Indikasi Tindakan Enema
Indikasi tindakan enema biasanya untuk tata laksana konstipasi dan persiapan tindakan kolonoskopi. Selain itu, indikasi lain yang hingga saat ini masih menjadi bahan perdebatan adalah pre-surgery kolorektal atau pre-birth delivery.[1,3,4,14]
Jenis Enema
Beberapa jenis enema yang umum digunakan adalah air hangat (warm water enema), sodium/natrium fosfat, air dengan kontras (water contrast enema), dan campuran air suling/keran dengan sabun (soap suds enema).[4,5]
Tata Laksana Konstipasi
Salah satu indikasi tindakan enema adalah meredakan konstipasi, termasuk untuk menghilangkan peradangan rektum. Tindakan enema dilakukan jika tidak terdapat terapi lain yang efektif, seperti pemberian obat stimulan laksatif, dan anjuran konsumsi makanan serat tinggi dan air cukup.
Pada anak-anak, konstipasi dengan feses yang keras dapat diberikan sodium fosfat enema yang dikombinasikan dengan obat pencahar oral. Ukuran alat enema disesuaikan dengan usia anak. Enema tidak direkomendasikan pada bayi. Konstipasi berulang pada bayi >6 bulan dapat diberikan laksatif osmotik, seperti polietilen glikol.
Selain pasien anak, konstipasi ditangani dengan enema juga aman untuk pasien lansia dan ibu hamil. Metode enema yang digunakan adalah tap water enema atau PEG-ELS (polyethylene glycol electrolyte lavage solution), yaitu menginjeksikan air ke dalam rektum untuk merangsang gerakan usus.[4,5,13]
Persiapan Kolonoskopi
Tindakan enema perlu dilakukan sebagai persiapan kolonoskopi atau flexible sigmoidoscopy. Enema natrium fosfat maupun air keran dilakukan 2 kali minimal 1 jam sebelumnya untuk memberikan hasil kolonoskopi yang baik. Penggunaan enema sodium fosfat harus dihindari pada pasien lansia dan/atau memiliki risiko mengalami gangguan elektrolit. Tindakan enema sodium fosfat pada pasien dengan gangguan elektrolit dapat memperburuk komplikasi gangguan elektrolit yang ada.[4,5,7-10]
Persiapan Operasi Kolorektal
Persiapan operasi kolorektal elektif dengan tindakan enema bertujuan untuk mengurangi feses dan jumlah bakteri di dalam usus, sehingga dapat mencegah surgical site infections (SSI) dan anastomotic leakage (AL). Selain itu, untuk menurunkan kemungkinan komplikasi infeksi pasca operasi.[18]
Akan tetapi, berbagai hasil penelitian observasi, meta analisis, maupun uji coba kontrol acak multisenter menunjukkan operasi tanpa enema sebelumnya tidak mengalami peningkatan AL, SSI, dan komplikasi lain pada kolon, bahkan pada anus.[18]
Persiapan Persalinan Sectio Caesarea
Randomized controlled study oleh Ertas et al (2019) mempelajari manfaat tindakan enema sebelum sectio caesarea (SC), yang dinilai dengan waktu bising usus pertama dan waktu flatus pertama, lama rawat inap, frekuensi gejala mid ileus, dan kebutuhan tambahan analgesik dan antiemetik. Studi ini melibatkan 225 ibu hamil berusia 18‒44 tahun, yang dikelompokan menjadi grup menggunakan enema dan grup tanpa enema sebelum operasi SC.[6]
Hasil studi menunjukkan bahwa penilaian pasca operasi tidak berbeda secara signifikan antara kedua grup. Oleh karena itu, penggunaan enema sebelum SC tidak dapat mencegah komplikasi gastrointestinal pasca operasi, serta tidak dapat mempercepat pemulihan pergerakan usus atau lama tinggal di rumah sakit.[6]
Persiapan Persalinan Pervaginal
Tindakan enema saat persalinan pervaginal memberikan rasa tidak nyaman pada pasien. Meta analisis Cochrane tahun 2013 membuktikan bahwa enema tidak signifikan menurunkan tingkat infeksi, termasuk infeksi luka perineum atau infeksi neonatal lainnya. Studi ini menentang tindakan enema rutin selama persalinan.[19]