Penatalaksanaan Varikokel
Terapi bedah merupakan penatalaksanaan definitif varikokel, tetapi hanya dilakukan jika ada indikasi yang jelas, misalnya atrofi testis atau infertilitas. Opsi terapi yang lebih tidak invasif adalah embolisasi pada vena gonadal. Belum ada obat yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan varikokel. Analgesik, seperti paracetamol dan ibuprofen, dapat digunakan pada pasien yang mengeluhkan nyeri.
Medikamentosa
Hingga saat ini belum ada tata laksana farmakologis yang disarankan dapat mengobati kasus varikokel. Beberapa penelitian menyebutkan penggunaan antioksidan, seperti klomifen sitrat, vitamin E, dan L-carnitine dapat digunakan untuk mengurangi reactive oxygen species (ROS) yang merupakan salah satu penyebab infertilitas pada kasus varikokel, tetapi penggunaannya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Pada pasien yang mengeluhkan nyeri, dapat diberikan analgesik seperti paracetamol dan ibuprofen.[1-3,7,8]
Pembedahan
Terapi pembedahan merupakan penatalaksanaan definitif pada varikokel. Adapun indikasi terapi pembedahan pada pasien dengan varikokel, antara lain:
- Terdapat infertilitas pada laki-laki dan bukti fertilitas pada pasangan (faktor infertilitas pasangan bukan kontraindikasi terapi pembedahan)
- Varikokel teraba
- Hasil analisis semen tidak normal
- Terdapat nyeri terkait varikokel
- Terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan testis terkait varikokel pada dewasa muda[1-3,7,8]
Terdapat berbagai teknik varikokelektomi dengan manfaat dan risiko yang berbeda, yaitu konvensional, bedah mikro, dan laparoskopi.
Varikokelektomi Konvensional
Varikokelektomi konvensional merupakan metode pembedahan terbuka atau makroskopik dengan berbagai tipe pendekatan, seperti retroperitoneal atau Palomo, subinguinal atau Ivanissevich, serta inguinal. Terapi pembedahan terbuka memiliki kekurangan yaitu waktu penyembuhan lebih lama, angka kekambuhan lebih tinggi, dan risiko terbentuknya hidrokel lebih besar bila dibandingkan dengan metode lain. Selain itu, terdapat risiko nyeri post-operatif, hernia, dan cedera saraf ilioinguinal yang lebih tinggi.[1-3,7,8]
Varikokelektomi Bedah Mikro
Varikokelektomi bedah mikro dilakukan dengan pendekatan inguinal maupun subinguinal. Bedah mikro memiliki keuntungan, yaitu risiko komplikasi postoperatif, termasuk kekambuhan varikokel dan terbentuknya hidrokel, yang lebih rendah. Metode ini juga memiliki risiko ligasi arteri yang rendah. Hal ini dapat dicapai karena kemampuan metode ini dalam identifikasi sistem limfe dan arteri testis. Selain itu, varikokelektomi bedah mikro memiliki angka kehamilan spontan setelah prosedur yang paling tinggi bila dibandingkan dengan metode lainnya.[1-3,7,8]
Varikokelektomi Laparoskopi
Varikokelektomi laparoskopi biasanya dilakukan secara transperitoneal dekat lokasi insisi Palomo. Metode ini memiliki keuntungan berupa identifikasi arteri spermatika interna lebih mudah, kebutuhan ligasi vena sedikit, serta penanganan varikokel bilateral dengan efisien. Namun, metode ini menyebabkan risiko pembentukan hidrokel yang tinggi. Selain itu, tindakan laparoskopi memiliki risiko komplikasi seperti cedera pada organ intraperitoneal maupun hernia. Varikokelektomi laparoskopi juga memiliki angka kehamilan spontan setelah prosedur yang rendah.[1-3,7,8]
Embolisasi
Pilihan terapi yang lebih tidak invasif dibandingkan pembedahan adalah embolisasi varikokel. Modalitas terapi ini memiliki kelebihan berupa penyembuhan pasca tindakan yang lebih cepat dan angka keberhasilan mencapai 90%. Meski demikian, teknik ini memerlukan keahlian radiologi intervensi yang tinggi dan memiliki potensi komplikasi serius seperti perforasi vaskular, migrasi coil, dan trombosis pleksus pampiniformis.[22]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta