Diagnosis Seminoma Testis
Diagnosis seminoma testis perlu dicurigai pada pasien dengan massa testis asimptomatik. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan stadium tumor adalah ultrasonografi testis, rontgen, CT scan, dan histopatologi.[1,3,5]
Anamnesis
Pasien seminoma testis biasanya datang dengan keluhan massa testis yang tidak menimbulkan nyeri. Pasien juga bisa mengeluhkan infertilitas.
Keluhan lain yang bisa muncul walaupun jarang adalah nyeri testis dan keluhan terkait metastasis. Seminoma testis sebetulnya jarang menimbulkan nyeri. Nyeri bisa muncul jika seminoma disertai dengan hidrokel. Selain itu, ada juga kasus dimana massa testis tidak teraba dan malah ditemukan massa retroperitoneal dan massa di kavum thoraks akibat metastasis seminoma.[1,3,6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya terdapat massa unilateral yang teraba padat hingga keras yang terlokalisir pada testis. Massa tersebut dapat disertai dengan hidrokel yang akan menghalangi palpasi. Massa dapat dideteksi oleh pasien sendiri atau muncul sebagai temuan ultrasonografi yang tidak disengaja.
Meskipun sangat jarang terjadi, pasien juga bisa datang dengan metastasis dan bermanifestasi sebagai limfadenopati atau massa retroperitoneum dan mediastinum anterior.[1,7]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit dapat menyerupai seminoma baik dari tampilan klinis maupun dari gambaran pemeriksaan penunjang.
Trauma Testis
Pada trauma testis, terdapat riwayat trauma sebelumnya. Pemeriksaan ultrasonografi pada hematoma testis menunjukkan gambaran yang berevolusi seiring dengan berjalannya waktu. Pada fase akut, hematoma tampak sebagai lesi iso- hingga hiperekoik. Kemudian ukuran hematoma dapat mengecil dan menjadi hipoekoik. Berbeda dengan seminoma, pemeriksaan ultrasonografi Doppler pada hematoma menunjukkan lesi avaskular.[3,6]
Infeksi Testis
Orchitis dengan atau tanpa abses dapat menyerupai seminoma. Pada fase akut, edema testis difus menghasilkan gambaran hipoekoik. Ultrasonografi doppler menunjukkan peningkatan vaskularisasi pada orchitis dan seminoma. Namun, pada infeksi testis dapat ditemukan epididimitis, hidrokel reaktif, dan edema skrotum.[3,6]
Kista Epidermoid
Kista epidermoid terbentuk dari epitel skuamosa, bertingkat, berkeratin yang dikelilingi oleh dinding fibrosa. Meskipun merupakan lesi kistik, kista epidermoid dapat menyerupai tampilan lesi padat. Penyakit ini dapat dibedakan dengan gambaran khas “onion ring” yang terlihat pada ultrasonografi, serta gambaran avaskular dari Doppler.[3]
Tumor Testis Nonseminoma
Umumnya penderita tumor testis nonseminoma berusia lebih muda dibandingkan dengan penderita tumor seminoma. Tumor testis nonseminoma yang paling umum adalah mixed germ cell (MGC). MGC memiliki lesi dengan batas yang tidak tegas jika dibandingkan dengan seminoma. Pencitraan pada MGC menunjukkan gambaran kistik dan kalsifikasi.[3,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis seminoma meliputi pemeriksaan ultrasonografi, CT scan, PET scan, dan pemeriksaan tumor marker.
Ultrasonografi Testis
Ultrasonografi testis bertujuan untuk menentukan apakah massa intratestikular atau ekstratestikular, menilai volume dan lokasi anatomis dari lesi, serta untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain. Ultrasonografi testis tetap harus dilakukan untuk evaluasi awal meskipun lesi testis secara klinis tidak meragukan dan untuk evaluasi fertilitas.[1,7]
Pada seminoma testis, biasanya ultrasonografi testis menunjukkan massa intratestikular yang relatif hipoekoik dan cenderung homogen. Seiring bertambahnya ukuran massa, temuan ultrasonografi dapat menjadi kurang homogen karena adanya perdarahan dan nekrosis. Ultrasonografi Doppler menunjukkan peningkatan vaskularitas dibandingkan dengan testis yang normal.[1,3]
CT Scan
CT scan merupakan modalitas pencitraan paling sensitif dalam evaluasi thoraks, abdomen, dan pelvis untuk penentuan stadium tumor. CT scan dengan kontras direkomendasikan pada seluruh pasien sebelum dilakukan orchiectomy, namun boleh ditunda hingga terdapat konfirmasi histopatologi.[7]
CT scan abdomen dan panggul dilakukan untuk penentuan stadium inisial. Namun, pemeriksaan ini masih memiliki kemungkinan gagal mengidentifikasi nodus retroperitoneal hingga 15-20%. CT thoraks biasanya direkomendasikan apabila pemeriksaan rontgen thoraks menunjukkan abnormalitas.[1]
Positron Emission Tomography (PET scan)
PET scan tidak direkomendasikan untuk keperluan penentuan stadium inisial dan follow-up kanker testis. Namun, pemeriksaan ini dapat berguna dalam melacak aktivitas dan pertumbuhan massa residual setelah kemoterapi definitif.
PET scan sebaiknya dilakukan setelah 2 bulan pasca kemoterapi siklus terakhir. PET scan memiliki nilai prediktif yang rendah untuk seminoma residual yaitu 20% dan negatif palsu sebesar 80%. Sehingga diperlukan kehati-hatian apabila menentukan terapi berdasarkan hasil PET scan.[1,7]
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi massa intratestikular. Namun MRI dapat membedakan secara akurat antara tumor seminoma dengan nonseminoma. Seminoma menunjukkan gambaran tumor homogen, batas tegas, multinodular, dengan sinyal intensitas rendah pada T2-weighted images. Beberapa daerah dengan intensitas heterogen menunjukkan adanya perdarahan atau nekrosis.[3]
Tumor Marker
Beberapa pemeriksaan laboratorium termasuk tumor marker harus diperiksa sebelum orchiectomy dan minimal 7 hari sesudah orchiectomy. Tumor marker yang dapat diperiksa adalah alfafetoprotein (AFP), subunit beta human chorionic gonadotropin (â-hCG), dan laktat dehidrogenase (LDH). Kadar AFP dan â-hCG umumnya meningkat pada tumor nonseminoma. Peningkatan â-hCG hanya ditemukan sekitar 30% dari seminoma murni. LDH merupakan marker yang lebih tidak spesifik. Terdapat peningkatan LDH pada 80% pasien dengan kanker testis stadium lanjut.[1,7,8]
Pemeriksaan tumor marker pasca orchidectomy dapat dilakukan secara rutin untuk follow-up dan menilai prognosis. Waktu paruh AFP adalah 5-7 hari dan â-hCG adalah 1-3 hari, sehingga butuh beberapa minggu hingga kadarnya kembali normal. Jika tidak terdapat penurunan atau malah terjadi peningkatan kadar tumor marker setelah orchidectomy, hal ini menunjukkan adanya metastasis. Meskipun demikian, kadar tumor marker yang mencapai normal tetap tidak bisa menyingkirkan kemungkinan adanya metastasis.[7]
Pemeriksaan Histopatologis
Terdapat 3 varian histologis dari seminoma, yaitu:
- Seminoma klasik: Secara makroskopik, tumor ini berwarna kekuningan, dan menonjol dari permukaan. Secara histologis, gambaran seminoma klasik adalah populasi sel besar yang homogen yang membentuk beberapa lembaran dan kelompok yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Di samping itu, dapat ditemukan infiltrasi leukosit, sel multinuklear, sinsitiotrofoblas, dan mikrokalsifikasi. Varian ini merupakan yang paling sering ditemukan
- Seminoma anaplastik: Gambaran histopatologi seminoma anaplastik sama dengan seminoma klasik, namun disertai dengan peningkatan mitosis. Seminoma anaplastik ditemukan sebanyak 5-15% dari seluruh pasien seminoma
- Seminoma spermatositik: Pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa varian ini memiliki sel tumor yang tersusun rapi dalam beberapa lapisan, mengandung septum yang tidak berkembang dengan baik, tanpa disertai infiltrat leukosit. Sel yang dijumpai bervariasi mulai dari sel kecil, menengah, hingga besar. Seminoma spermatositik merupakan varian yang langka[6]
Pemeriksaan Tambahan
Jika terdapat keluhan infertilitas, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar testosteron total, luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan analisis semen sebelum pembedahan atau kemoterapi.[8]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja