Pedoman Klinis Pembidaian
Pedoman klinis proses pembidaian terkait dengan cara pemilihan bidai, komplikasi yang mungkin timbul, dan proses pemantauan. Hal yang perlu diperhatikan dokter dalam melakukan prosedur pembidaian antara lain adalah :
- Jenis bidai yang umum digunakan adalah soft splint, hard/rigid splint, anatomic splint, traction splint, dan bidai udara. Di Indonesia, terutama di daerah, bidai yang paling sering digunakan adalah hard splint dengan bahan kayu [11]
- Indikasi pemasangan bidai adalah cedera muskuloskeletal yang membutuhkan imobilisasi, baik fraktur, dislokasi sendi, infeksi, terkilir (sprain), serta setelah tindakan klinis tertentu [4-6]
- Perlu diperhatikan adanya tanda-tanda gangguan neurovaskular yang membutuhkan reduksi. Jika terdapat luka terbuka dan perdarahan, maka harus dilakukan perawatan luka terlebih dahulu [7,8]
- Pada penggunaan traction splint, harus dipastikan bahwa fraktur yang terjadi adalah fraktur femur dan tidak disertai dengan fraktur area pelvis, tungkai bawah, pergelangan kaki, dan telapak kaki [12]
- Penting dilakukan stabilisasi pada area yang mau dilakukan bidai, terutama pada kasus fraktur. Sebelum dan setelah dilakukan bidai perlu dilakukan pemeriksaan motorik, sensorik dan pulsasi pada distal area yang dibidai [11]
- Pada kasus tertentu, bidai merupakan terapi utama dan temporer untuk mempersiapkan pasien selama dirujuk maupun menunggu konsultasi dengan dokter spesialis [4]