Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Cimetidine
Penggunaan cimetidine pada kehamilan diperbolehkan, namun tetap dilakukan hanya jika manfaat melebihi risiko terhadap janin dan bayi. FDA memasukkan cimetidine ke dalam kategori B. Pada ibu menyusui, cimetidine diketahui diekskresikan melalui ASI, sehingga penggunaan obat lain lebih disarankan.[5,6,18]
Penggunaan pada Kehamilan
Cimetidine masuk dalam kategori B oleh FDA. Studi terhadap binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko pada janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil.[6]
TGA memasukkan cimetidine pada kategori B1. Obat telah dikonsumsi pada sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur dan menunjukkan tidak terdapat peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung maupun tidak langsung lainnya pada janin manusia. Studi pada hewan belum menunjukkan bukti peningkatan terjadinya kerusakan janin.[8,19]
Cimetidine digunakan dalam tata laksana ulkus peptikum, ulkus duodenum, dan keadaan hipersekresi gaster. Obat ini berperan sebagai inhibitor reseptor H2.[5]
Penelitian telah dilakukan pada hewan percobaan, seperti kelinci dan tikus, dengan memberikan obat cimetidine dosis hingga 40 kali dari dosis normal pada manusia. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya bukti gangguan kesuburan atau bahaya pada janin akibat pemberian cimetidine. Meski demikian, belum terdapat penelitian terkontrol yang memadai pada wanita hamil.[8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Dosis maternal cimetidine 1000 hingga 1200 mg per hari dilaporkan diekskresikan ke ASI dalam dosis lebih kecil dari dosis yang diperbolehkan pada neonatus (5-10 mg/kg/hari). Oleh karenanya, cimetidine diduga tidak akan menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada bayi yang menyusu, apalagi jika bayi sudah berusia di atas 2 bulan. Meski begitu, karena cimetidine mempengaruhi enzim hepar, cimetidine sebaiknya tidak digunakan jika memang ada opsi pengobatan lain.[18]