Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Codeine general_alomedika 2022-05-27T12:51:42+07:00 2022-05-27T12:51:42+07:00
Codeine
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Codeine

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Secara farmakologi, codeine atau kodein merupakan agonis reseptor opiat yang dapat bekerja dengan mengaktivasi reseptor µ. Obat ini ditandai dengan efek analgesik kerja cepat. Metabolismenya dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh polimorfisme CYP2D6 dan eliminasinya terutama terjadi melalui urine.

Farmakodinamik

Pembahasan aspek farmakodinamik codeine tidak lepas dari mekanisme kerja reseptor opiat. Reseptor opiat merupakan reseptor yang berikatan dengan protein G dan berfungsi sebagai pengatur transmisi sinaptik melalui protein G, yang kemudian akan mengaktivasi protein efektor.

Ikatan antara senyawa opiat ke reseptor akan memicu pertukaran guanosin trifosfat (GTP) dengan guanosin difosfat (GDP). Pembentukan GTP menghambat aktivitas adenilat siklase, sehingga menurunkan kadar cAMP intraseluler. Hal ini menyebabkan inhibisi berbagai neurotransmiter nosiseptif, seperti senyawa P, GABA, dopamin, asetilkolin, dan noradrenalin.

Ikatan opiat pada reseptor juga turut menghambat pelepasan vasopresin, somatostatin, insulin, dan glukagon. Pada saat bersamaan, senyawa opiat menutup kanal kalsium tipe N dan membuka kanal kalium. Masuknya kalium ke kompartemen intraseluler ini menyebabkan hiperpolarisasi dan penurunan eksitabilitas saraf.[8,9]

Codeine, seperti halnya agonis reseptor opiat lain yang lazim digunakan secara klinis, bekerja melalui aktivasi reseptor µ (Mu Opioid Receptor, MOR). MOR terdapat pada sistem saraf pusat (SSP), jaringan saraf selain SSP, dan jaringan nonsaraf. Studi pada berbagai hewan coba menunjukkan peran penting MOR di SSP dalam modulasi nyeri, sehingga reseptor opiat ini menjadi target terapeutik dalam manajemen nyeri.[10-14]

Namun, mekanisme kerja codeine terhadap MOR yang berperan dalam efek analgesik codeine bukan merupakan satu-satunya efek codeine terhadap tubuh. Keberadaan MOR yang luas di berbagai jaringan membuat codeine berisiko memicu efek samping yang berhubungan dengan senyawa opiat, seperti depresi napas, mual muntah, dan penurunan transit makanan di saluran cerna.[8,11,13]

Farmakokinetik

Ditinjau dari sisi farmakokinetik, codeine memiliki waktu puncak plasma dan waktu paruh plasma yang cepat serta memiliki volume distribusi yang besar. Eliminasi utama terjadi melalui ginjal.

Absorbsi

Absorbsi codeine cukup cepat seperti ditunjukkan oleh puncak konsentrasi plasma yang tercapai dalam waktu 60 menit setelah konsumsi oral. Bentuk metabolit codeine lainnya seperti codeine-6-glukuronat dan morfin-6-glukuronat juga memiliki waktu konsentrasi plasma puncak yang mirip (1–2 jam setelah pemberian).

Di sisi lain, waktu paruh plasma codeine tidak berbeda antara pemberian pada dosis 25 mg dan 50 mg (rerata t1/2: 2,0–2,1 jam). Namun, waktu paruh plasma metabolit turunan codeine seperti morfin dan morfin-3-glukuronat dapat mencapai 4–16 jam. Dengan demikian, meskipun hanya sebagian kecil codeine diubah menjadi morfin yang lebih poten terhadap reseptor µ, keadaan steady state dapat tercapai dalam kurun waktu 48 jam pada pemberian codeine 15 mg tiap 4 jam.[15]

Distribusi

Codeine memiliki volume distribusi yang cukup besar, yaitu 3–6 L/kg. Sementara itu, hanya 7–25% codeine dalam plasma yang terikat pada protein.

Metabolisme

Jalur metabolisme utama codeine terletak di hati dan meliputi proses N-demetilasi menjadi norcodeine, 3-Ο-demetilasi menjadi morfin, dan konjugasi glukuronat. Sekitar 50–70% codeine diubah oleh UGT2B7 menjadi codeine-6-glukuronat, yang memiliki afinitas sama dengan codeine terhadap reseptor µ. Sementara itu, 10–15% codeine akan mengalami N-demetilasi menjadi norcodeine oleh CYP3A4.

Sisanya akan mengalami 3-Ο-demetilasi oleh CYP2D menjadi morfin yang merupakan metabolit dengan afinitas 200 kali lebih besar dibandingkan codeine terhadap reseptor µ. Hampir 60% morfin dimetabolisme melalui glukuronidasi menjadi morfin-3-glukuronat sedangkan 5–10% diubah menjadi morfin-6-glukuronat oleh UGT2B7.[6]

Gen CYP2D6 merupakan gen yang paling banyak dipelajari dalam jalur metabolisme codeine dan memiliki implikasi klinis yang esensial. Variasi individual CYP2D6 dapat terbagi menjadi poor metabolizer (PM), extensive metabolizer (EM), dan ultrarapid metabolizer (UM). Hal ini menentukan efisiensi codeine dalam menimbulkan efek fisiologis yang diharapkan dan risiko toksisitasnya.[16]

Eliminasi

Hampir 90% dari seluruh dosis codeine yang dikonsumsi mengalami eliminasi melalui urine. Sekitar 10% komponen codeine yang keluar melalui urine berada dalam bentuk senyawa codeine.[15,17]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

6. Food and Drug Administration. FDA. FDA requires labeling changes for prescription opioid cough and cold medicines to limit their use to adults 18 years and older [Internet]. FDA Drug Safety Communications. 2018. https://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/ucm590435.htm
8. McDonald J, Lambert DG. Opioid mechanisms and opioid drugs. Anaesth Intensive Care Med. 2016;17(9):464–8. http://dx.doi.org/10.1016/j.mpaic.2013.08.002
9. Maurer HH, Sauer C, Theobald DS. Toxicokinetics of Drugs of Abuse: Current Knowledge of the Isoenzymes Involved in the Human Metabolism and Codeine. 2006;28(3):447–53.
10. Sehgal N, Smith HS, Manchikanti L. Peripherally acting opioids and clinical implications for pain control. Pain Physician. 2011;14(3):249–58.
11. Sobczak M, Sałaga M, Storr MA, Fichna J. Physiology, signaling, and pharmacology of opioid receptors and their ligands in the gastrointestinal tract: Current concepts and future perspectives. J Gastroenterol. 2014;49(1):24–45.
12. Iwaszkiewicz KS, Schneider JJ, Hua S. Targeting peripheral opioid receptors to promote analgesic and anti-inflammatory actions. Front Pharmacol. 2013;4(OCT):1–7.
13. Feng Y, He X, Yang Y, et al. Current Research on Opioid Receptor Function. Curr Drug Targets. 2012;13(2):230–46. http://www.eurekaselect.com/openurl/content.php?genre=article&issn=1389-4501&volume=13&issue=2&spage=230
14. Poulsen L, Brøsen K, Arendt-Nielsen L, et al. Codeine and morphine in extensive and poor metabolizers of sparteine: Pharmacokinetics, analgesic effect and side effects. Eur J Clin Pharmacol. 1996;51(3–4):289–95.
15. Lafolie P, Beck O, Lin Z, Albertioni F, Boréus L. Urine and plasma pharmacokinetics of codeine in healthy volunteers: Implications for drugs-of-abuse testing. J Anal Toxicol. 1996;20(7):541–6.
16. Thorn CF, Klein TE, Altman RB. Codeine and morphine pathway. Pharmacogenet Genomics. 2009;19(7):556–8.
17. Lafargue P, Benech H, Chaminade P, et al. [Study of urinary excretion of codeine and morphine after oral ingestion of codeine]. Ann Pharm Fr. 1995;53(2):66–74.
18. Joint Formulary Committee. British National Formulary. BNF 70. London; 2015.

Pendahuluan Codeine
Formulasi Codeine

Artikel Terkait

  • Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
    Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
  • Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya
    Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya
  • Perbedaan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak
    Perbedaan Natrium Diklofenak dan Kalium Diklofenak
  • Stop Menggunakan Codeine Sebagai Obat Batuk
    Stop Menggunakan Codeine Sebagai Obat Batuk
  • 5 Alasan Tidak Meresepkan Obat Batuk pada Anak
    5 Alasan Tidak Meresepkan Obat Batuk pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Maret 2025, 18:55
Tata cara pemberian tramadol drip
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Selamat siang dokter TS, ingin bertanya untuk kasus nyeri tidak respons dengan pemberian Ketorolac direncanakan menggunakan tramadol drip, bagaimana tata...
Anonymous
Dibalas 17 Februari 2025, 10:39
Nyeri di pangkal paha luar sejak 2 minggu tanpa bengkak dan deformitas pada pasien wanita 55 tahun
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter senior dan teman sejawat sekalian. Ijin konsul dok, saya memiliki pasien dengan nyeri di pangkal paha luar sudah 2mingguan. Tidak ada bengkak...
Anonymous
Dibalas 17 Juli 2024, 12:20
Penggunaan Neuralgin dan Asam Mefenamat secara bersamaan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin diskusi, saya pernah mendapatkan kasus pasien nyeri otot pinggang karena salah posisi ketika duduk. Lalu pasien diberikan Neuralgin dan Asam...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.