Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ketamine
Pada prinsipnya, penggunaan ketamine pada kehamilan dan wanita menyusui harus mempertimbangkan aspek manfaat yang melebihi risiko terhadap janin dan bayi. FDA memasukkan obat ketamine ke dalam kategori N, sedangkan TGA kategori B3, untuk penggunaannya dalam kehamilan.
Penggunaan pada Kehamilan
Food and Drug Administration (FDA) memasukan ketamine ke dalam kategori N. FDA belum memberikan label pada obat ketamine yang diresepkan. Hal ini karena FDA menganggap penggunaan ketamine untuk wanita hamil, belum ada bukti ilmiah yang cukup akan keamanannya, termasuk penggunaan ketamine pada persalinan normal, atau abdominal. Oleh karena itu, ketamine tidak direkomendasikan penggunaannya pada wanita hamil.[11]
Sedangkan Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan ketamine ke dalam kategori B3. Obat ini telah digunakan oleh sejumlah wanita hamil, juga wanita usia reproduktif, tanpa menunjukkan peningkatan frekuensi malformasi, atau dampak buruk, baik langsung maupun tidak langsung pada fetus. Uji klinis pada hewan percobaan menunjukkan bukti ilmiah adanya peningkatan kejadian kerusakan fetus, namun belum terbukti pada manusia.[12,18]
Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan obat anestesi, atau sedasi yang berulang, atau jangka panjang pada anak usia <3 tahun, dapat berefek buruk terhadap perkembangan otak jangka panjang. Retardasi pertumbuhan fetus intrauterine, berat badan lahir rendah, gangguan fungsi otak, hipotonia, terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menggunakan ketamine selama masa kehamilan trimester terakhir.[16,31]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Wanita menyusui yang akan menjalani prosedur medis dengan menggunakan ketamine untuk anestesi umum, dianjurkan untuk menghentikan sementara pemberian ASI pada bayinya, sedikitnya sekitar 11 jam setelah ibu diberikan ketamine. Namun, WHO menyatakan bahwa penggunaan ketamine sebagai anestesi umum bersifat kompatibel pada ibu menyusui.
Meski demikian, WHO juga menyatakan bahwa ibu tersebut dianjurkan untuk memompa ASI sebelumnya, dan disimpan di lemari es. ASI ini kemudian dapat diberikan pada bayinya sementara ibu dalam proses pemulihan.[32,33]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini