Pendahuluan Pemeriksaan Bilirubin
Pemeriksaan kadar bilirubin sering dilakukan pada pasien yang mengalami jaundice, misalnya pasien hiperbilirubinemia akibat hepatitis, hemolisis, atau obstruksi bilier. Tes bilirubin juga bermanfaat untuk pasien yang dicurigai mengalami gangguan hati karena toksisitas obat tertentu atau karena alkoholisme.[1]
Mayoritas (70-90%) bilirubin berasal dari degradasi hemoglobin, sedangkan sebagian kecilnya berasal dari degradasi protein heme yang lain. Dari sisi indikasi, pemeriksaan ini banyak digunakan sebagai penunjang diagnosis penyakit hati atau saluran empedu, misalnya hepatitis, kolelitiasis, dan kolesistitis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk kasus ikterus neonatorum.[1,2]
Teknik pemeriksaan bilirubin umumnya menggunakan sampel serum untuk mengetahui kadar bilirubin direk, indirek, atau total. Namun, pemeriksaan kadar bilirubin juga dapat dilakukan melalui sampel urine ataupun melalui metode transkutan. Untuk pemeriksaan kadar bilirubin serum, sampel darah diambil dari vena. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan.[1,2]
Pemeriksaan bilirubin merupakan tindakan yang aman tanpa kontraindikasi absolut. Komplikasi umumnya jarang terjadi tetapi mungkin timbul akibat pengambilan darah, misalnya nyeri lokal, hematoma, atau sinkop.[3]