Teknik NIPT (Noninvasive Prenatal Testing)
Teknik NIPT atau noninvasive prenatal testing dilakukan dengan mengambil sampel darah ibu lalu menganalisis fragmen-fragmen DNA yang dikenal sebagai cell-free DNA atau cfDNA. Fragmen ini mungkin berasal dari DNA ibu ataupun dari DNA trofoblas plasenta. Plasenta sering memiliki materi genetik yang identik dengan janin, sehingga NIPT dapat mendeteksi kelainan genetik janin.
NIPT dapat mulai dilakukan pada usia kehamilan 10–14 minggu. Pemeriksaan yang terlalu awal dikhawatirkan akan memberikan hasil kurang akurat karena fraksi cfDNA fetal masih rendah. Hal ini perlu dijelaskan kepada orang tua.[3]
Tidak semua ibu hamil harus menjalani NIPT. Skrining akan direkomendasikan jika ada dugaan kelainan kongenital janin berdasarkan hasil USG atau jika ibu hamil berisiko tinggi. Sebelum tes, dokter juga perlu menjelaskan bahwa NIPT adalah suatu skrining dan bukan merupakan tes diagnostik.[3-5]
Persiapan Pasien
Sebelum tindakan, dokter menjelaskan tujuan tindakan dan kemungkinan tindak lanjut yang akan diperlukan bila hasil tes menunjukkan risiko kelainan genetik. Dokter lalu menanyakan kesediaan pasien dan meminta informed consent. Konseling yang memadai penting dilakukan untuk memastikan pasien dapat memilih untuk melanjutkan atau menolak pemeriksaan.[4,10,11]
Peralatan
Peralatan berikut akan dibutuhkan untuk prosedur NIPT:
- Sarung tangan steril
- Kassa pembalut dan kapas bulat
- Cairan antiseptik seperti alcohol pads, chlorhexidine 2%, atau povidone iodine
- Baki wadah serta alat pengambilan darah (spuit steril dengan ukuran sesuai)
- Wadah untuk menampung sampel darah
- Kotak pengaman limbah medis tajam
- Plester[3,12]
Posisi Pasien
Posisi pasien tergantung pada prosedur pengambilan sampel darah yang dilakukan. Sedapat mungkin pasien berbaring supinasi di tempat tidur dengan ekstremitas berada dalam posisi istirahat di permukaan yang stabil.[1,12]
Prosedural
Prosedur pengambilan sampel darah untuk skrining NIPT adalah sebagai berikut:
- Siapkan alat yang diperlukan lalu cuci tangan dan gunakan sarung tangan
- Tentukan lokasi vena yang akan ditusuk, umumnya di area antecubital lengan
- Pasang tourniquet 7,5–10 cm di proksimal bagian yang akan ditusuk
- Bersihkan area penusukan dengan cairan disinfeksi dengan gerakan melingkar dari sentral ke perifer, lalu biarkan 30 detik untuk pengeringan
- Tusukkan jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 15–30°
- Lepaskan tourniquet setelah darah mengalir, tarik perlahan-lahan penghisap dan biarkan spuit terisi darah sekitar 10 ml
- Lepaskan jarum perlahan-lahan dan pasang penutup jarum, segera tekan tempat tusukan dengan kapas selama 3–5 menit kemudian plester bagian tersebut dan lepaskan setelah 15 menit
- Pemindahan darah dari spuit ke tabung yang berisi ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) dilakukan dengan melepaskan jarum dari spuit secara hati-hati
- Masukkan darah ke dalam botol atau tabung EDTA secara perlahan
- Buang spuit dan jarumnya ke wadah pembuangan khusus
- Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
- Kirimkan sampel darah ke laboratorium
- Darah dalam EDTA disentrifuge 1.600 rpm (revolution per minute) selama 6 jam, lalu supernatant (plasma) dipindah ke tabung Eppendorf dan disentrifuge 1.600 rpm selama 10 menit
Supernatant diambil untuk DNA sequencing dengan berbagai metode amplifikasi
- Hasil didapatkan dan diinterpretasikan[2,12]
Follow Up
Hasil NIPT dapat menunjukkan ada tidaknya risiko kelainan genetik tertentu pada janin. Hasil dapat berupa risiko rendah (low risk) atau risiko tinggi (high risk).
Hasil Risiko Tinggi
Pasangan dengan hasil NIPT berisiko tinggi (positif) memerlukan konseling dengan ahli genetik, USG yang komprehensif, dan tes diagnostik, misalnya karyotyping/microarray terhadap sampel amniocentesis atau chorionic villus sampling (VHS).[13]
Dokter juga perlu memberikan informasi terkait peluang hasil pemeriksaan yang positif palsu. Beberapa kondisi yang menyebabkan hasil NIPT positif palsu adalah:
Confined placental mosaicism, yakni abnormalitas materi genetik plasenta tanpa disertai kelainan materi genetik janin. cfDNA dari unit fetus berasal dari trofoblas plasenta yang biasanya identik secara genetik dengan DNA fetus. Namun, DNA keduanya kadang tidak sesuai
- Salah satu janin kembar yang aneuploidi meninggal dan cf-DNA-nya masih tetap berada dalam sirkulasi darah ibu selama beberapa minggu
Maternal mosaicism, yakni kondisi di mana ibu merupakan pihak yang memiliki kelainan kromosom dan bukan janin. Kondisi ini jarang tetapi mungkin terjadi, misalnya pada wanita usia tua yang beberapa selnya kehilangan kromosom X saat hamil
- Ibu mengalami kanker, sehingga cell-free circulating tumor DNA (ctDNA) dapat terdeteksi secara tidak sengaja.
- Variasi jumlah salinan kromosom ibu
- Ibu hamil baru saja mendapatkan transplantasi jaringan atau organ, terutama dari donor laki-laki (<4 minggu) sehingga NIPT bisa salah mengidentifikasi janin berjenis kelamin perempuan sebagai laki-laki
- Kesalahan teknis saat pemeriksaan[1,3]
Hasil Risiko Rendah
Pasangan dengan hasil NIPT risiko rendah (negatif) umumnya tidak perlu menjalani tes diagnostik lebih lanjut. Akan tetapi, dokter perlu menjelaskan bahwa kemungkinan hasil negatif palsu tetap ada dan kemungkinan kelainan genetik lain (yang tidak dievaluasi oleh NIPT) juga tetap ada. Pasien mungkin akan memerlukan tes diagnostik lanjutan bila hasil USG di kemudian hari menunjukkan abnormalitas.[13]
Beberapa kondisi yang menyebabkan hasil NIPT negatif palsu adalah:
Confined placental mosaicism, seperti pada kasus positif palsu yang dijelaskan sebelumnya
- Fraksi fetal cfDNA dalam darah ibu yang borderline rendah (3–5%)
- Variasi jumlah salinan kromosom ibu
- Kesalahan teknis saat pemeriksaan[1,3]
Hasil Tidak Bisa Diinterpretasikan
Tes yang gagal (hasil tidak bisa diinterpretasikan) mungkin menandakan peningkatan risiko aneuploidi dan mungkin membutuhkan konseling genetik, USG, dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut.[13]
Namun, tes yang gagal juga mungkin disebabkan oleh kondisi berikut:
- Fraksi fetal cfDNA dalam darah ibu yang rendah (<3,5–4%), misalnya karena usia gestasi yang terlalu dini (<10 minggu), teknik koleksi sampel yang kurang baik, obesitas maternal, riwayat ibu menggunakan low molecular weight heparin sebelum usia gestasi 20 minggu, IVF (in vitro fertilization), dan hamil kembar
- Keterbatasan teknis pada laboratorium yang memeriksa[3]