Pendahuluan Rekonstruksi Payudara
Rekonstruksi payudara merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien kanker payudara setelah menjalani mastektomi. Rekonstruksi payudara dapat bermanfaat untuk memperbaiki body image, rasa percaya diri, serta fungsi psikologis, sosial, dan seksual pasien. Tujuan rekonstruksi payudara adalah menghasilkan payudara yang tampak simetris dan natural, dengan mengutamakan keselamatan dan kualitas hidup pasien.[1–3]
Rekonstruksi payudara dapat dilakukan dengan segera (immediate breast reconstruction), yaitu pada saat mastektomi. Namun, pada pasien yang akan menjalani radioterapi untuk kanker payudara, pasien dengan inflammatory breast cancer, atau pasien yang secara psikologis belum dapat memutuskan untuk melakukan rekonstruksi, maka rekonstruksi payudara dilakukan secara tertunda (delayed breast reconstruction).[2,4]
Kontraindikasi absolut rekonstruksi payudara adalah jika pasien terkena inflammatory breast cancer, sedangkan kontraindikasi relatif berupa perokok aktif dan obesitas. Metode rekonstruksi payudara, antara lain rekonstruksi dengan implan, rekonstruksi dengan flap, baik pedicled flap maupun free flap, dan kombinasi keduanya. Pemilihan metode sebaiknya disesuaikan dengan kondisi klinis, habitus tubuh, ukuran payudara, serta riwayat pembedahan dan radioterapi.[2,5]
Komplikasi terkait rekonstruksi payudara dapat diakibatkan tindakan pembedahan itu sendiri, seperti timbulnya infeksi luka operasi, seroma, dan hematoma. Komplikasi juga dapat terjadi spesifik berdasarkan metode rekonstruksi yang dipilih. Pada rekonstruksi dengan flap, terdapat risiko nekrosis kulit dan kegagalan flap. Rekonstruksi dengan implan berisiko menyebabkan kontraksi kapsular, yang mungkin memerlukan pembedahan ulang.[1,3]
Edukasi dan konseling pada pasien sangat penting pada preoperatif. Pasien harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai metode yang akan digunakan, serta dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing metode. Setelah dijelaskan, pasien akan diminta untuk menandatangani informed consent.[2,6]
Postoperatif, pasien perlu dijelaskan mengenai rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang mungkin bertahan hingga 2 minggu. Pasien juga sebaiknya menghindari mengangkat beban berat, berolahraga yang berat, dan aktivitas seksual selama 4–6 minggu. Rata-rata, pasien dapat kembali beraktivitas dalam 6–8 minggu setelah tindakan.[6,7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra