Patofisiologi Varikokel
Patofisiologi varikokel melibatkan kelainan vaskular dari sistem drainase vena testis. Pada varikokel dapat ditemukan pleksus pampiniformis yang melebar secara abnormal dan berkelok-kelok. Varikokel merupakan penyebab paling sering infertilitas primer dan sekunder pada pria.
Mekanisme Terbentuknya Varikokel
Secara anatomis, darah dari testis akan memasuki jaringan pembuluh darah vena yang dikenal sebagai pleksus pampiniformis. Jaringan ini akan bersatu membentuk vena spermatika interna. Pada kondisi varikokel, terjadi dilatasi vena spermatika interna yang menyebabkan aliran darah balik ke pleksus pampiniformis.
Terdapat berbagai teori mengenai mekanisme terbentuknya varikokel. Salah satunya adalah terperangkapnya vena spermatika interna antara arteria mesenterika superior dan aorta, sehingga terjadi kompresi dan obstruksi pada vena. Kegagalan katup vena pada pertemuan vena spermatika interna dan vena renales juga dapat menyebabkan refluks dan aliran balik ke vena spermatika. Selain itu, angulasi pada pertemuan vena spermatika interna dan vena renales ini juga dapat menjadi mekanisme terbentuknya varikokel.[1-6]
Varikokel dan Spermatogenesis
Terdapat berbagai mekanisme patologis yang mendasari gangguan spermatogenesis pada varikokel, termasuk stres oksidatif, darah stasis, hipoperfusi testis, stres suhu, hingga ketidakseimbangan hormonal. Kesemua hal tersebut dapat berujung pada infertilitas.[1-6]
Stres Oksidatif
Varikokel dikaitkan dengan peningkatan reactive oxygen species (ROS), di mana bukti stres oksidatif ditemukan pada semen pasien dengan varikokel. Peningkatan ROS menyebabkan gangguan pada motilitas, kerusakan struktur DNA dan kromatin, serta menurunnya produksi ATP sperma yang menyebabkan penurunan kualitas semen dan potensi fertilitas.[1,4-6,8,9]
Darah Stasis dan Hipoperfusi Testis
Pada biopsi testis pasien varikokel, ditemukan bukti histologi bahwa varikokel menyebabkan aliran darah yang kurang atau stagnan pada pembuluh darah mikro. Kondisi stagnasi darah ini menyebabkan iskemia pada jaringan testis. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan faktor 1α, penanda hipoksia jaringan, yang ditemukan pada pemeriksaan darah pada vena spermatika interna.[1,4-6,8,9]
Stres Suhu
Varikokel dikaitkan dengan peningkatan suhu testis, di mana pada kondisi normal, pertukaran suhu testis terjadi memanfaatkan aliran darah. Kondisi darah stasis menyebabkan pertukaran suhu yang tidak maksimal, sehingga terjadi peningkatan suhu. Peningkatan suhu sendiri menyebabkan stres pada jaringan testis dan mengganggu spermatogenesis melalui penurunan produksi protein yang diperlukan, termasuk enzim penting, seperti topoisomerase I dan DNS polymerase.[1,4-6,8,9]
Ketidakseimbangan Hormonal
Varikokel dicurigai mengganggu fungsi dan jumlah sel Leydig, sehingga terjadi penurunan konsentrasi testosteron pada pasien. Oleh karena itu, selain infertilitas, varikokel dapat menyebabkan gejala hipogonadisme, gangguan seksual seperti penurunan libido dan disfungsi ereksi, kelelahan, gangguan kognitif, hingga gangguan metabolik seperti penurunan densitas mineral tulang dan massa otot.[1,4-6,8,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta