan kejadiannya lebih banyak diamati pada laki-laki dengan riwayat keluarga hipospadia. Selain itu faktor hormonal yang berkaitan dengan androgen serta faktor lingkungan juga diduga dapat menyebabkan hipospadia.[7]
Etiologi
Hipospadia diturunkan secara merata dari pihak ibu dan ayah dengan kemungkinan sebesar 55-77%. Kejadian ini umumnya berhubungan dengan hipospadia distal dan medial. Sekitar 90% hipospadia bersifat idiopatik.[3,6,9]
Selain itu terdapat pula hipospadia yang berhubungan dengan sindrom, antara lain sindrom Smith-Lemli-Opitz, sindrom WAGR (yang terdiri dari Wilms tumor, aniridia, anomali genital, dan retardasi mental), sindrom Opitz G/BBB, sindrom Wolf-Hirschhorn, syndrom delesi 13q, dan hand-foot-uterus syndrome.[3,6]
Gangguan pada metabolisme atau fungsi androgen berhubungan dengan terjadinya hipospadia. Sekitar 50% anak dengan hipospadia berat memiliki satu atau lebih defek pada enzim yang dibutuhkan dalam biosintesis testosteron. Mutasi 5-alpha reductase, enzim yang berfungsi dalam konversi testosteron menjadi bentuk yang lebih poten (dihydrotestosterone/DHT), ditemukan pada sekitar 10% anak dengan isolated hypospadias. Defisiensi reseptor androgen, secara kuantitatif maupun kualitatif, juga dapat menyebabkan hipospadia.[7,12]
Paparan hormonal pada saat kehamilan terutama pada trimester pertama diduga dapat menyebabkan disrupsi androgen sehingga menyebabkan hipospadia. Penggunaan kontrasepsi oral seperti progestin pasca konsepsi, dietilstilbestrol dan difenil etil polibrominasi yang merupakan zat yang sering ditemukan pada cat, pestisida, bahan kimia industri dapat menyebabkan stimulasi androgen. Meski demikian, sebuah studi terdapat studi yang menyatakan bahwa konsumsi phytoestrogen yang tinggi dapat mengurangi risiko terjadinya hipospadia.[9]
Usia ibu saat hamil di atas 35 tahun, primiparitas, subfertilitas paternal, bayi laki-laki yang lahir dengan program kehamilan fertilisasi in vitro (IVF) dan injeksi sperma intrasitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection/ICSI), bayi dengan berat badan lahir rendah serta kurangnya konsumsi daging dan ikan adalah beberapa faktor lingkungan yang dikaitkan dengan hipospadia.[12-14]
Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya hipospadia adalah jenis kelamin laki-laki dan riwayat hipospadia dalam keluarga. Faktor risiko lainnya dipengaruhi oleh kondisi maternal, masa prenatal dan perinatal, yaitu:
- Ibu hamil di atas 35 tahun
- Diabetes melitus maternal
- Usia kehamilan di bawah 37 minggu
- Paparan pestisida dan merokok saat kehamilan
- Insufisiensi plasenta
- Prematur
- Fetal growth restriction
- IVF[9,13]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja