Efek Samping dan Interaksi Obat Peginterferon Alfa-2a
Efek samping peginterferon alfa-2a yang perlu diperhatikan adalah risiko timbulnya atau memburuknya gangguan-gangguan neuropsikiatri, autoimun, infeksius, dan iskemik. Sementara itu, interaksi obat dapat terjadi dengan teofilin, metadon, dan beberapa obat lainnya.[1,2]
Efek Samping
Peginterferon alfa-2a dapat mencetuskan atau memperparah gangguan-gangguan neuropsikiatri, autoimun, infeksius, dan iskemik. Kondisi-kondisi ini kadang dapat bersifat fatal dan mengancam nyawa. Pemberian obat ini harus dengan monitoring agar efek samping yang ditimbulkan dapat ditangani segera.
Beberapa efek samping lain juga dapat terjadi pada sistem hematologi, limfatik, pendengaran, dan pencernaan. Detail lengkapnya adalah sebagai berikut:
- Sistem hematologi dan limfatik: anemia, neutropenia, trombositopenia, dan thrombotic thrombocytopenic purpura
- Sistem pendengaran: gangguan pendengaran hingga tuli
- Sistem pencernaan: mual, muntah, dispepsia, perdarahan saluran cerna, kolitis, pankreatitis, konstipasi
- Sistem imun: systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, sarcoidosis
- Penyakit infeksi: sepsis, osteomielitis, endokarditis, pielonefritis, pneumonia
- Sistem integumen: alopecia, pruritus, dermatitis, xerosis kutis, sindrom Stevens-Johnson, toxic epidermal necrolysis, angioedema
- Sistem saraf: kejang[1,6]
Interaksi Obat
Beberapa interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan peginterferon alfa-2a yang dikombinasikan dengan obat lain, di antaranya:
- Peningkatan kadar teofilin sebesar 25% pada penggunaan bersama
- Peningkatan kadar metadon sebesar 10–15% pada minggu ke-4 pada pemberian bersama
- Peningkatan risiko toksisitas pada penggunaan bersama analog nukleosida (nucleoside reverse transcriptase inhibitors), misalnya eksaserbasi hepatitis dan gagal hati
- Peningkatan risiko gagal hati, neuropati perifer, pankreatitis, dan asidosis laktat pada penggunaan bersama didanosin
- Peningkatan risiko neutropenia dan anemia pada pemberian bersama zidovudin[2,13]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini