Teknik EEG
Teknik pemeriksaan electroencephalography atau EEG yang minimal adalah pemasangan elektroda sebanyak 16 unit, untuk dapat mendeteksi area yang memiliki aktivitas otak dengan pola normal atau abnormal. Untuk menjabarkan pendistribusian aktivitas otak, harus diperhatikan pencatatan secara berkelanjutan dari banyak area pada kulit kepala.[1,10]
Jika elektroda EEG yang digunakan terlalu sedikit maka akan meningkatkan kesalahan interpretasi. Selain itu, terdapat beberapa prosedur EEG khusus untuk mendeteksi gelombang otak yang bersifat patologis, yaitu sleep deprivation (kurang tidur), hyperventilation (pernafasan cepat dan dangkal), dan photic stimulation (rangsang cahaya dengan metode lampu berkedip).[1,8,10,14-17]
Persiapan Pasien
Sebelum dilakukan prosedur EEG, pasien diberikan edukasi sebagai berikut:
- Mencuci rambut di malam hari sebelum tindakan, dan dilarang menggunakan produk rambut (spray atau gel) di hari pelaksanaan EEG
- Menghentikan mengonsumsi obat yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan EEG, yaitu obat-obatan jenis psikotropika. Misalnya chlorpromazine yang dapat meningkatkan gelombang lambat dan menurunkan aktivitas alpha, sedangkan haloperidol dapat meningkatkan gelombang alfa
- Tidak mengonsumsi kafein yang dapat mengganggu tidur. Penelitian menyebutkan bahwa waktu paruh kafein sekitar 3‒10 jam, sehingga kafein sebaiknya tidak diminum 24 jam sebelum pelaksanaan EEG
- Sebaiknya, pasien tidur lebih sedikit dari biasanya pada malam sebelum pemeriksaan, agar saat EEG pasien dapat tertidur. Selain itu, kondisi sel otak yang kurang tidur akan meningkatkan kemungkinan gelombang abnormal terekam[3,18,19]
Sebelum pemeriksaan EEG, pasien atau keluarga diberikan informasi tentang apa yang akan dilakukan, serta apa yang akan dirasakan oleh pasien saat prosedur berlangsung. Hal ini mutlak disampaikan agar pasien merasa nyaman dan tidak terjadi kekhawatiran.[3,20,21]
Pencatatan dan pencocokan identitas pasien dilakukan sebelum pemeriksaan, perhatian khusus pada bekas luka di kepala seperti pasca kraniotomi. Selain itu, tingkat kesadaran pasien dicatat untuk menghindari salah interpretasi EEG. Tidak dianjurkan untuk memberikan obat sedatif karena dapat menyebabkan false interpretation, bahkan dapat membuat EEG normal menjadi abnormal.[3,20,21]
Persiapan Peralatan
Instrumen atau komponen utama pada alat EEG adalah EEG ambulatory dan EEG neurofeedback, yang terdiri dari:
Amplifiers, digunakan untuk meningkatkan amplitudo kelistrikan sel otak yang sangat rendah (beberapa mikrovolt) hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali. Amplifier yang digunakan harus bebas intervensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan elektronik yang lain, untuk menghindari noise/bising pada elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala
Electrodes, merupakan komponen dasar, sederhana dan penting pada EEG. Alat ini memegang peranan penting karena gelombang yang dihasilkan bergantung pada kapasitas elektroda itu sendiri, gelombang yang dihantarkan selanjutnya akan dibaca oleh mesin EEG. Bentuk elektroda yang paling umum adalah elektrode scalp yang berupa piringan perak klorida dengan diameter 4–10 mm
Filter, berperan untuk menyaring artefak yang berasal dari kontraksi otot kulit kepala dan otot leher saat perekaman. Walaupun pasien sudah rileks, artefak kadang masih muncul, dan dapat menyebabkan kesulitan menginterpretasi hasil EEG[22,23]
Selain komponen utama, EEG juga memiliki kontrol tambahan, yaitu individual channel controls, calibration signal, electrode test switch, baseline adjustment, sensitivity adjustment, dan trace restore.[22-24]
Demi mendapatkan hasil perekaman gelombang listrik otak yang optimal, dan menghindari kesalahan teknis yang dapat berakibat kesalahan diagnosis, maka terdapat beberapa persiapan alat, yaitu:
- Persiapkan alat, terutama ukuran kepala yang disesuaikan dari anak-anak hingga dewasa
- Perhatikanlah kebersihan alat sebelum digunakan
- Posisikan elektroda mengacu pada sistem 10‒20 EEG placement
- Hilangkan semua hal yg dapat menghalangi kemampuan baca alat
- Luangkan waktu sebentar untuk persiapan pendek, mulai dari pengecekan alat sekitar 5 menit[19,22-24]
Posisi Pasien
Posisi pasien yang disarankan adalah yang posisi yang rileks dan nyaman, seperti berbaring atau duduk bersandar. Pasien harus merasa rileks untuk menghindari gangguan, diantaranya kontraksi otot kulit kepala maupun otot leher dapat menyebabkan artefak pada hasil pemeriksaan.[1,2,11]
Prosedur Pemeriksaan
Pasien diberikan informed consent terlebih dahulu sebelum dilakukan EEG. Penjelasan tentang EEG, termasuk mengenai efek samping, kegunaan, dan tujuannya, agar pasien memahami dan merasa nyaman pada saat pemeriksaan.
