Kontraindikasi Rekonstruksi Payudara
Kontraindikasi absolut dilakukannya rekonstruksi payudara adalah pada pasien dengan inflammatory breast cancer. Kontraindikasi relatif rekonstruksi payudara adalah bila pasien obesitas, atau mempunyai kebiasaan merokok. Skor dari American Society of Anesthesiology (ASA) juga dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum melakukan rekonstruksi payudara, karena ASA kelas III lebih berisiko mengalami komplikasi.[1,4]
Inflammatory Breast Cancer
Rekonstruksi payudara, terutama yang dilakukan segera, dikontraindikasikan pada pasien dengan inflammatory breast cancer (IBC), sebab IBC memiliki angka rekurensi yang tinggi, dan diperlukannya radioterapi postoperatif untuk mengontrol kanker payudara. Radioterapi dapat menyebabkan kerusakan pada implan yang digunakan dalam rekonstruksi payudara.[4]
Obesitas
Pada pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 30, terjadi peningkatan risiko untuk timbul komplikasi secara keseluruhan, komplikasi pada area donor (donor site), kehilangan flap partial dan nekrosis jaringan lemak, serta komplikasi pada area terima (recipient site). Jika IMT di atas 40, terdapat risiko tinggi untuk terjadi kegagalan flap, sehingga keputusan rekonstruksi pada pasien seperti ini perlu diambil dengan berhati-hati.
Selain obesitas, komorbiditas lain, misalnya diabetes mellitus yang menggunakan insulin, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit kardiovaskular, trombofilia, dan penyakit jaringan ikat dapat memengaruhi keputusan dilakukannya rekonstruksi. Komorbiditas yang tidak terkontrol dengan baik dapat meningkatkan terjadi komplikasi, antara lain gangguan penyembuhan luka, penurunan perfusi jaringan, dan infeksi.[3,8,13]
Merokok
Pada perokok, terjadi peningkatan risiko komplikasi, berupa penyembuhan luka yang lebih lama. Selain itu, merokok dapat mengganggu aliran darah pada flap sehingga berpotensi mengakibatkan kegagalan flap total atau parsial. Pada pasien yang akan melakukan rekonstruksi payudara, disarankan untuk berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum rekonstruksi, agar dapat mengurai komplikasi postoperatif.[1,4,14]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra