Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Fludarabin
Penggunaan fludarabin pada kehamilan dan menyusui tidak disarankan. Berdasarkan mekanisme aksinya, fludarabin dapat menyebabkan gangguan pada fetus jika diberikan selama kehamilan. Sementara itu, belum diketahui apakah fludarabin diekskresikan ke ASI, sehingga penggunaan pada ibu menyusui harus berhati-hati.[3]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan fludarabin dalam Kategori D. Artinya, ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.[3]
TGA juga memasukkan fludarabin dalam Kategori D. Hal ini berarti fludarabin termasuk dalam obat-obatan yang telah menyebabkan, diduga telah menyebabkan, atau mungkin diduga menyebabkan peningkatan insiden malformasi janin manusia atau kerusakan permanen.[6]
Berdasarkan mekanisme aksinya, fludarabin dapat menyebabkan efek buruk pada fetus jika diberikan pada ibu hamil. Hingga kini belum ada studi terkontrol adekuat mengenai efek pemberian fludarabin selama kehamilan. Pada studi tikus percobaan, pemberian fludarabin dalam dosis 2,4 dan 7,2 kali lebih tinggi dari dosis manusia selama organogenesis menyebabkan peningkatan risiko resorpsi, malformasi skeletal dan viseral, serta penurunan berat badan janin.[3]
Dalam sebuah laporan dimana paparan fludarabin terjadi pada trimester ke-2 kehamilan, tidak ada toksisitas yang terjadi. Meski demikian, wanita dan pria usia subur yang mendapat fludarabin sebaiknya disarankan menggunakan kontrasepsi selama dan setidaknya 6 bulan setelah pemakaian fludarabin.[15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Tidak diketahui apakah fludarabin diekskresikan dalam ASI. Karena banyak obat diekskresikan pada ASI dan karena adanya potensi reaksi merugikan yang serius, termasuk tumorigenisitas pada bayi menyusui, dokter perlu mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko terkait menghentikan menyusui atau menghentikan obat dengan mempertimbangkan pentingnya obat untuk ibu.[3]