Diagnosis Varikokel
Diagnosis varikokel umumnya ditegakkan secara tidak sengaja saat pasien datang dengan keluhan infertilitas. Penegakan diagnosis varikokel dilakukan dengan mengandalkan pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi skrotum. Hasil pemeriksaan fisik yang meragukan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang seperti USG Doppler.
Anamnesis
Pada anamnesis, penderita varikokel tidak mengeluhkan gejala apapun karena sebagian besar varikokel bersifat asimtomatik. Pada kasus varikokel yang berukuran cukup besar, pasien dapat mengeluhkan adanya massa pada skrotum, terutama di bagian atas testis dan kebanyakan berada di sisi kiri.
Pada varikokel, benjolan pada skrotum berbentuk seperti kantung berisi cacing atau bag of worms. Gambaran kantong cacing ini terkadang baru muncul saat pasien mengejan, batuk, atau menahan napas. Meskipun jarang, pasien juga terkadang mengeluhkan adanya rasa nyeri atau rasa berat yang berasal dari skrotum. Pasien juga dapat datang dengan keluhan sulit memiliki keturunan.
Jika varikokel menyebabkan atrofi pada testis, pasien mungkin merasa testis yang terpengaruh lebih kecil dibandingkan testis sebelahnya. Varikokel yang kecil umumnya tidak begitu tampak, tapi pasien bisa menyadari adanya varikokel saat menyentuh alat kelamin.[1-3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan ujung tombak penegakan diagnosis varikokel. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan skrotum, dapat disertai dengan manuver Valsalva.
Pemeriksaan Skrotum
Pemeriksaan fisik skrotum perlu dilakukan dengan prinsip menghargai privasi pasien dan mencegah terjadinya kecemasan saat pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu hangat untuk mencegah kulit skrotum mengerut yang akan menyulitkan identifikasi varikokel.
Pemeriksaan perlu dilakukan dalam dua posisi, yakni berdiri dan berbaring. Pada kedua posisi perlu dilakukan pemeriksaan dengan atau tanpa manuver Valsalva. Posisi berbaring dilakukan untuk menilai dekompresi vena yang mengalami dilatasi. Jika tidak terjadi pengurangan dilatasi vena pada posisi berbaring, penyebab kompresi kemungkinan adalah tumor atau malformasi anatomi.
Lakukan pemeriksaan fisik skrotum meliputi ukuran dan konsistensi testis, serta ada tidaknya dilatasi pleksus pampiniformis. Pengukuran ukuran testis dilakukan dengan menggunakan orchidometer. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik, derajat varikokel dapat dibagi menjadi 3 menurut Dubin dan Amelar.[1-3]
Tabel 1. Derajat Klinis Varikokel Menurut Dubin dan Amelar
Derajat I | Varikokel teraba hanya pada saat pasien berdiri dan melakukan manuver Valsalva |
Derajat II | Varikokel teraba namun tidak terlihat tanpa manuver Valsalva |
Derajat III | Varikokel terlihat melalui kulit skrotum dan teraba tanpa manuver Valsava |
Sumber: dr. Michael, Alomedika, 2022.[1]
Diagnosis Banding
Varikokel umumnya cukup jelas dan dapat didiagnosis dengan mudah. Pada beberapa kasus yang meragukan, hidrokel, epididimitis, dan hernia inguinalis merupakan diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan.
