Efek Samping dan Interaksi Obat Insulin Regular
Efek samping penggunaan insulin reguler misalnya hipoglikemia, hipokalemia, dan reaksi hipersensitivitas. Insulin reguler juga memiliki interaksi obat yang dapat menyebabkan peningkatan maupun penurunan efek insulin, serta memperburuk kontrol gula darah.
Efek Samping
Efek samping insulin reguler yang umum terjadi adalah hipoglikemia. Efek samping lain adalah gangguan mineral dalam tubuh, reaksi hipersensitivitas, dan reaksi imunologis.
Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia termasuk sakit kepala, peningkatan rasa lapar dan haus, pusing, gemetar, sulit konsentrasi, lemas, respirasi cepat, dan takikardia. Hipoglikemia berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran atau pun kejang.[1,3,5,9]
Gangguan Mineral dalam Tubuh
Efek samping insulin reguler lainnya adalah mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga dapat menimbulkan keadaan hipokalemia, hipomagnesemia, hingga hipofosfatemia.[1,3,5,9]
Reaksi Hipersensitivitas
Insulin reguler juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas lokal dan sistemik. Gejala reaksi lokal eritema, edema, dan pruritus di area injeksi, yang akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Reaksi lokal ini biasanya disebabkan oleh teknik injeksi yang salah atau paparan terhadap zat iritan. Sedangkan reaksi sistemik akan menimbulkan gejala bercak kemerahan menyeluruh, dispnea, mengi, hipotensi, diaforesis, dan takikardia.[1,3,5,9]
Reaksi Imunologis
Reaksi imunologis pernah dilaporkan pada penggunaan insulin reguler. Reaksi imunologis ini berupa peningkatan titer antibodi anti-insulin, yaitu IgE, IgM, dan IgG, yang transien.
Pada kasus tertentu, peningkatan titer antibodi anti-insulin IgM dan IgG dapat mempengaruhi efektifitas kerja insulin hingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin, sedangkan peningkatan titer IgE dapat menjadi dasar terjadinya reaksi hipersensitivitas terhadap insulin. Namun, umumnya peningkatan titer antibodi anti-insulin setelah pemberian insulin reguler tidak mempengaruhi kontrol glikemik pasien.[1,3,5,9,14]
Efek Samping Lain
Efek samping lain yang mungkin timbul adalah rasa cemas atau anxiety, penglihatan kabur, kedinginan, confusion, kulit pucat, batuk, oliguria, depresi, kesulitan menelan, kram atau nyeri otot, mual, kesemutan atau baal pada ekstremitas, dan neuropati perifer akut yang nyeri. Selain itu, dapat pula terjadi retensi natrium dan edema, serta peningkatan berat badan karena efek anabolik insulin yang bersifat hormonal.[1,3,5,9]
Pada penggunaan jangka panjang, insulin reguler dapat menyebabkan lipodistrofi. Termasuk lipohipertrofi dan lipoatrofi pada lokasi suntikan yang dipakai berulang kali, tetapi efek samping ini masih jarang terjadi.[1,3,5,9]
Interaksi Obat
Terdapat berbagai obat yang memiliki interaksi dengan insulin reguler. Interaksi ini dapat menimbulkan berbagai efek, seperti meningkatkan efek insulin (masking effect), menurunkan efek insulin, menurunkan kebutuhan insulin, memberi efek aditif, memperburuk kontrol glukosa darah, menyebabkan penambahan berat badan, dan menutupi tanda dan gejala hipoglikemia.[1,3,5,9]
Tabel 2. Interaksi Obat Insulin Reguler
Interaksi Obat | Nama Obat |
Meningkatkan kerja insulin (masking effect) | Beta blocker, klonidin, dan reserpin |
Menurunkan kerja insulin | Kortikosteroid, suplemen tiroid, estrogen, isoniazid niacin, phenothiazine, rifampisin, thiazide, dan beta-2 sympathomimetic |
Menurunkan kebutuhan akan insulin | Alkohol, ACE inhibitor, MAO inhibitor, Octreotide, Zat hipoglikemik oral, dan Salisilat |
Penambahan berat badan | Thiazolidinediones |
Menutupi tanda dan gejala hipoglikemia | Beta blocker, clonidine, guanethidine, dan reserpine |
Sumber: Michael Sintong, 2022.[1,3,5,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Dr Riawati