Indikasi Transplantasi Jantung
Indikasi transplantasi jantung secara umum adalah penurunan fungsi jantung dengan harapan hidup kurang dari 1 tahun tanpa transplantasi. Transplantasi jantung adalah pilihan tata laksana terakhir bagi pasien karena modalitas tata laksana lain tidak mampu memperbaiki fungsi maupun kualitas hidup.[2]
Indikasi
Berikut beberapa indikasi spesifik untuk transplantasi jantung:
Gagal jantung sistolik dengan keterbatasan fungsional berat atau gejala refrakter terhadap terapi medis dan alat optimal
Kardiomiopati dilatasi, iskemik, atau restriktif dengan gejala berat
Penyakit jantung bawaan yang gagal diobati dengan terapi konvensional atau belum ada terapi konvensional untuk mengatasinya
Syok kardiogenik dengan harapan kecil untuk pulih
- Miokarditis akut
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri <35%
Angina intractable atau aritmia maligna yang tidak teratasi dengan terapi konvensional ataupun ablasi
- Tumor jantung dengan kemungkinan metastasis kecil
Transplantasi jantung dapat dilakukan pada pasien tersebut jika resistensi vaskular pulmonal < 2 unit Wood, pasien berusia < 65 tahun, dan dapat mengikuti rencana pemantauan pasca operasi.[1,2]
Indikasi Relatif
Transplantasi jantung dapat dipertimbangkan pada kondisi berikut:
- Pasien dengan gagal jantung yang telah mendapat terapi adekuat namun masih mengalami keterbatasan aktivitas bermakna
- Iskemia tidak stabil yang rekuren dan tidak dapat menjalani intervensi lain
- Instabilitas balans cairan atau fungsi ginjal rekuren yang tidak disebabkan oleh ketidakpatuhan pasien terhadap terapi[14]
Indikasi Insufisien
Kondisi berikut tidak cukup untuk menjadi indikasi transplantasi jantung:
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri yang rendah
- Gagal jantung dengan gejala fungsi kelas III atau IV
Peak VO2 di atas 15 mL/kg per menit (atau diperkirakan lebih dari 55%)tanpa indikasi lainnya
Perlu diingat bahwa transplantasi jantung tidak dilakukan secara rutin sebagai terapi primer pada penyakit jantung bawaan. Dokter perlu mempertimbangkan untuk melakukan repair bedah terlebih dulu sebelum mempertimbangkan transplantasi jantung.[14]
Kriteria Pasien Menurut European Society of Cardiology
Berdasarkan European Society of Cardiology, terdapat beberapa kriteria lebih spesifik yang meliputi parameter gejala, fungsional, dan struktural jantung yang perlu dipenuhi sebelum mempertimbangkan transplantasi jantung:
- Gejala berat, dengan sesak napas saat istirahat atau kegiatan ringan (NYHA kelas III atau IV)
- Episode retensi cairan (kongesti pulmonal atau sistemik, edema perifer) atau penurunan cardiac output saat istirahat (hipoperfusi perifer)
- Bukti objektif gangguan fungsi jantung berat: fraksi ejeksi ventrikel kiri <30%, mitral inflow pattern pseudonormal atau restriktif pada echocardiography Doppler, atau gangguan kapasitas fungsional (tidak dapat berolahraga, hasil 6-minute walk test distance kurang dari 300 meter, atau peak oxygen intake kurang dari 12-14 mL/kg/menit)
- Minimal satu episode rawat inap akibat gagal jantung pada 6 bulan terakhir[3]
Peak VO2
Secara umum, volume puncak konsumsi oksigen (peak VO2) dengan uji stres kardiopulmoner memberikan penilaian objektif kapasitas fungsional pada pasien dengan gagal jantung dan merupakan salah satu prediktor terbaik kapan seorang individu memerlukan transplantasi jantung. Pada pasien yang tidak mendapat penyekat beta karena intoleransi, peak VO2 14 ml/kg/menit merupakan prediktor kelangsungan hidup dan mengindikasikan perlunya menjalani transplantasi. Pada pasien yang mendapat terapi gagal jantung berbasis bukti (misalnya penyekat beta atau defibrilator implantable), batas ambang ≤12 ml/kg/min lebih disukai. Salah satu batasan kriteria peak VO2 adalah memerlukan uji stres kardiopulmoner maksimal.[14,15]
Skor Prognosis Heart Failure Survival Score
Meskipun peak VO2 sering menjadi parameter utama dalam memandu pemilihan kandidat transplantasi jantung, profil risiko optimal tidak bisa ditentukan dari 1 aspek saja. Oleh karenanya, beberapa sistem skoring dikembangkan menggunakan multivariabel untuk menetapkan prognosis pasien dan rasio manfaat-risiko dari transplantasi jantung.
Salah sayu sistem skoring yang telah divalidasi adalah heart failure survival score (HFSS). Prediktor kesintasan dalam sistem skoring ini mencakup:
- Ada tidaknya penyakit arteri koroner
- Laju jantung istirahat
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri
- Mean arterial blood pressure
- Ada tidaknya intraventricular conduction delay pada EKG
- Kadar natrium serum
- Peak VO2
HFSS membagi pasien menjadi kategori risiko rendah (HFSS ≥8,10), menengah (HFSS 7,20 hingga 8,09), dan tinggi (HFSS ≤7,19) berdasarkan penjumlahan dari variabel yang disebutkan di atas dan dikalikan dengan koefisien.[14]