Pemasangan alat EEG tidaklah terlalu rumit karena alat EEG sudah didesain sedemikian hingga dengan bentuk mirip topi, yang memiliki beberapa ukuran sesuai lingkar kepala pasien.
Gambar 1. Topi Pemeriksaan EEG (kiri); Posisi Pasien Duduk saat Prosedur Pemeriksaan EEG (kanan)
Terdapat prosedur khusus yang diaktifkan pada pemeriksaan EEG, untuk mendeteksi gelombang otak yang bersifat patologis dan berpotensi menimbulkan kejang, yaitu kurang tidur, pernafasan cepat dan dangkal, serta lampu berkedip. Berbagai metode ini digunakan untuk memprovokasi gelombang epileptiform. Dari bentukan gelombang epileptiform dapat digunakan untuk pengklasifikasian kejang dan sindrom epilepsi.[8,14-17]
Prosedur Sleep Deprivation
Prosedur sleep deprivation, atau kurang tidur, menyebabkan kelelahan pada pasien sehingga dapat memunculkan gelombang otak patologi pada EEG yang biasanya tidak terdeteksi. Selain itu, keuntungan kedua adalah akibat kurang tidur sebelum pemeriksaan EEG, maka kemungkinan pasien tertidur saat dilakukan pemeriksaan dapat terjadi sehingga pasien lebih rileks.[8,14]
Prosedur Hyperventilation
Prosedur hyperventilation dilakukan dengan cara meminta pasien untuk inhalasi napas dalam dan ekshalasi semaksimal mungkin seperti pada saat meniup lilin. Pernapasan dapat menyebabkan perubahan pada aliran darah sehingga terjadilah perubahan gelombang otak dan dapat memberikan informasi tambahan untuk menegakkan diagnosis. Prosedur ini tidak dilakukan pada orang yang memiliki riwayat penyakit asma atau penyakit jantung.[15,16]
Prosedur Photic Stimulation
Pada prosedur photic stimulation, pasien diperintahkan untuk melihat lampu yang berkedip atau kilatan cahaya lampu. Misalnya sebuah lampu diletakkan di depan pasien serta dinyalakan dan dipadamkan dengan kecepatan yg berbeda. Metode ini dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan pemberian terapi, serta sangat efektif untuk memicu terjadinya kejang pada beberapa pasien yang sensitif pada cahaya/photosensitive.[16,17]
Pemeriksaan pada Anak-anak
Dibutuhkan strategi demi keberhasilan pemeriksaan EEG pada pasien anak, salah satunya dengan menghentikan pemeriksaan bila anak mengalami stress atau tidak kooperatif. Sebelum dilakukan pemeriksaan EEG, hendaknya dilakukan anamnesis kepada orang tuanya mengenai karakter anak.
Komunikasi yang baik antara pemeriksa dengan keluarga anak, termasuk pengasuhnya, dapat membuat pemeriksa mendapatkan kepercayaan anak pada saat pemeriksaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan EEG anak adalah:
- Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien anak ditunjukkan peralatan EEG yang sesungguhnya, sehingga anak dapat memahami, beradaptasi, dan menghilangkan kecemasannya. Jika anak masih merasa cemas, rujuk anak ke psikolog anak
- Menggunakan peralatan yang sudah dimodifikasi dan menyerupai peralatan yg tidak asing bagi anak, sehingga tidak menimbulkan rasa takut
- Memaksimalkan peralatan yang dapat mengalihkan perhatian anak. Pada saat pemeriksaan EEG, keluarga dapat membawa mainan atau benda yang disukai anak
- Memberikan obat sedatif, seperti chloral hydrate agar anak tertidur saat perekaman EEG. Walaupun banyak penelitian menyebutkan bahwa sedatif dapat mengganggu hasil EEG, tetapi dapat digunakan jika anak sulit dibuat tenang[17,19,25,26]
Follow up
Setelah perekaman EEG, hasil perekaman akan dievaluasi ulang oleh operator. Jika ditemukan banyak artefak yang akan mempersulit interpretasi, maka pemeriksaan EEG dapat diulang.
Tinjauan klinis setelah pemeriksaan EEG mutlak diperlukan untuk menyingkirkan penyebab kejang. Jika tidak ada hasil klinis yang penting maka pemeriksaan EEG tidak perlu dilakukan ulang. Pemeriksaan EEG merupakan metode noninvasif yang dapat diulang saat dibutuhkan.[1,15,16]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini