Komplikasi Cholecystectomy
Komplikasi cholecystectomy atau kolesistektomi terbuka secara umum dilaporkan lebih tinggi daripada cholecystectomy laparoskopi, yaitu sekitar 16% berbanding 9%. Risiko komplikasi lebih besar karena luka insisi yang jauh lebih besar dari metode laparoskopi. Pada metode cholecystectomy terbuka, insiden hernia, infeksi luka, dan hematoma lebih tinggi. Selain itu, metode operasi terbuka dikaitkan dengan nyeri pascaoperasi yang lebih tinggi.[1]
Infeksi juga berisiko terjadi pada cholecystectomy, mulai dari area kulit, jaringan ikat bahkan bisa saja terjadi abses intraabdomen. Sedangkan area yang rentan perdarahan adalah liver bed, arteri hepatika beserta percabangannya serta porta hepatika.[2]
Cholecystectomy laparoskopi cenderung memberikan luaran klinis lebih baik, tetapi ada peningkatan risiko terjadinya cedera saluran empedu. Angka kejadiannya lebih tinggi 2–3 kali lipat dibandingkan metode cholecystectomy terbuka. Cedera saluran empedu dan kebocoran cairan empedu dapat menyebabkan striktur bilier. Hal ini dapat terjadi pada metode terbuka maupun laparoskopi tetapi lebih sering pada laparoskopi.[2,4,6]
Komplikasi lainnya adalah trocar injury, perdarahan, tumpahan batu empedu, infeksi luka operasi, abses, ileus, thrombosis vena dalam, dan sindrom postcholecystectomy. Tanda dan gejala yang mungkin pasien rasakan pada sindrom postcholecystectomy adalah dyspepsia, kembung, sendawa, dan nyeri kuadran kanan atas abdomen.[6,7]