Pendahuluan CT Scan Tulang Belakang
CT scan tulang belakang atau CT scan spine merupakan modalitas radiologi untuk penegakan diagnosis pada pasien dengan nyeri punggung bawah, patah tulang belakang, spondilitis TB, dan berbagai kelainan tulang belakang lain. Pemeriksaan CT scan dapat memberikan visualisasi yang mendetail terhadap struktur tulang, diskus intervertebralis, serta jaringan lunak tulang belakang.[1,2]
CT scan merupakan modalitas pencitraan lini pertama untuk mengevaluasi pasien trauma, terutama pada pasien dengan risiko tinggi mengalami cedera tulang belakang. Pemeriksaan CT scan juga berguna dalam mengevaluasi keadaan pascaoperasi, seperti verifikasi operasi fusi tulang belakang (spinal fusion), lokasi implan, serta identifikasi komplikasi.[2]
Pada kasus spondilitis TB, nyeri punggung bawah, dan spine curvature disorder, CT scan mampu memungkinkan identifikasi perubahan patologis seperti inflamasi pada tulang, sumsum tulang belakang, dan struktur saraf terkait. Dengan resolusi tinggi yang dimilikinya, CT scan mampu mendeteksi lesi, kerusakan tulang, dan kelainan anatomi lain dengan akurasi tinggi, yang merupakan langkah kunci dalam menegakkan diagnosis yang tepat dan merencanakan penatalaksanaan yang sesuai bagi pasien.[1-3]
Secara spesifik, CT scan juga memiliki keunggulan dibandingkan MRI, yaitu dalam hal membedakan proses kalsifikasi dengan jaringan lunak sekitar, seperti pada kondisi OPLL (Ossification of the Posterior Longitudinal Ligament). Namun, karena CT scan memanfaatkan sinar X yang merupakan radiasi pengion, maka segala risiko berkaitan dengan paparan sinar X juga berlaku pada CT scan.[2]
Paparan terhadap radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan risiko kanker. Anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi karena lebih radiosensitif dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu, pemeriksaan CT scan sebaiknya mempertimbangkan keuntungan yang didapat dengan potensi risiko yang diterima.[3]