Penatalaksanaan Hipospadia
Penatalaksanaan hipospadia dimulai dari rujukan terhadap dokter spesialis urologi pediatrik. Pasien dengan kasus hipospadia yang berisiko gangguan berkemih, disfungsi seksual, atau gangguan perkembangan genital perlu tatalaksana definitif, yaitu pembedahan. Pasien yang didiagnosa dengan hipospadia harus segera dirujuk untuk evaluasi lanjutan pada minggu pertama kehidupannya.[8,22]
Tindakan pembedahan pada hipospadia bertujuan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan pancaran urin, alasan kosmetik dan kelak untuk memperbaiki fungsi seksual. Pemberian androgen preoperatif untuk memperbesar penis sehingga dapat memudahkan tindakan pembedahan masih bersifat kontroversial.[5,7,10,23]
Pembedahan
Pembedahan dapat mulai dikerjakan saat anak berusia 6-18 bulan, diharapkan pembedahan selesai sebelum usia sekolah. Indikasi pembedahan pada hipospadia adalah meatus yang terletak lebih proksimal (ektopik) sehingga menyebabkan defleksi atau pancaran urin ke arah ventral. Indikasi lain meliputi meatal stenosis, kurvatura penis anterior, cleft glans, rotated penis dengan abnormal cutaneous raphe, preputial hood, transposisi penoskrotal, dan split scrotum.[14,15]
Pembedahan hipospadia bertujuan untuk mencapai kondisi sebagai berikut:
- Perbaikan uretra sehingga letak meatus eksterna lebih alami di apeks glans penis
- Hilangnya korde sehingga penis lurus (straight penis)
- Bentuk glans penis menjadi kerucut yang natural
- Rekonstruksi preputium sehingga mudah ditarik
- Skrotum yang tampak normal
- Hasil kosmetik secara objektif dapat diterima dan dipikirkan untuk hubungan seksual di masa depan [7,15,22]
Tahapan-tahapan rekonstruksi hipospadia diawali dengan penis degloving, koreksi kurvatura penis (ortoplasti), rekonstruksi uretra (uretroplasti), vaskularisasi pada uretroplasti, rekonstruksi glans (glansplasti), dan terakhir sebagai kosmetik.[8,14,15]
Untuk mencapai hasil yang memuaskan diperlukan kaca pembesar dan benang jahit khusus, pengetahuan mengenai berbagai bedah plastik (rotational skin flaps, free tissue transfer), penggunaan dermatom, perawatan luka dan terapi pasca bedah. Berbagai metode rekonstruksi telah diperkenalkan mulai dari metode satu tahap hingga dua tahap. Pilihan metode tergantung dari pengalaman operator.[8,14,15]
Metode pembedahan hipospadia distal yang dapat dilakukan adalah:
Tubularized Incised Urethral Plate (TIP),
Meatal based-flap (Mathieu),
Tubularization (Thiersch Duplay),
Meatal Advancement And Glanuloplasty (MAGPI),
- King, dan
- Prosedur pembedahan hipospadia midshaft dapat berupa TIP, onlay island flap, Thiersch Duplay, Mathieu[4,14,23]
Prosedur pembedahan hipospadia proksimal dibagi berdasarkan ada atau tidaknya korde. Pada kasus pembedahan hipospadia proksimal tanpa/disertai korde yang bertujuan tetap mempertahankan lempeng uretra, prosedur Onlay atau TIP dapat dilakukan. Di sisi lain, pada kasus hipospadia proksimal disertai korde yang tidak akan mempertahankan lempeng uretra, pilihan prosedur dapat berupa Tube-onlay, inlay-onlay, two-stage repair, Koyanagi repair.[14,15]
Drainase urin secara transuretral menggunakan stent, dapat pula dengan suprapubic-tube. Drainase boleh tidak dilakukan pada hipospadia distal, meski banyak ahli tetap menggunakannya. Belum ada konsensus seragam mengenai jenis dressing luka dan pemberian antibiotik profilaksis.[14,23]
Terapi Androgen Preoperatif
Pemberian androgen preoperatif dalam bentuk testosteron sistemik, testosteron topikal, dihydrotestosterone (DHT) and human chorionic gonadotropin (hCG) untuk memperbesar penis sehingga dapat memudahkan tindakan pembedahan masih bersifat kontroversial.[7,14,15,23]
Belum ada guideline yang merekomendasikan penggunaan androgen dan derivat lainnya. Sebuah studi menyatakan testosteron parenteral preoperatif mengurangi tingkat komplikasi (dari 13,18% menjadi 5,45). Namun studi lain melaporkan peningkatan komplikasi pasca bedah (termasuk fistula dan dehiscence).[7,14,15,23]
Testosteron juga memiliki dampak negatif terhadap penyembuhan luka dan meningkatkan risiko perdarahan intraoperatif. Meski begitu, dalam praktiknya testosteron masih digunakan oleh 78% dokter spesialis urologi. Penggunaan testosteron harus dihentikan 1-2 bulan sebelum pembedahan untuk menghindari risiko intra maupun postoperatif.[7,14,15,23]
Follow-up
Follow-up setelah tindakan pembedahan hipospadia dilakukan untuk melihat apakah ada komplikasi pasca pembedahan seperti striktur uretra, disfungsi miksi, kurvatur penile rekuren, divertikula, dehiscence glans penis. Umumnya follow-up dilakukan pada interval 6 minggu, 1 tahun, setelah toilet training dan dewasa muda. Beberapa pemeriksaan follow-up yang dilakukan, adalah:
- Tes uroflowmetry termasuk penghitungan volume miksi, maximum flow, medium flow, dan waktu miksi
- Evaluasi tekanan detrusorial dan aspek morfologi dan urodinamik dari uretra yang baru direkonstruksi menggunakan uretrogram dan endoskopi
- Pemeriksaan flow rate pada 3 minggu pasca bedah. Pasien yang menunjukkan laju aliran normal dapat diperiksa setelah 3 bulan dan 12 bulan pasca bedah, sedangkan pasien yang menunjukkan stenosis ringan diindikasikan untuk dilatasi uretra dan pemeriksaan ulang setelah 3 minggu
- Pada follow-up bulan ketiga dilakukan penilaian tentang kurvatura persisten atau masalah lainnya.
- Mayoritas komplikasi operasi perbaikan hipospadia (fistula, glans dehiscence, striktur uretra dan divertikulum) didiagnosis setelah satu tahun pasca bedah (50-81 %)
Follow-up jangka panjang setidaknya dilakukan hingga masa pubertas untuk menyingkirkan hypertrophic urethral scarring atau inflamasi kronik yang tidak terdeteksi [8,23,24]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja