Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Terbutaline
Penggunaan terbutaline pada kehamilan tidak disarankan FDA karena telah dikaitkan dengan peningkatan detang jantung, aritmia, dan iskemia miokard pada ibu hamil. Pada ibu menyusui, terbutaline dikeluarkan ke ASI.[3,6,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Terbutaline masuk FDA Kategori C. Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
TGA memasukkan terbutaline dalam Kategori A. Obat ini telah digunakan pada banyak wanita hamil dan usia subur tanpa adanya bukti peningkatan frekuensi malformasi atau efek membahayakan yang direk atau indirek pada janin.
Efek samping yang serius, terkadang fatal, termasuk peningkatan detak jantung, hiperglikemia transien, hipokalemia, aritmia jantung, edema paru, dan iskemia miokard pernah dilaporkan setelah pemberian pada wanita hamil. Peningkatan denyut jantung janin dan hipoglikemia neonatal dapat terjadi akibat pemberian ibu.[3,6]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Terbutaline dikeluarkan ke ASI. Meski demikian, penggunaan terbutaline oral atau inhalasi oleh ibu dianggap memiliki kemungkinan kecil mempengaruhi bayi yang disusui. Beberapa ulasan dan panel ahli menyetujui bahwa penggunaan bronkodilator inhalasi dapat diterima selama menyusui karena bioavailabilitas yang rendah setelah digunakan. Meski begitu, perlu diketahui bahwa penggunaan terbutaline sebagai agen tokolitik dapat mengurangi durasi menyusui.[7]
Penulisan pertama: dr. Graciella N T Wahjoepramono