Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Retensi Urin annisa-meidina 2025-03-17T11:44:38+07:00 2025-03-17T11:44:38+07:00
Retensi Urin
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Retensi Urin

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Retensi urin adalah kondisi ketika urin tersisa atau tidak bisa keluar dari kandung kemih, misalnya akibat adanya obstruksi batu ginjal di uretra atau akibat obstruksi terkait benign prostate hyperplasia (BPH). Pada kasus retensi urin, seseorang tidak mampu berkemih secara spontan atau terjadi peningkatan volume residu urin setelah berkemih.[1,2]

Gejala retensi urin akut meliputi nyeri suprapubik, ketidakmampuan berkemih, urgensi, dan perasaan kandung kemih tidak kosong sepenuhnya. Sementara itu, retensi urin kronis ditandai dengan gejala seperti aliran urin yang lambat, mengejan saat berkemih, atau inkontinensia akibat overflow. Pemeriksaan fisik sering menunjukkan distensi kandung kemih.

Sick,Middle,Aged,Man,With,Cystitis,From,Frequent,Urinary,Retention

Diagnosis ditegakkan melalui pengukuran residu urin pasca berkemih menggunakan ultrasonografi atau kateterisasi. Pemeriksaan tambahan seperti urinalisis dan kultur urin dilakukan pada kondisi tertentu. Etiologi yang mendasari retensi urin juga perlu ditentukan, seperti obstruksi akibat batu uretra atau benign prostate hyperplasia (BPH), efek samping obat, maupun gangguan neurologis.[1-3]

Tata laksana retensi urin dibedakan menjadi penganan awal dan penanganan definitif. Penangan awal retensi urin akut adalah pemasangan kateter Foley untuk mengosongkan kandung kemih dan mengurangi gejala. Kateterisasi intermiten dapat dilakukan pada pasien dengan volume residu urin <1000 mL, sementara pasien dengan residu >1000 mL atau yang tidak dapat melakukan kateterisasi mandiri lebih baik menggunakan kateter Foley menetap.

Pada kasus retensi urin akibat BPH, dapat dipertimbangan terapi medikamentosa seperti α-blocker atau finasteride untuk membantu mengurangi ukuran prostat dan mencegah retensi berulang. Jika diperlukan, tindakan seperti pemasangan kateter suprapubik atau prosedur bedah dapat dilakukan untuk menangani kasus yang lebih kompleks.[1-4]

Referensi

1. Dougherty JM, Leslie SW, Aeddula NR. Male Urinary Retention: Acute and Chronic. In: StatPearls. StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538499/
2. Leslie SW, Rawla P, Dougherty JM. Female Urinary Retention. In: StatPearls. StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538497/
3. Pomajzl AJ, Siref LE. Postoperative Urinary Retention. In: StatPearls. StatPearls Publishing; 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/books/NBK549844/
4. Billet M, Windsor TA. Urinary Retention. Emerg Med Clin North Am. 2019 Nov;37(4):649-660. doi: 10.1016/j.emc.2019.07.005.

Patofisiologi Retensi Urin

Artikel Terkait

  • Red Flag Retensi Urine
    Red Flag Retensi Urine
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 17 Desember 2024, 09:32
Retensi urin ec susp intoksikasi asam jengkolat?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok, sy mau diskusi kasus unik yg sy temui di igd dok.Px laki2 usia 54 th dgn keluhan bak keluar sedikit2 sejak 12 jam terakhir. Sy dx dengan Retensi...
Anonymous
Dibalas 14 April 2022, 14:22
Tanda bahaya retensi urine - Urologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Dian, Sp.UIzin bertanya, Dok. Untuk pasien retensi urine, apakah tanda-tanda bahaya yang menandakan pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis...
Anonymous
Dibalas 31 Maret 2022, 02:25
Penyebab retensi urin jika prostat tidak teraba pada rectal toucher
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izi bertanya pada pasien dengan retensio urin apakah dapat di sebabkan oleh BPH sementara pada rectal toucher tidak terdapat benjolan prostat .?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.