Efek Samping dan Interaksi Obat Terbutaline
Efek samping terbutaline yang sering terjadi di antaranya adalah palpitasi, tremor, dan rasa kantuk. Interaksi obat di antaranya berupa peningkatan efek vaskuler terbutaline pada penggunaan bersama dengan antidepresan trisiklik.
Efek Samping
Selain bersifat sebagai agonis beta-2, terbutaline juga menstimulasi adrenoreseptor beta-1 yang berada di jantung, sehingga menyebabkan efek stimulasi ke jantung dan ke sistem saraf pusat.
Efek samping yang umum dialami oleh pasien saat mengonsumsi terbutaline adalah palpitasi, tremor, dan gelisah, pusing, sakit kepala, mual, muntah, kecemasan, letargi, flushes, keringat berlebih, nyeri dada, kram otot, dan tinitus. Pada beberapa kasus juga dapat terjadi kejang, vaskulitis hipersensitivitas, dan peningkatan enzim hati.
Selain itu juga dapat terjadi hiperglikemia transien, gangguan elektrolit terutama hipokalemia, aritmia, edema paru, dan infark miokard.[3,8-10]
Kardiovaskular
Efek samping kardiovaskular terbutaline:
- Sangat sering (>10%): Palpitasi
- Sering (1-10%): Takikardia, ventrikel ekstrasistol, vasodilatasi, pengurangan tekanan diastolik, hipotensi
- Jarang (< 0,1%): Aritmia, takikardia supraventrikular dan ekstrasistol, vasodilatasi perifer, iskemia miokard
- Frekuensi tidak diketahui: Denyut ektopik[3,8-10]
Sistem Saraf
Terbutaline dapat menyebabkan efek samping pada sistem saraf sebagai berikut:
- Sangat sering (>10%): Tremor, rasa cemas, panik, kantuk, pusing
- Sering (1-10%): Sakit kepala
- Jarang (<0.1%): Parestesi[3,8-10]
Dermatologi
Efek samping dermatologi yang dapat disebabkan oleh terbutaline:
- Sering (1-10%): Keringat meningkat
- Jarang (0.1–1%): Ruam
- Frekuensi tidak diketahui: Eksantema[3,8-10]
Gastrointestinal
Terbutaline juga dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal berikut:
- Sering (1-10%): Mual, muntah
- Jarang (0.1–1%): Mulut kering
- Frekuensi tidak diketahui: Diare[3,8-10]
Metabolik
Efek samping metabolik yang dapat diakibatkan oleh terbutaline adalah:
- Sering (1-10%): Hipokalemia
- Jarang (<0.1%): Asidosis laktat, hiperglikemia[3,8-10]
Respirasi
Terdapat juga efek samping respirasi sebagai berikut:
- Sangat sering (>10%): Dispnea
- Jarang (0.1–1%): Edema paru
- Jarang (<0.1%): Mengi segera setelah inhalasi[3,8-10]
Psikiatri
Efek samping psikiatri akibat penggunaan terbutaline:
- Sering (1–10%): Somnolen, insomnia
- Jarang (0.1–1%): Ansietas, halusinasi[3,8-10]
Sistem Organ Lain
Terbutaline juga dapat menyebabkan efek samping yang jarang terjadi pada sistem muskuloskeletal berupa otot kaku dan hipertonia, pada sistem hepatik berupa peningkatan enzim hati, dan pada sistem imun berupa vaskulitis hipersensitivitas.[3,8-10]
Interaksi Obat
Penggunaan terbutaline dengan obat-obat golongan simpatomimetik lainnya tidak direkomendasikan, karena memiliki efek berbahaya untuk sistem kardiovaskular pasien.
Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI) dan Antidepresan Trisiklik
Penggunaan terbutaline pada pasien yang mengonsumsi obat MAOI seperti selegiline, atau antidepresan trisiklik seperti amitriptyline, harus dilakukan dengan hati-hati. Terbutaline dapat diberikan 2 minggu setelah penghentian konsumsi MAOI atau antidepresan trisiklik.[3,8-10]
Beta Blocker
Agen pemblokir reseptor beta adrenergik tidak hanya memblokir efek pulmoner dari agonis beta seperti terbutaline, tetapi juga menyebabkan terjadinya bronkospasme akut pada pasien-pasien dengan asma. Oleh karena itu, penggunaan beta blocker pada pasien asma sebaiknya dihindari.[3,8-10]
Diuretik
Perubahan EKG dan hipokalemia yang dapat diakibatkan oleh pemberian diuretik nonpotassium-sparing dapat diperburuk oleh terbutaline. Oleh karena itu, penggunaan agonis beta bersamaan dengan diuretik nonpotassium-sparing sebaiknya dihindari, terutama apabila penggunaan agonis beta sudah melebihi dosis yang dianjurkan.[3,8-10]
Penulisan pertama: dr. Graciella N T Wahjoepramono