Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Baclofen
Penggunaan baclofen pada kehamilan dinyatakan sebagai kategori C oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA). Sementara itu, penggunaan baclofen pada ibu yang menyusui dilaporkan dapat menyebabkan obat ini diekskresikan ke ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori C (FDA): Studi pada binatang percobaan memperlihatkan efek samping pada janin tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Baclofen terbukti meningkatkan insidensi omfalokel pada janin tikus dengan dosis 13 kali lipat dosis rekomendasi maksimal manusia. Selain itu, tampak ada peningkatan insidensi phalangeal nuclei yang tidak terosifikasi pada janin kelinci yang diberikan baclofen 7 kali lipat dosis rekomendasi maksimal manusia.[7]
Neonatus yang lahir dari ibu yang menggunakan baclofen oral selama kehamilan telah dilaporkan mengalami neonatal withdrawal symptom selama beberapa jam hingga beberapa hari. Gejala pada neonatus termasuk peningkatan tonus otot, tremor, gelisah, dan kejang.
Jika manfaat obat melebihi potensi risiko pada janin, baclofen dapat dilanjutkan selama kehamilan, dikurangi secara bertahap, lalu dihentikan sebelum melahirkan. Apabila tapering-off tidak memungkinkan, edukasi orang tua bahwa neonatus yang terpapar berpotensi mengalami neonatal withdrawal symptom.[7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pada dosis oral yang direkomendasikan, baclofen terdeteksi dalam ASI. Data tentang pengaruh hal ini pada bayi masih terbatas. Namun, gejala withdrawal dilaporkan dapat terjadi pada bayi ketika ibu yang menyusui menghentikan penggunaan baclofen.[7]