Teknik Pemeriksaan Tulang Belakang
Teknik pemeriksaan tulang belakang memerlukan persiapan mulai dari inform consent, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis kelainan tulang belakang secara akurat harus dilakukan secara baik dan lengkap meliputi menggali riwayat penyakit, pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan penunjang tambahan. Oleh karena itu, harus terlebih dahulu memahami anatomi dari tulang belakang.
Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang memiliki 33 tulang kecil yang saling tersusun yaitu vertebra (vertebrae) yang terbagi menjadi 5 segmen yaitu: servikal, torakal, lumbal, sacral dan koksigeal. Terdapat 7 tulang servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakrum dan 4 tulang vertebra koksigeal.
Tulang sakrum dan koksigeal umumnya menempel atau bersatu dan hanya terjadi sedikit hingga tidak ada pergerakan sama sekali. Tulang servikal, torakal dan lumbal dipisahkan oleh diskus vertebra yang berfungsi sebagai peredam tekanan dan memberikan tulang belakang kemampuan untuk dapat bergerak.
Pergerakan normal tulang belakang pada servikal mencapai 30-35॰, torakal 40॰, dan lumbal 45॰. Selain untuk menopang tubuh, tulang belakang juga berfungsi untuk melindungi sumsum tulang belakang yang ada di dalamnya.[4,7]
Anamnesis
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan penggalian tentang riwayat pasien penyakit yang dialami sampai terapi apa yang sudah dilakukan sehingga dapat mengarahkan kita tentang keluhan pasien tersebut.[8]
Hal yang perlu ditanyakan:
- Waktu dan keadaan awal pemeriksaan.
- Keluhan: onset, karakteristik nyeri atau keluhan, lokasi dan distribusi, durasi, frekuensi, tingkat keparahan (ringan, sedang, berat)
- Pengobatan: tipe, dosis, frekuensi, respons pengobatan dan efek samping
- Ada tidaknya gejala terkait: kekakuan, kelelahan, kelemahan, mati rasa, parestesia, keluhan kandung kemih (inkontinensia, urgensi, retensi, frekuensi), keluhan pencernaan (obstipasi, inkontinensia fekal), keluhan disfungsi ereksi
Prosedural
Prosedur pemeriksaan tulang belakang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan lingkup gerak (range of motion).
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan menilai postur tubuh, cara berjalan, ada tidaknya tahanan, serta tanda-tanda lain seperti tanda trauma, jaringan parut, dan perubahan warna.
Inspeksi Tulang Servikal:
Prosedural inspeksi tulang servikal adalah sebagai berikut:
- Nilai postur tubuh dari arah depan, samping maupun belakang pasien
- Observasi bagaimana pasien menyangga kepalanya. Apabila kepala terletak di tengah sejajar antara simfisis pubis saat dilihat dari depan atau sejajar dengan paha apabila dilihat dari samping menandakan bahwa tulang leher seimbang. Jika pasien memiliki deformitas tulang belakang yang mempengaruhi posisi kepalanya, maka orang tersebut akan mengompensasinya dengan melakukan fleksi pada pinggul maupun lutut untuk menyangga kepala agar tetap lurus
- Perhatikan apakah ada tanda-tanda abnormalitas, seperti kifosis, skoliosis, tortikolis, atau perbedaan tinggi bahu
- Perhatikan apakah pasien memiliki hambatan pada pergerakan, misalnya saat melepaskan pakaian melewati kepala serta adanya rasa nyeri. Ketika pakaian sudah dibuka, perhatikan berbagai tanda seperti trauma, jaringan parut, perubahan warna, kontusio maupun artropati
Inspeksi Tulang Torakal:
Prosedural inspeksi tulang torakal adalah sebagai berikut:
- Perhatikan apakah ada usaha tahanan yang dilakukan pasien, apakah pasien condong ke salah satu sisi, dan apakah pasien dapat berjalan. Seandainya pasien dapat berjalan, perhatikan apakah gaya berjalannya normal atau terdapat gangguan gait
- Perhatikan jika pasien memiliki gerakan yang terbatas dan adanya nyeri
- Ketika pasien melepaskan pakaiannya, nilai apakah ada hambatan serta rasa nyeri, lalu cari tanda seperti trauma, jaringan parut, perubahan warna, kemerahan, kontusio, benjolan, atau tumbuhnya rambut
- Perhatikan tulang belakang pasien, apakah ada tanda-tanda kecekungan maupun kecembungan lengkung tulang belakang serta tinggi kedua bahu pasien
- Pada sisi lateral, perhatikan dan catat apabila terdapat kecenderungan perubahan lengkungan dari postur normal pada umumnya, misalnya lebih melengkung ke depan atau belakang terhadap sumbu pinggul
Inspeksi Tulang Lumbosakral:
Prosedural inspeksi tulang lumbosakral adalah sebagai berikut:
- Ketika pasien memasuki ruangan, perhatikan apakah adanya tahanan, apakah condong ke salah satu sisi
- Jika pasien dapat berjalan, amati apakah cara berjalannya normal
- Lihat pada tulang pelvis apakah ditemukan adanya kemiringan
- Ketika pasien melepaskan pakaiannya, nilai apakah ada hambatan serta rasa nyeri, lalu cari tanda seperti trauma, jaringan parut, perubahan warna, kemerahan, memar, atau benjolan. Apabila ditemukan adanya bercak kecoklatan dan tumbuhnya rambut dapat mengarah ke kelainan seperti spina bifida maupun neurofibromatosis
- Selanjutnya lihat tulang belakang dari berbagai sisi dan posisi, misalnya minta pasien untuk membungkukkan badannya dan pemeriksa melihatnya dari sisi samping[7]
Palpasi
Palpasi dilakukan secara sistematis mulai dari bagian tulang hingga jaringan lunak dengan perhatian utama pada prosesus spinosus dan facet joint. Palpasi dapat dilakukan dengan posisi duduk maupun berbaring telungkup.
Palpasi Tulang Servikal:
Prosedural palpasi tulang servikal adalah sebagai berikut:
- Pada palpasi tulang, perhatikan apabila terdapat jaringan tulang yang asimetris, ketidakselarasan, benjolan, abnormalitas, atau nyeri. Palpasi meliputi bagian oksiput, prosesus spinosus
- Pada palpasi jaringan lunak, perhatikan bila ditemukan adanya rasa nyeri dari kulit. Palpasi meliputi otot trapezius, kelenjar getah bening, dan nervus oksipital. Jika ditemukan massa, catat ukuran, bentuk, dan karakteristik permukaannya
Palpasi Tulang Torakal:
Prosedural palpasi tulang torakal adalah sebagai berikut:
- Palpasi prosesus spinosus tulang torakal dimulai dengan mencari vertebra C7 atau T1. Tulang vertebra tersebut memiliki prosesus spinosus yang paling menonjol dan mudah ditemukan dengan menggeser jari satu-persatu menurun ke bawah pada posisi leher fleksi ke depan
- Letakkan kedua jempol tangan pada masing-masing prosesus spinosus dan palpasi ke arah kaudal hingga melewati tulang iga. Catat bila ditemukan adanya ketidakselarasan, lengkungan, benjolan, nyeri, maupun pembengkakan
- Lanjutkan dengan palpasi facet joint. Kembali mulai dengan mencari vertebra C7 atau T1 pada posisi leher fleksi ke depan
- Geser jari pemeriksa ke pinggir dari prosesus spinosus lalu lakukan palpasi ke arah kaudal hingga tulang torakal terakhir yang ditandai dengan tidak adanya tulang iga. Catat bila ditemukan adanya kelainan
Palpasi Tulang Lumbal, Sakrum dan Koksigeal:
Prosedural palpasi tulang lumbal, sakrum dan koksigeal adalah sebagai berikut:
- Pemeriksa duduk di belakang pasien yang berdiri
- Taruh kedua jempol di garis tengah pada tulang belakang setinggi tulang pinggul yang paling menonjol (spina iskiadika anterior superior). Pada titik ini seharusnya sudah berada di antara tulang vertebra L4 dan L5
- Lakukan palpasi ke atas dan ke bawah dari prosesus spinosus tulang lumbal dan sakrum. Jika tidak terada prosesus spinosis dapat mengindikasikan adanya spina bifida
Pemeriksaan tulang koksigeal apabila benar-benar ingin dilakukan sebaiknya dengan melakukan kombinasi pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa tonus otot sfingter dan untuk memastikan apakah ada defek pada percabangan saraf sakrum.[7]
Perkusi
Titik nyeri pada tulang belakang dengan perkusi dapat mengindikasikan fraktur atau infeksi yang melibatkan tulang belakang. Meraba daerah paraspinous dapat membantu menggambarkan area yang keras atau spasme.
Prosedural perkusi tulang belakang adalah sebagai berikut :
- Pada perkusi tulang belakang minta pasien untuk membungkuk ke depan
- Perkusi tulang belakang secara perlahan dimulai dari dasar leher turun ke bawah ke arah sakrum. Perhatikan bila ditemukan adanya nyeri selama perkusi dilakukan menandakan kemungkinan adanya infeksi. Selain itu juga dapat juga diduga adanya fraktur kompresi di tulang belakang tersebut
Lingkup Gerak
'Gerakan' mencakup beberapa kegiatan berbeda yaitu gerakan aktif, gerakan pasif, gerakan abnormal atau tidak stabil, dan gerakan provokatif.[3]
- Gerakan aktif adalah gerakan di mana pasien bergerak tanpa bantuan pemeriksa. Gerakan ini akan memberikan gambaran mengenai tingkat mobilitas dan apakah terdapat nyeri atau tidak. Gerakan aktif juga digunakan untuk menilai kekuatan otot
- Gerakan pasif adalah gerakan di mana pemeriksa yang menggerakkan sendi di setiap bidang anatomi. Gerakan ini dapat memperhatikan apakah ada rentang perbedaan antara gerakan aktif dan pasif
- Gerakan abnormal atau tidak stabil adalah gerakan yang secara inheren tidak fisiologis. Pemeriksa mungkin dapat menggeser atau menyudutkan sambungan dari bidang gerakan normalnya, sehingga menunjukkan bahwa sambungan tersebut tidak stabil. Gerakan abnormal seperti itu mungkin dapat terlihat jelas, namun, sering kali, pemeriksa harus menggunakan manuver khusus untuk melihat ketidakstabilan minor
- Gerakan provokatif merupakan salah satu petunjuk paling jelas untuk diagnosis yaitu memunculkan gejala pasien dengan menerapkan gerakan provokatif yang spesifik. Misalnya, seorang pasien yang pernah mengalami dislokasi atau subluksasi dapat diingatkan dengan jelas tentang peristiwa itu dengan menekankan pada lokasi persendian yang mengalami dislokasi[3]
Perlu diketahui bahwa melakukan pemeriksaan gerakan pasif tentu akan berbeda dengan gerakan aktif dari mobilitasnya dan rentang pergerakannya. Gerakan pasif tidak menimbulkan nyeri seintens pada saat dilakukan gerakan aktif sehingga dapat mencapai rentang jarak pergerakan yang lebih besar.
Selain itu, juga perlu dicatat apabila ditemukan pergerakan yang kurang mulus seperti ada tahanan, kaku ataupun terasa mudah atau ringan saat digerakkan. Lakukan pemeriksaan gerakan pasif secara lembut pada setiap pasien dengan riwayat trauma sebelumnya. Jangan melakukan pemeriksaan hingga sudah dipastikan tidak ada trauma seperti fraktur maupun cedera ligamen.
Lingkup Gerak Tulang Servikal:
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan rentang gerakan dan pola gerakan dari tulang servikal.
Prosedural pemeriksaan lingkup gerak tulang servikal adalah sebagai berikut:
- Pasien diminta untuk menggerakkan kepala ke beberapa arah yaitu fleksi, ekstensi, rotasi ke kiri, rotasi ke kanan dan memiringkan kepala ke kiri dan kanan.
- Pemeriksa memperhatikan dan mencatat mobilitas dan rentang pergerakannya. Pasien diminta berhenti apabila gerakan sudah mencapai batas dan terdapat rasa tidak nyaman atau nyeri.
- Lanjutkan dengan pemeriksaan uji tahanan tulang servikal
Uji Tahanan:
Uji tahanan merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menahan gerakan pasien ke arah yang berlawanan. Uji tahanan ini dapat kita lakukan dengan gerakan fleksi, ekstensi, rotasi dan memiringkan kepala untuk memastikan apakah ada lesi pada cabang saraf C1 atau C2 yang apabila benar memang terdapat lesi dapat menimbulkan kelemahan otot.
Uji Tahanan Fleksi Leher:
Prosedural pemeriksaan tahanan fleksi leher:
- Pemeriksa berdiri di samping pasien
- Letakkan tangan pemeriksa di depan dan belakang kepala saat pasien sudah memfleksikan kepala
- Dorong kepala ke arah belakang untuk menilai tahanannya. Otot yang bekerja pada pemeriksaan ini adalah sternocleidomastoideus, scalenus, dan prevertebral
Uji Tahanan Ekstensi Leher:
Pemeriksaan tahanan ekstensi leher hampir sama prinsipnya seperti untuk pemeriksaan tahanan fleksi. Prosedural pemeriksaan tahanan ekstensi leher:
- Pemeriksa berdiri di samping pasien
- Letakkan telapak tangan pemeriksa pada dada pasien kemudian tangan yang satunya pada belakang kepala pasien pada saat posisi kepala pasien sudah menekuk ke belakang
- Perintahkan pasien untuk menahan dorongan tangan pemeriksa yang mendorong kepala ke depan. Otot yang bekerja pada pemeriksaan ini adalah splenius, semispinalis capitis, trapezius, otot intrinsik leher
Uji Tahanan Rotasi Leher:
Otot sternocleidomastoideus dan intrinsik leher selain berperan pada gerakan ekstensi, juga membantu untuk gerakan rotasi leher. Pemeriksaannya dilakukan sama seperti pemeriksaan tahanan yang sudah dijelaskan di atas, tetapi pasien diminta untuk melakukan gerakan rotasi leher dan pemeriksa menahannya.
Uji Tahanan Memiringkan Kepala ke Kiri dan Kanan:
Prosedural pemeriksaan tahanan memiringkan kepala kiri dan kanan:
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien
- Meletakkan tangan kiri pemeriksa pada bahu kiri pasien dan tangan satunya lagi pada sisi kanan kepala pasien di atas telinga
- Perintahkan pasien untuk memiringkan kepala ke samping ke arah sebelah kanan. Lakukan juga untuk sisi satunya lagi dengan gerakan yang sama. Otot yang bekerja pada pemeriksaan ini adalah otot scalenus anterior, scalenus medius, scalenus posterior, dan otot intrinsik leher
Lingkup Gerak Tulang Torakal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan rentang gerakan dan pola gerakan dari tulang torakal, mencakup pemeriksaan gerakan aktif, gerakan pasif, dan uji tahanan.
Pemeriksaan Gerakan Aktif Tulang Torakal:
- Minta pasien untuk berdiri dan bergerak membungkuk ke depan, belakang dan samping
- Pada pemeriksaan gerakan ke depan, pasien dapat melakukannya sembari duduk. Catat apabila ditemukan ada nyeri atau tahanan pada pemeriksaan gerakan tersebut
- Gerakan rotasi dada dilakukan dengan cara pasien duduk dengan kedua lengan menyilang dan menaruh kedua tangan di sisi yang berlawanan. Berikan tahanan berupa kayu atau balok pada salah satu sisi bokong pasien yang diperiksa. Elevasi dari salah satu bokong akan mencegah tulang lumbar ikut bergerak kesisi berlawanan dan terjadi rotasi ipsilateral atau yang sedang diperiksa. Tulang servikal tidak ikut bergerak. Catat apabila ada ditemukan tahanan atau nyeri saat bergerak
Pemeriksaan Gerakan Pasif Tulang Torakal:
Gerakan pasif pada pemeriksaan tulang torakal dapat dilakukan dengan gerakan rotasi. Pemeriksaan ini dilakukan bila gerakan penuh selama gerakan aktif tidak tercapai. Tes ini tidak dilakukan apabila ditemukan adanya protrusi diskus. Saat tes ini dilakukan, catat rentang jarak gerakannya, nyeri dan rasanya yang terjadi pada pasien. Jangan memaksa gerakan berlebih apabila sudah mencapai batas nyeri. Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu:
- Pemeriksa berdiri di depan pasien dengan pasien duduk
- Berikan tahanan kayu atau balok pada salah satu sisi bokong yang akan diperiksa. Kemudian lutut pasien merapat dan ditahan dengan kedua kaki pemeriksa
Uji Tahanan Tulang Torakal:
Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu:
- Pemeriksa berdiri di samping pasien
- Pasien diminta untuk bergerak membungkuk ke depan, belakang, rotasi, dan samping
- Pada pemeriksaan gerakan tahanan fleksi, pemeriksa menaruh salah satu tangan di dada pasien pada manubrium dan tangan satunya lagi di antara persambungan tulang lumbal dan torakal. Minta pasien untuk membungkuk atau memfleksikan badan. Catat ada atau tidaknya nyeri atau kelemahan
- Pada pemeriksaan gerakan tahanan rotasi, prinsipnya sama dengan pemeriksaan gerakan pasif rotasi. Posisi pemeriksa maupun pasien sama, tetapi minta pasien untuk melakukan gerakan rotasi atau memutar dan pemeriksa berusaha melawan dengan arah yang berlawanan
- Untuk melakukan pemeriksaan tahanan gerakan samping, duduk sejajar di sebelah pasien. Rangkul bahu pasien pada sisi ujungnya, selanjutnya minta pasien untuk memiringkan badan ke arah menjauh. Catat apabila ditemukan adanya kelemahan ataupun rasa nyeri
Lingkup Gerak Tulang Lumbal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan rentang gerakan dan pola gerakan dari tulang lumbal, mencakup pemeriksaan gerakan aktif, gerakan pasif, dan uji tahanan.
Pemeriksaan Gerakan Aktif Tulang Lumbal:
Pemeriksaan gerakan aktif tulang lumbal dapat dilakukan dengan gerakan ke depan atau membungkuk, belakang, menyamping dan rotasi. Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu:
- Untuk gerakan ke depan minta pasien untuk membungkuk dan berusaha menyentuhkan ujung jari tangannya ke ujung jari kakinya
- Gerakan ke belakang dilakukan dengan menaruh salah satu tangan pada bagian spina iliaca superior posterior. Selanjutnya minta pasien untuk menekuk punggung ke arah belakang. Pemeriksaan gerakan aktif menyamping sama seperti pemeriksaan pada gerakan aktif tulang torakal
- Pemeriksaan gerakan rotasi tulang lumbal dilakukan dengan posisi pasien berdiri, kedua tangan menyilang dan taruh tangan di sisi bahu yang berlawanan. Letakkan salah satu tangan pada tonjolan tulang panggul di sisi berlawanan di mana pasien akan bergerak dan letakkan tangan satunya pada bahu sisi yang akan bergerak
Pemeriksaan Gerakan Pasif Tulang Lumbal:
Pemeriksaan gerakan pasif lumbal dilakukan apabila pada pemeriksaan gerakan aktif tidak mencapai rentang jarak sepenuhnya. Pemeriksaan ini tidak dilakukan bila diyakini ada protrusi diskus tulang sama seperti pada pemeriksaan tulang torakal. Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu:
- Pasien diminta untuk berdiri dengan kedua lengannya menyilang dan tangan diletakkan pada bahu yang berlawanan
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan letakkan tangan pada tonjolan tulang panggul dan satunya lagi pada bahu pasien. Catat apabila ditemukan adanya kelemahan ataupun rasa nyeri
Uji Tahanan Tulang Lumbal:
Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu:
- Pemeriksaan gerakan rotasi tahanan pada tulang lumbal dilakukan seperti pada pemeriksaan gerakan tahanan tulang torakal, namun tanpa diberikan tahanan berupa kayu atau balok pada salah satu sisi bokong
- Pada gerakan fleksi, pasien diperintahkan berdiri dan letakkan salah satu tangan pada spina iliaca superior posterior dan tangan satunya lagi pada manubrium. Selanjutnya minta pasien untuk membungkuk semampunya dan pemeriksa memberikan tahanan
- Untuk pemeriksaan gerakan menyamping, posisinya sama persis dengan pemeriksaan gerakan menyamping pada tulang torakal
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan adalah manuver Spurling, tes Lhermitte, tes distraksi, tes Valsalva, Straight Leg Raise test, Reverse Straight Leg Raise test, dan Modified Lasègue test.
Manuver Spurling:
Manuver ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya kompresi foramina. Prosedural pemeriksaan manuver Spurling:
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien dengan posisi pasien duduk
- Letakkan salah satu tangan pemeriksa di atas telinga pasien dan satunya di bahu
- Rotasikan dan miringkan kepala sedikit ke salah satu arah dan berikan tekanan pada kepala. Hasil positif menandakan adanya kompresi yang mengindikasikan bahwa celah foramina intervertebral kurang luas
Tes Lhermitte:
Tes Lhermitte positif ketika ada rasa tidak nyaman dan rasa sakit yang tajam pada bahu dan atau lengan. Hal ini terjadi karena adanya adanya mielopati serviks atau lesi kompresi anterior. Prosedural pemeriksaan tes Lhermitte:
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien dengan posisi pasien duduk
- Pemeriksa secara pasif menekuk kepala ke depan menggunakan tekanan lembut
- Pemeriksa memeriksa rasa sakit sambil mempertahankan tekanan di belakang kepala
Tes Distraksi Servikal:
Tes distraksi servikal adalah tes diagnostik untuk keberadaan adanya radiculopathy servikal. Jika rasa sakit hilang sebagai akibat dari gerakan, maka tes positif untuk kompresi akar saraf dan tekanan sendi facet. Prosedural pemeriksaan tes distraksi servikal:
- Pemeriksa berdiri di samping kiri pasien
- Pemeriksa menahan kepala pasien dengan tangan kiri di bawah bagian oksiput kepala dan tangan kiri di bawah rahang pasien. Selanjutnya dilakukan tarikan pada leher pasien dengan gerakan fleksi dan ekstensi sedikit. Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks saraf
Tes Valsava:
Tes ini digunakan untuk mendeteksi apakah ada desakan (space-occupying lesion) pada kanal spinal. Pasien diminta untuk menahan nafas dan selanjutnya berusaha keluarkan nafas namun ditahan seperti ketika sedang mengangkat beban berat. Jika prosedur ini ditemukan adanya rasa nyeri atau gejala lainnya, maka tes ini dikatakan positif. Tes Valsava yang positif juga mengindikasikan bahwa adanya herniasi diskus atau tumor.
Straight Leg Raise Test:
Prosedural pemeriksaan tes ini adalah sebagai berikut:
- Pasien berbaring telentang atau jika tidak bisa, dapat juga menggunakan posisi lateral
- Angkat kaki pasien dengan kondisi lutut terekstensi. Pastikan kondisi kaki pasien lurus
- Tanyakan kepada pasien jika muncul rasa nyeri seperti tersetrum listrik yang menjalar pada kaki yang diangkat hingga ke belakang lutut dan catat sudut fleksi panggul di mana rasa nyeri tersebut muncul
- Turunkan sedikit kaki dari posisi di mana rasa nyeri muncul sambil melakukan dorsifleksi pada mata kaki dari kaki yang diangkat untuk melihat ada tidaknya tanda Braggards. Tanda Braggards positif jika rasa nyeri kembali muncul pada posisi ini
- Tanda lain yang bisa dilihat adalah tanda bowstring. Caranya adalah ketika rasa nyeri muncul seperti pada langkah nomor 3, fleksikan lutut. Tanda bowstring positif jika rasa nyeri membaik ketika lutut difleksikan. Untuk memastikan, tekanlah nervus popliteal lateral untuk melihat apakah rasa nyeri muncul kembali atau tidak
Nyeri yang menjalar atau parestesia dengan sudut fleksi <70 derajat yang disertai tanda bowstring dan Braggards positif akan sangat mengarah pada kemungkinan prolaps diskus intervertebral pada segmen L4-S1. Sebaliknya, rasa nyeri dengan tanda bowstring dan Braggards negatif lebih mengarahkan diagnosis pada masalah di tulang panggul dan bukan tulang belakang.
Kemungkinan adanya kompresi saraf spinalis akan makin kuat jika straight leg raise test dilakukan pada kaki kontralateral dan rasa nyeri dirasakan pada kaki yang tidak diangkat. Hal ini dikenal sebagai crossover sign.
Modified Lasègue Test:
Untuk membedakan dengan diagnosis banding nyeri sendi panggul, tes ini umumnya diikuti dengan modified Lasègue test. Prosedural tes ini adalah sebagai berikut:
- Minta pasien berbaring telentang
- Fleksikan panggul dan lutut pasien secara perlahan hingga 90 derajat
- Ekstensikan lutut secara perlahan dalam posisi panggul fleksi 90 derajat
Tes ini positif jika gejala skiatika muncul saat lutut diekstensikan.
Reverse Straight Leg Raise Test:
Tes ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya radikulopati lumbar pada segmen L2-4. Prosedural tes ini adalah sebagai berikut:
- Minta pasien berbaring telungkup
- Fleksikan lutut hingga 90 derajat lalu ekstensikan panggul
Tes ini positif jika muncul nyeri yang menjalar ke sisi anterior femoris.[12]
Pemeriksaan Khusus untuk Sindrom Cauda Equina:
Jika dicurigai adanya sindrom cauda equina, dokter perlu ada tidaknya tanda-tanda berikut ini:
- Anestesi pada daerah perianal (daerah tempat duduk di sadel sepeda)
- Defisit refleks bulbocavernosus: kontraksi sfingter ani saat glans penis diremas
- Defisit refleks anal: kontraksi sfingter ani saat area perianal disentuh
Follow Up
Follow up pemeriksaan tulang belakang ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan kemungkinan diagnosis banding dari keluhan pasien. Umumnya pemeriksaan tulang belakang dilakukan bersama dengan pemeriksaan neurologis secara keseluruhan, termasuk pemeriksaan nervus kranialis, motorik, dan sensorik. Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, terutama pemeriksaan pencitraan untuk menentukan diagnosis penyebab keluhan pada pasien.
Diagnosis permasalahan tulang belakang yang umum terjadi berdasarkan usia adalah:
- Anak-anak: skoliosis, kifosis, spondilolistesis, infeksi
- Dewasa muda: nyeri punggung bawah mekanik, prolaps diskus intervertebral, spondilolistesis, fraktur, ankylosing spondilolisthesis, infeksi
- Usia pertengahan: nyeri punggung bawah mekanik, osteoarthritis, stenosis spinal, penyakit Paget, metastasis spinal, infeksi
- Usia lanjut: mielopati, osteoarthritis, osteoporosis, osteomalasia, metastasis spinal, stenosis spinal[4]