Kontraindikasi CT Scan Tulang Belakang
Tidak terdapat kontraindikasi absolut untuk CT scan tulang belakang atau CT scan spine, tetapi penggunaan kontras berisiko menyebabkan reaksi alergi, termasuk anafilaksis. Selain itu, meskipun umumnya aman, penggunaan CT scan selama kehamilan juga memerlukan pertimbangan cermat mengenai manfaat dan potensi risikonya.[11-14]
Kontraindikasi Kontras
Riwayat reaksi kontras derajat berat dianggap sebagai kontraindikasi relatif terhadap pemberian media kontras dengan golongan yang sama di masa mendatang. Jika golongan media kontras yang sama diperlukan dan tidak ada alternatif, maka premedikasi harus dilakukan jika memungkinkan.
Pasien dengan gagal ginjal akut atau estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR) kurang dari 30ml/min/1.73m2 yang tidak menjalani hemodialisis juga merupakan kontraindikasi relatif.
Selain itu, penggunaan metformin sebaiknya dihentikan sementara pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan CT scan dengan kontras intravena teriodinasi. Ini dilakukan untuk mencegah penumpukan metformin di tubuh akibat pemberian kontras.[14]
Risiko pada Kehamilan dan Janin
Kecacatan janin akibat radiasi mulai terjadi pada dosis sekitar 50 mGy. Pada prosedur CT scan kepala, leher, dan dada, estimasi rentang dosis fetus pada prosedur berkisar antara 0.001-1.0 mGy, sedangkan estimasi rentang dosis fetus pada prosedur CT scan lumbal berkisar antara 1.1-10 mGy. Namun, perlu diperhatikan bahwa pencitraan berulang memiliki efek kumulatif sehingga mungkin dapat mencapai dosis tersebut.[15,16]
Pada dosis di bawah 100 mGy, tidak terdapat risiko kecacatan yang teridentifikasi. Pada dosis di atas 100 mGy, terdapat risiko untuk terjadinya defisit perkembangan janin, termasuk malformasi, retardasi pertumbuhan, retardasi mental, dan mikrosefali. Kadar radiasi melebihi 150-200 mGy memiliki risiko yang lebih tinggi dan signifikan terhadap malformasi perkembangan pada janin.[17]
Media kontras yang paling umum dipakai pada prosedur CT scan adalah media kontras teriodinasi. Meskipun media kontras teriodinasi dapat melewati plasenta dan memasuki sirkulasi janin atau langsung masuk ke dalam cairan ketuban, hasil penelitian pada hewan melaporkan bahwa tidak terdapat efek teratogenik atau mutagenik dari penggunaan media kontras tersebut.[14]