Pengawasan Klinis Entecavir
Pengawasan klinis saat penggunaan entecavir bertujuan untuk memonitor ada tidaknya tanda-tanda hepatotoksisitas yang dapat berakibat fatal. Dokter dapat memonitor ada tidaknya asidosis laktat, hepatomegali, peningkatan konsentrasi transaminase, dan juga bilirubin.
Monitor terutama harus lebih ketat pada pasien dengan penyakit liver dan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami gangguan liver seperti pasien obesitas dan pasien yang konsumsi alkoholnya tinggi. Hentikan pengobatan apabila pasien menunjukkan gejala dan temuan laboratorium yang mengarah pada gangguan liver.
Eksaserbasi akut yang berat pada hepatitis B juga dapat terjadi setelah penghentian terapi antihepatitis B, termasuk entecavir. Oleh karena itu, pantau juga fungsi hepar selama beberapa bulan setelah penghentian terapi. Terapi ulang dapat dilakukan bila eksaserbasi terjadi.
Parameter yang disarankan untuk monitor terapi entecavir adalah tes fungsi hepar setiap 3 bulan, tes penanda virus hepatitis B setiap 3-6 bulan selama tata laksana, dan minimal setiap 6 bulan setelah penghentian terapi.
Monitor juga harus dilakukan pada pasien dengan gangguan ginjal atau pasien yang menerima terapi konkomitan yang mungkin dapat menurunkan fungsi ginjal. Dibutuhkan penyesuain dosis jika creatinine clearance <50 mL/menit.[1,4,6]