Kontraindikasi dan Peringatan Codeine
Kontraindikasi codeine atau kodein adalah depresi pernapasan, anak usia <12 tahun, anak usia <18 tahun yang baru saja menjalani tonsilektomi atau adenoidektomi, dan asma bronkial. Label peringatan obat ini menegaskan risiko terhadap pasien lansia, pasien berat badan kurang, pasien difabel, pasien hipotensi berat, atau pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan kesadaran.[32-36]
Kontraindikasi
Penggunaan codeine pada anak-anak berusia <12 tahun dikontraindikasikan karena ada bukti surveilans tentang risiko depresi napas dan kematian. Risiko ini diperkirakan berhubungan dengan peningkatan proporsi ultrarapid metabolizer pada kelompok usia tersebut. Selain itu, anak-anak berusia 12–18 tahun pascaoperasi tonsil dan adenoid juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap depresi napas terkait codeine.[7,32,33]
Kelompok pasien yang juga berisiko lebih tinggi terhadap efek samping codeine adalah pasien lansia yang tampaknya lebih sensitif terhadap efek analgesik senyawa opiat. Pasien geriatri pria juga lebih mungkin mengalami pembesaran prostat atau obstruksi saluran kemih dan gangguan fungsi ginjal yang membuat mereka rentan terhadap retensi urine imbas opiat.[32-36]
Codeine juga dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap codeine, depresi pernapasan berat, asma bronkial akut atau parah, pengguna obat alvimopan, pengguna obat golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan obstruksi gastrointestinal termasuk ileus paralitik.[35]
Peringatan
Pemakaian codeine berisiko menyebabkan penyalahgunaan maupun adiksi opiat. Dosis yang diberikan harus merupakan dosis terendah yang efektif dan berdurasi tersingkat. Dokter harus memantau tanda-tanda penyalahgunaan atau adiksi pada pasien.[35]
Pemakaian codeine secara bersamaan dengan benzodiazepine atau depresan sistem saraf pusat lain (termasuk alkohol) berisiko menimbulkan sedasi berat, depresi napas, koma, dan bahkan kematian.[35]
Pemakaian codeine juga perlu diwaspadai pada pasien dengan masalah peningkatan tekanan intrakranial, penurunan kesadaran, dan hipotensi. Pasien pascaoperasi bedah saraf merupakan kelompok yang rentan mengalami peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan kesadaran terkait codeine, khususnya pada dosis tinggi.[34]
Pemberian morfin secara akut maupun kronis pada hewan coba meningkatkan risiko penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal ini diduga terjadi karena efek morfin terhadap pelepasan histamin dan efek vasodilatasi yang secara langsung menurunkan tekanan darah. Namun, studi pada manusia menunjukkan bahwa konsumsi codeine dosis 60–120 mg tunggal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tekanan darah.[1,35,36]
Penanganan Overdosis Opioid dengan Naloxone
Sebelum memberikan dosis baru, dokter mengevaluasi apakah pasien membutuhkan naloxone. Naloxone dipertimbangkan jika pasien juga menggunakan depresan sistem saraf pusat lain atau memiliki riwayat penyalahgunaan opioid atau riwayat overdosis opioid. Akses terhadap naloxone harus disediakan.[35]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur