Efek Samping dan Interaksi Obat Baclofen
Efek samping baclofen yang paling serius adalah reaksi yang bisa terjadi bila baclofen intratekal dihentikan secara mendadak, yakni demam tinggi, perubahan status mental, spastisitas rebound, rhabdomyolisis, dan berbagai efek serius lainnya. Sementara itu, interaksi obat baclofen dapat terjadi pada penggunaan bersama benzodiazepin atau obat lain yang mendepresi sistem saraf pusat.
Efek Samping
Efek samping yang paling umum ditemukan adalah rasa kantuk sementara (10–63%), rasa pusing (5–15%), kelemahan (5–15%), dan rasa lelah (2–4%). Berdasarkan target organ, efek samping baclofen juga dapat dirincikan sebagai berikut:
- Neuropsikiatri: kebingungan, nyeri kepala, insomnia, euforia, depresi, halusinasi, paresthesia, nyeri otot, slurred speech, gangguan koordinasi, tremor, rigiditas, distonia, ataksia, dan disartria
- Oftalmologi: gangguan penglihatan, nistagmus, strabismus, miosis, midriasis, dan diplopia
- Telinga, hidung, dan tenggorokan (THT): tinitus dan kongesti nasal
- Kardiovaskular: hipotensi, palpitasi, dan nyeri dada
- Gastrointestinal: mual, muntah, konstipasi, anoreksia, nyeri perut, perdarahan gastrointestinal, dan diare
- Genitourinaria: enuresis, retensi urine, disuria, impotensi, nokturia, hematuria
- Lain-lain: ruam kemerahan, pruritus, edema tungkai[1,6]
Gejala putus obat (withdrawal) akibat penghentian mendadak baclofen intratekal dapat terjadi pada pasien yang menggunakan obat >2 bulan. Hal ini termasuk dalam black box warning dari FDA karena dapat menyebabkan hiperpireksia, gangguan status mental, kekakuan otot, dan spastisitas rebound yang dapat berkembang menjadi rhabdomyolisis dan kegagalan sistem multiorgan.
Withdrawal paling sering terjadi akibat dosis pemberian yang tidak tepat. Pasien dan pengasuh harus benar-benar memahami pemantauan pump infusion untuk mencegah withdrawal. Penghentian terapi baclofen oral secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kejang dan halusinasi. Pengurangan dosis secara bertahap sangat dianjurkan.[1]
Neonatus dari ibu yang diobati dengan baclofen oral selama kehamilan telah dilaporkan mengalami neonatal withdrawal symptom selama beberapa jam hingga beberapa hari. Gejala pada bayi termasuk peningkatan tonus otot, tremor, gelisah, dan kejang.[7]
Interaksi Obat
Baclofen dapat meningkatkan efek sedasi dan risiko depresi pernapasan bila digunakan bersama relaksan otot lain seperti tizanidin, opioid seperti morfin, agen neuroleptik, barbiturat, benzodiazepin, dan anxiolytics. Selain itu, baclofen menaikkan risiko efek samping levodopa atau carbidopa, misalnya mual, halusinasi, agitasi, dan confusion.
Baclofen juga meningkatkan risiko gangguan jantung dan kejang dengan agen anestesi umum (misalnya fentanyl atau propofol) dan dapat meningkatkan risiko hipotensi pada pasien dengan pengobatan antihipertensi.[5,7]