Hidrokel
Hidrokel adalah suatu kondisi akumulasi cairan di antara lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis di sekeliling testis yang terjadi akibat adanya lubang patologis, prosesus vaginalis yang paten. Varikokel dapat dibedakan dari hidrokel pada pemeriksaan fisik, yakni hidrokel memiliki transluminasi positif atau berpendar saat diberikan cahaya.[1-3,17]
Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis. Gejala yang serupa dengan varikokel dapat berupa nyeri pada skrotum dan pembesaran skrotum dalam beberapa kasus. Varikokel dapat dibedakan dari epididimitis dari ketiadaan tanda infeksi seperti demam dan menggigil, serta gangguan saluran kemih seperti disuria, peningkatan frekuensi berkemih, dan urgensi berkemih.[1-3,16]
Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis merupakan protrusi isi rongga abdomen melalui defek di area inguinal. Hernia inguinalis, terutama tipe indirek, dapat menyebabkan benjolan pada skrotum. Varikokel dapat dibedakan dari hernia inguinalis melalui pemeriksaan fisik berupa adanya tampilan bag of worms maupun terabanya vena yang berbeda konsistensi dan bentuknya dengan hernia.[1-3,18]
Tumor Testis
Tumor pada testis, baik seminoma maupun non-seminoma, dapat menyebabkan benjolan asimtomatik pada skrotum. Selain dapat dibedakan melalui pemeriksaan fisik, varikokel dapat dibedakan dari tumor testis dari pemeriksaan penunjang berupa ketiadaan peningkatan alfa fetoprotein (AFP), β-hCG, atau LDH, tergantung jenis sel yang berada pada tumor testis.[1-3,19,20]
Kista Epididimis
Kista epididimis adalah kumpulan cairan pada satu kantung atau lebih dalam skrotum akibat dilatasi tubulus epididimis karena adanya obstruksi. Kista epididimis dapat menyebabkan benjolan pada skrotum. Varikokel dapat dibedakan dari pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang ultrasonography (USG) Doppler yang menunjukkan adanya dilatasi vena yang tidak ditemui pada kista epididimis.[1-3,21]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk varikokel tidak rutin dilakukan dan hanya disarankan jika hasil pemeriksaan fisik meragukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa varikokel secara lebih lanjut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan pencitraan.
Ultrasonography (USG) Doppler
USG Doppler merupakan modalitas pencitraan primer dalam evaluasi penyakit skrotum, termasuk varikokel. USG Doppler memiliki keunggulan berupa lebih banyak tersedia pada fasilitas pelayanan kesehatan serta biaya yang relatif tidak mahal. Namun, hasil USG Doppler bergantung pada kemampuan operatornya. Selain itu, belum ada kriteria diagnostik baku tertentu dalam penegakan diagnosis varikokel melalui USG Doppler. Secara umum, diagnosis varikokel ditegakkan jika ada gambaran beberapa vena dengan lebar >3,0 mm disertai bukti aliran balik saat manuver Valsava dilakukan.[1-3]
Computed Tomography (CT) Scan
CT scan dapat membantu deteksi kelainan retroperitoneal yang dicurigai sebagai penyebab varikokel, seperti tumor renal, tumor retroperitoneal, trombus pada vena cava, dan vena renales retroaortik. Namun, penggunaan CT scan perlu mempertimbangkan paparan radiasi pada pasien.[1-3]
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Meskipun jarang digunakan dalam kasus varikokel, penggunaan MRI dapat dilakukan untuk memastikan dan mengidentifikasi penyebab dari varikokel. Pemeriksaan penunjang ini tidak bersifat operator dependent dan memiliki gambaran retroperitoneal yang detil. Selain itu, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi sekuele dari varikokel, prognosis, serta mendeteksi adanya fibrosis pada parenkim testis.[1-3]
Venografi
Pemeriksaan venografi dilakukan melalui akses perkutaneus dari vena jugularis interna atau femoralis kanan, diikuti dengan masuknya kateter ke vena spermatika dan kontras secara retrograde. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dengan tingkat sensitivitas paling tinggi untuk menilai inkompetensi katup pada vena. Namun, saat ini venografi lebih umum digunakan sebagai pedoman pembuatan keputusan intraoperatif, bukan sebagai modalitas penegakan diagnosis varikokel.[1-3]
Termografi dan Skintigrafi
Pemeriksaan termografi mendeteksi perubahan suhu pada skrotum pada varikokel. Belum ada standar baku dalam deteksi varikokel didasarkan pada hipertermia. Namun, saat ini perbedaan suhu ≥4,5°C antara pleksus pampiniformis kanan dan kiri digunakan sebagai dasar hasil termografi abnormal.
Pemeriksaan skintigrafi yang menggunakan tracer tidak hanya dapat mendeteksi refluks vena spermatika, tetapi juga bermanfaat untuk evaluasi kemungkinan etiologi varikokel antara refluks atau kompresi pada vena di pelvis. Skintigrafi saat ini jarang digunakan secara rutin dalam penegakan diagnosis karena lamanya waktu pengerjaan serta kurang praktis dalam penggunaan rutin. [1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta