Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik EEG general_alomedika 2023-02-07T08:25:04+07:00 2023-02-07T08:25:04+07:00
EEG
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik EEG

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan electroencephalography atau EEG yang minimal adalah pemasangan elektroda sebanyak 16 unit, untuk dapat mendeteksi area yang memiliki aktivitas otak dengan pola normal atau abnormal. Untuk menjabarkan pendistribusian aktivitas otak, harus diperhatikan pencatatan secara berkelanjutan dari banyak area pada kulit kepala.[1,10]

Jika elektroda EEG yang digunakan terlalu sedikit maka akan meningkatkan kesalahan interpretasi. Selain itu, terdapat beberapa prosedur EEG khusus untuk mendeteksi gelombang otak yang bersifat patologis,  yaitu sleep deprivation (kurang tidur), hyperventilation (pernafasan cepat dan dangkal),  dan photic stimulation (rangsang cahaya dengan metode lampu berkedip).[1,8,10,14-17]

Persiapan Pasien

Sebelum dilakukan prosedur EEG, pasien diberikan edukasi sebagai berikut:

  • Mencuci rambut di malam hari sebelum tindakan, dan dilarang menggunakan produk rambut (spray atau gel) di hari pelaksanaan EEG
  • Menghentikan mengonsumsi obat yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan EEG, yaitu obat-obatan jenis psikotropika. Misalnya chlorpromazine yang dapat meningkatkan gelombang lambat dan menurunkan aktivitas alpha, sedangkan haloperidol dapat meningkatkan gelombang alfa
  • Tidak mengonsumsi kafein yang dapat mengganggu tidur. Penelitian menyebutkan bahwa waktu paruh kafein sekitar 3‒10 jam, sehingga kafein sebaiknya tidak diminum 24 jam sebelum pelaksanaan EEG
  • Sebaiknya, pasien tidur lebih sedikit dari biasanya pada malam sebelum pemeriksaan, agar saat EEG pasien dapat tertidur. Selain itu, kondisi sel otak yang kurang tidur akan meningkatkan kemungkinan gelombang abnormal terekam[3,18,19]

Sebelum pemeriksaan EEG, pasien atau keluarga diberikan informasi tentang apa yang akan dilakukan, serta apa yang akan dirasakan oleh pasien saat prosedur berlangsung. Hal ini mutlak disampaikan agar pasien merasa nyaman dan tidak terjadi kekhawatiran.[3,20,21]

Pencatatan dan pencocokan identitas pasien dilakukan sebelum pemeriksaan, perhatian khusus pada bekas luka di kepala seperti pasca kraniotomi. Selain itu, tingkat kesadaran pasien dicatat untuk menghindari salah interpretasi EEG. Tidak dianjurkan untuk memberikan obat sedatif karena dapat menyebabkan false interpretation, bahkan dapat membuat EEG normal menjadi abnormal.[3,20,21]

Persiapan Peralatan

Instrumen atau komponen utama pada alat EEG adalah EEG ambulatory dan EEG neurofeedback, yang terdiri dari:

  • Amplifiers, digunakan untuk meningkatkan amplitudo kelistrikan sel otak yang sangat rendah (beberapa mikrovolt) hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali. Amplifier yang digunakan harus bebas intervensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan elektronik yang lain, untuk menghindari noise/bising pada elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala

  • Electrodes, merupakan komponen dasar, sederhana dan penting pada EEG. Alat ini memegang peranan penting karena gelombang yang dihasilkan bergantung pada kapasitas elektroda itu sendiri, gelombang yang dihantarkan selanjutnya akan dibaca oleh mesin EEG. Bentuk elektroda yang paling umum adalah elektrode scalp yang berupa piringan perak klorida dengan diameter 4–10 mm

  • Filter, berperan untuk menyaring artefak yang berasal dari kontraksi otot kulit kepala dan otot leher saat perekaman. Walaupun pasien sudah rileks, artefak kadang masih muncul, dan dapat menyebabkan kesulitan menginterpretasi hasil EEG[22,23]

Selain komponen utama, EEG juga memiliki kontrol tambahan, yaitu individual channel controls, calibration signal, electrode test switch, baseline adjustment, sensitivity adjustment, dan trace restore.[22-24]

Demi mendapatkan hasil perekaman gelombang listrik otak yang optimal, dan menghindari kesalahan teknis yang dapat berakibat kesalahan diagnosis, maka terdapat beberapa  persiapan alat, yaitu:

  1. Persiapkan alat, terutama ukuran kepala yang disesuaikan dari anak-anak hingga dewasa
  2. Perhatikanlah kebersihan alat sebelum digunakan
  3. Posisikan elektroda mengacu pada sistem 10‒20 EEG placement

  4. Hilangkan semua hal yg dapat menghalangi kemampuan baca alat
  5. Luangkan waktu sebentar untuk persiapan pendek, mulai dari pengecekan alat sekitar 5 menit[19,22-24]

Posisi Pasien

Posisi pasien yang disarankan adalah yang posisi yang rileks dan nyaman, seperti berbaring atau duduk bersandar. Pasien harus merasa rileks untuk menghindari gangguan, diantaranya kontraksi otot kulit kepala maupun otot leher dapat menyebabkan artefak pada hasil pemeriksaan.[1,2,11]

Prosedur Pemeriksaan

Pasien diberikan informed consent terlebih dahulu sebelum dilakukan EEG. Penjelasan tentang EEG, termasuk mengenai efek samping, kegunaan, dan tujuannya, agar pasien memahami dan merasa nyaman pada saat pemeriksaan.

Pemasangan alat EEG tidaklah terlalu rumit karena alat EEG sudah didesain sedemikian hingga dengan bentuk mirip topi, yang memiliki beberapa ukuran sesuai lingkar kepala pasien.

eeg

Gambar 1. Topi Pemeriksaan EEG (kiri); Posisi Pasien Duduk saat Prosedur Pemeriksaan EEG (kanan)

Terdapat prosedur khusus yang diaktifkan pada pemeriksaan EEG, untuk mendeteksi gelombang otak yang bersifat patologis dan berpotensi menimbulkan kejang, yaitu kurang tidur, pernafasan cepat dan dangkal, serta lampu berkedip. Berbagai metode ini digunakan untuk memprovokasi gelombang epileptiform. Dari bentukan gelombang epileptiform dapat digunakan untuk pengklasifikasian kejang dan sindrom epilepsi.[8,14-17]

Prosedur Sleep Deprivation

Prosedur sleep deprivation, atau kurang tidur, menyebabkan kelelahan pada pasien sehingga dapat memunculkan gelombang otak patologi pada EEG yang biasanya tidak terdeteksi. Selain itu, keuntungan kedua adalah akibat kurang tidur sebelum pemeriksaan EEG, maka kemungkinan pasien tertidur saat dilakukan pemeriksaan dapat terjadi sehingga pasien lebih rileks.[8,14]

Prosedur Hyperventilation

Prosedur hyperventilation dilakukan dengan cara meminta pasien untuk inhalasi napas dalam dan ekshalasi semaksimal mungkin seperti pada saat meniup lilin. Pernapasan dapat menyebabkan perubahan pada aliran darah sehingga terjadilah perubahan gelombang otak dan dapat memberikan informasi tambahan untuk menegakkan diagnosis. Prosedur ini tidak dilakukan pada orang yang memiliki riwayat penyakit asma atau penyakit jantung.[15,16]

Prosedur Photic Stimulation

Pada prosedur photic stimulation, pasien diperintahkan untuk melihat lampu yang berkedip atau kilatan cahaya lampu. Misalnya sebuah lampu diletakkan di depan pasien serta dinyalakan dan dipadamkan dengan kecepatan yg berbeda.  Metode ini dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan pemberian terapi, serta sangat efektif untuk memicu terjadinya kejang pada beberapa pasien yang sensitif pada cahaya/photosensitive.[16,17]

Pemeriksaan pada Anak-anak

Dibutuhkan strategi demi keberhasilan pemeriksaan EEG pada pasien anak, salah satunya dengan menghentikan pemeriksaan bila anak mengalami stress atau tidak kooperatif. Sebelum dilakukan pemeriksaan EEG, hendaknya dilakukan anamnesis kepada orang tuanya mengenai karakter anak.

Komunikasi yang baik antara pemeriksa dengan keluarga anak, termasuk pengasuhnya, dapat membuat  pemeriksa mendapatkan kepercayaan anak pada saat pemeriksaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan EEG anak adalah:

  • Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien anak ditunjukkan peralatan EEG yang sesungguhnya, sehingga anak dapat memahami, beradaptasi, dan menghilangkan kecemasannya. Jika anak masih merasa cemas, rujuk anak ke psikolog anak
  • Menggunakan peralatan yang sudah dimodifikasi dan menyerupai peralatan yg tidak asing bagi anak, sehingga tidak menimbulkan rasa takut
  • Memaksimalkan peralatan yang dapat mengalihkan perhatian anak. Pada saat pemeriksaan EEG, keluarga dapat membawa mainan atau benda yang disukai anak
  • Memberikan obat sedatif, seperti chloral hydrate agar anak tertidur saat perekaman EEG. Walaupun banyak penelitian menyebutkan bahwa sedatif dapat mengganggu hasil EEG, tetapi dapat digunakan jika anak sulit dibuat tenang[17,19,25,26]

Follow up

Setelah perekaman EEG, hasil perekaman akan dievaluasi ulang oleh operator. Jika ditemukan banyak artefak yang akan mempersulit interpretasi, maka pemeriksaan EEG dapat diulang.

Tinjauan klinis setelah pemeriksaan EEG mutlak diperlukan untuk menyingkirkan penyebab kejang. Jika tidak ada hasil klinis yang penting maka pemeriksaan EEG tidak perlu dilakukan ulang.  Pemeriksaan EEG merupakan metode noninvasif yang dapat diulang saat dibutuhkan.[1,15,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Niedermeyer E. Da Silva F.L. Electroencephalography: Basic Principles, Clinical Applications and Related Fields. 2004. Lippincott Williams and Wilkins. ISBN 0-7817-5126-8.
2. Casson A. Abdulla Al M. et al. Electroencephalogram. 2018. DOI: 10.1007/978-3-319-69362-0_2.
3. Di Flumeri G. Aricò P. Borghini G. et al. The Dry Revolution: Evaluation of Three Different EEG Dry Electrode Types in Terms of Signal Spectral Features, Mental States Classification and Usability. 2019. Sensors (Basel, Switzerland), 19(6), 1365. https://doi.org/10.3390/s19061365
8. Grigg-Damberger, Madeleine & Foldvary-Schaefer, Nancy. Diagnostic Yield of Sleep and Sleep Deprivation on the EEG in Epilepsy. 2012. Sleep Medicine Clinics. 7. 91–98. 10.1016/j.jsmc.2011.12.001.
9. Hyun J, et al. Effects of Psychotropic Drugs on Quantitative EEG among Patients with Schizophrenia-spectrum Disorders. Clin Psychopharmacol Neurosci. 2011 Aug;9(2):78-85. doi: 10.9758/cpn.2011.9.2.78. Epub 2011 Aug 31. PMID: 23429185; PMCID: PMC3569080.
10. Electroencephalography. 2006. Case Western Reserve university School of Medicine. http://casemed.case.edu/clerkships/neurology/NeurLrngObjectives/EEG.htm
11. Yang H. Ang K.K. Wang C. et al. Neural and cortical analysis of swallowing and detection of motor imagery of swallow for dysphagia rehabilitation—A review. 2016. Progress in Brain Research, 228: 185–219
14. Gandelman-Marton R. Theitler J. When should a sleep deprived EEG be performed following a presumed first seizure in adults? 2011. Acta Neurol Scand 124:202– 205.
15. Guaranha MS, Garzon E, et al. Hyperventilation revisited: physiological effects and efficacy on focal seizure activation in the era of video-EEG monitoring. 2005. Epilepsia; 46:69-75.
16. Ahdab R, Riachi N. Reexamining the added value of intermittent photic stimulation and hyperventilation in routine EEG practice. 2014. Eur Neurol; 71:93-98.
17. Kasteleijn‐Nolst Trenité DGA, et al. Photosensitivity and syndromes. Epilepsy syndromes in infancy, childhood and adolescence, 5th ed. 2011. John Libbey Eurotext, Montrouge, France, pp. 666–999, in press.
18. Cuellar M. Harkrider A.W. et. al. Time–frequency analysis of the EEG mu rhythm as a measure of sensorimotor integration in the later stages of swallowing. July 2016. Clinical Neurophysiology. 127 (7): 2625–2635.
19. Ehrlich, S et al. A Simple and Practical Sensorimotor EEG Device for Recording in Patients with Special Needs. Researchgate. 2017. Doi 10.5220/0006559100730079.
20. Xi C, Sun S, et al. Different effects of propofol and dexmedetomidine sedation on electroencephalogram patterns: Wakefulness, moderate sedation, deep sedation and recovery. 2018. PLoS ONE 13(6): e0199120.
21. Kasuya Y, Govinda R, et al. The correlation between bispectral index and observational sedation scale in volunteers sedated with dexmedetomidine and propofol. 2009. Anesth Analg. 109(6):1811–5.
22. Engin M. Dalbasti T, et al. A prototype portable system for EEG measurements. 2007. Measurement, vol. 40, no. 9-10, pp. 936–942.
23. Allen PJ. EEG instrumentation and safety. 2007. https://www.ccn.ucla.edu/wiki/images/0/0f/Chapter7.pdf
24. Chuckravanen D. Approximate Entropy as a Measure of Cognitive Fatigue: An EEG Pilot Study. International Journal of Emerging Trends in Science and Technology. 2014. 2348-9480. 01. 1036-1042.
25. Korabathina K. EEG triphasic waves. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1139819-overview#a6
26. Paasch V. Hoosier T. M., et al. Technical tips: performing EEGs and polysomnograms on children with neurodevelopmental disabilities. 2012. The Neurodiagnostic Journal, 52(4), 333–348.

Kontraindikasi EEG
Komplikasi EEG

Artikel Terkait

  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
  • Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
    Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
  • Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
    Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
  • Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
    Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
  • Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi
    Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Ariyadi
Dibalas 30 November 2024, 10:07
Kejang pada anak dengan riwayat kejang sebelumnya
Oleh: Ariyadi
1 Balasan
Izin dok, anak kejang 2 kali dengan rentan waktu 7jam kejang selama kurang lebih 30detik, mata keatas kedip" badan dan badan gemetar, kejang terjadi sudah yg...
Anonymous
Dibalas 07 November 2024, 14:31
Membedakan kejang nocturnal dan gangguan lain
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Ada px anak usia 9 tahun, memiliki riwayat kejang (tubuh kaku, kedut2, mata kedip2 melihat ke atas, sulit diajak bicara). Kejang berlangsung...
dr. Yanny Labok
Dibalas 01 November 2024, 18:34
Tatalaksana kejang pada epilepsi dewasa
Oleh: dr. Yanny Labok
2 Balasan
Halo dok, izin bertanya jika setelah pemberian diazepam pada pasien dewasa dgn BB 60 kg yg sdh d berikan diazepam 5 mg via iv dan kejangnya sdh berhenti...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.