Komplikasi EEG
Komplikasi electroencephalography atau EEG hampir tidak ada. EEG merupakan pemeriksaan penunjang noninvasif yang relatif aman untuk pasien. Namun, EEG pada pasien trauma kepala atau riwayat kraniotomi dapat sulit dilakukan, karena penempatan elektroda.[1,13,26,27]
Penelitian pada tahun 2018 menyebutkan bahwa EEG berpotensi menyebabkan kerusakan kulit. Insidensi kerusakan kulit sebesar 10‒11,4% pada pasien anak-anak, dan lebih rendah pada pasien dewasa. Secara keseluruhan, angka insidensi sekitar 25‒35%. Namun, penelitian ini dianggap kontroversial.[28]
Penelitian tersebut tidak menyediakan informasi yang lengkap, baik jumlah subjek penelitian (hanya menyebutkan objek anak dan dewasa namun tidak spesifik jumlahnya), metode penelitian yang belum menggunakan uji klinis terkontrol, kriteria eksklusi dan inklusi, hingga faktor komorbid pasien yang tidak dijelaskan.[28]
Komplikasi pada EEG Khusus
Terdapat prosedur EEG khusus, yaitu pemeriksaan dengan kondisi sleep deprivation (kurang tidur), hyperventilation (pernafasan cepat dan dangkal), dan photic stimulation (rangsang cahaya dengan metode lampu berkedip).[8,14-17]
Sebelum dilakukan prosedur khusus tersebut, harus dilakukan anamnesis terperinci. Misalnya pada prosedur hiperventilasi, dikontraindikasikan relatif adalah pasien dengan riwayat stroke, infark miokard, transplantasi, sindrom gangguan pernapasan akut, asma, penyakit moyamoya, dan anemia sel sabit.[27]
Selain itu, prosedur khusus harus dilakukan sangat hati-hati pada pasien dengan kekhawatiran kejang atau epilepsi.[27]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini