Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Levocetirizine
Penggunaan levocetirizine pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B oleh FDA dan kategori B2 oleh TGA. Pada ibu menyusui, belum ada data yang adekuat mengenai ada tidaknya ekskresi ke dalam ASI, pengaruhnya terhadap bayi yang disusui, serta pengaruhnya terhadap produksi ASI.[1,2,6,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori B (FDA): studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[1]
Kategori B2 (TGA): obat hanya dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur, tanpa adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek merugikan langsung atau tidak langsung lainnya pada janin manusia. Penelitian pada hewan tidak memadai, namun data yang tersedia tidak menunjukkan bukti peningkatan kejadian kerusakan janin.[6]
Pada penelitian hewan (tikus dan kelinci), levocetirizine tidak bersifat teratogenik pada dosis oral masing-masing hingga 200 dan 120 mg/kgBB (kira-kira 320 dan 390 kali dosis oral harian maksimal yang direkomendasikan pada orang dewasa dalam mg/m²). Namun, belum ada penelitian memadai pada wanita hamil.[2,7]
Data yang tersedia dari literatur yang dipublikasikan dan pengalaman pasca pemasaran pada wanita hamil tidak cukup untuk mengidentifikasi risiko abortus, cacat lahir, atau dampak buruk pada ibu atau janin yang terkait dengan obat. Akan tetapi, karena terbatasnya data, levocetirizine hanya digunakan jika jelas diperlukan.[2,7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Saat ini belum ada data yang adekuat untuk mengetahui apakah levocetirizine bisa diekskresikan dalam ASI atau tidak. Tidak ada data mengenai efeknya pada bayi yang disusui ataupun terhadap produksi ASI. Namun, pada penelitian hewan, dilaporkan cetirizine diekskresikan dalam susu tikus dan anjing beagle. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan besar obat levocetirizine juga terdapat dalam air susu manusia.[2,7]
Dokter harus membandingkan manfaat menyusui bagi perkembangan dan kesehatan bayi dengan kebutuhan klinis ibu akan terapi dan potensi dampak buruk pada bayi yang disusui akibat obat.[2,7]