Farmakologi Methylprednisolone
Farmakologi methylprednisolone adalah sebagai glukokortikoid dengan efek antiinflamasi dan imunosupresi. Methylprednisolone bekerja dengan menghambat sintesis beberapa protein inflamasi melalui penekanan gen yang mengkode protein tersebut.[1-3]
Farmakodinamik
Methylprednisolone termasuk glukokortikoid dengan potensi sedang. Methylprednisolone mengikat dan mengaktivasi reseptor glukokortikoid intraselular pada inti sel. Kemudian, reseptor ini mengikat bagian promoter DNA dan mengurangi transkripsi protein proinflamasi. Dari sini methylprednisolone mengakibatkan modifikasi respon imun dengan berbagai cara, termasuk menurunkan ekspresi sinyal proinflamasi dan meningkatkan ekspresi sinyal antiinflamasi.
Methylprednisolone juga menyebabkan perubahan respon limfosit, menurunkan respon pro-inflamasi sel T, mengalihkan diferensiasi makrofag dari M1 (proinflamasi) ke M2 (antiinflamasi, anti alergi), serta mengalihkan diferensiasi sel T helper.
Methylprednisolone juga dilaporkan dapat menarik kembali leukosit dari sirkulasi ke jaringan limfoid, mengurangi vasodilatasi dan permeabilitas kapiler, serta menghambat kemotaksis, diferensiasi, dan fagositosis oleh sel polimorfonuklear. Methylprednisolone juga dapat menghambat apoptosis neutrofil, menghambat fosfolipase A2 sehingga mengurangi produksi asam arakidonat, serta meningkatkan sel darah merah, hemoglobin dan trombosit.[2,3]
Methylprednisolone pada COVID-19
Methylprednisolone juga dapat mengendalikan hiperinflamasi COVID-19 dengan meningkatkan ekspresi ACE-2 dan menurunkan transkripsi IL-6. Dengan ini akan ada ACE-2 yang tidak diinfeksi virus, makrofag tidak tertarik ke saluran pernapasan maupun berkumpul di epitel paru-paru penderita, dan produksi IL-6 oleh makrofag menurun. Kondisi ini akan melindungi pernapasan dari sindroma distress pernapasan akut (ARDS).[4]
Farmakokinetik
Seperti glukokortikoid pada umumnya, methylprednisolone dimetabolisme melalui transformasi enzimatik yang mengurangi aktivitas fisiologis mereka dan meningkatkan solubilitas untuk meningkatkan ekskresi via urine.
Absorpsi
Methylprednisolone cepat diabsorpsi secara oral. Puncak konsentrasi obat untuk mulai menimbulkan efek terapeutik dicapai dalam 1-2 jam untuk penggunaan oral, 4-8 hari untuk penggunaan intramuskular, dan 1 minggu untuk penggunaan intraartikular.
Methylprednisolone termasuk glukokortikoid dengan durasi kerja sedang, yakni 12 hingga 36 jam. Durasi kerja dapat mencapai 30-36 jam bila dikonsumsi secara oral. Penggunaan intramuskular bekerja selama 1-4 minggu. Penggunaan intraartikular bekerja selama 1-5 minggu. Waktu paruh methylprednisolone adalah ≥ 3,5 jam.[5,6]
Distribusi
Lebih dari 90% dari methylprednisolone yang diabsorpsi berikatan dengan protein plasma, terutama albumin dan globulin. Obat ini melewati plasenta. Volume distribusi methylprednisolone mencapai 0,7 hingga 1,5 L/kg.[2,3,5,6]
Metabolisme
Methylprednisolone mengalami metabolisme di dalam hepar oleh enzim oksidator mikrosomal liver.[2,3,5,6]
Eliminasi
Metabolit methylprednisolone dikonjugasikan ke asam glukoronat atau sulfat dan diekskresikan melalui ginjal.[2,3,5,6]
Resistensi
Telah ditemukan kasus autoimun yang menjadi refrakter setelah penggunaan glukokortikoid jangka panjang sebagai lini pertama pengobatan. Telah dilaporkan juga kasus graft-versus-host disease pada pasien transplantasi yang refrakter terhadap glukokortikoid. Pasien-pasien ini kemudian membutuhkan jenis imunomodulator lainnya, termasuk antibodi monoklonal dan agen biologik.[7-11]
Penulisan pertama: dr. Tanessa Audrey Wihardji