Kontraindikasi dan Peringatan Oxytocin
Secara umum, kontraindikasi oxytocin adalah pada induksi persalinan yang sudah diketahui tidak mungkin dilakukan per vaginam, misalnya pada disproporsi kepala-panggul. Peringatan pemberian oxytocin diperlukan terkait risiko hiperstimulasi rahim.[1,8,11]
Kontraindikasi
Kontraindikasi terhadap oxytocin meliputi hipersensitivitas terhadap hormon itu sendiri atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan oxytocin. Kontraindikasi lain meliputi adanya infeksi herpes genital aktif, vasa previa, plasenta previa total, kanker serviks invasif, dan prolaps atau presentasi tali pusat. Secara garis besar, oxytocin untuk tujuan induksi persalinan tidak diberikan jika sudah diketahui pasien tidak dapat menjalani persalinan per vaginam
Selain itu, penggunaan oxytocin pada induksi persalinan elektif tidak direkomendasikan. Hal ini utamanya karena bukti adekuat terkait manfaat dan risiko masih sangat kurang. Induksi persalinan disebut elektif jika induksi dilakukan tanpa adanya indikasi medis yang jelas.[1,8,9,11]
Peringatan
Induksi persalinan dengan oxytocin harus diberikan atas indikasi medis dan harus dilakukan di rumah sakit dengan supervisi dari tenaga medis.
Pemberian oxytocin tidak boleh diberikan dalam durasi yang lama pada pasien dengan risiko inersia uteri, preeklampsia berat, dan gangguan kardiovaskular berat.
Pemberian bolus intravena oxytocin dapat menyebabkan hipotensi dengan takikardia. Perlu berhati-hati pada pasien dengan predisposisi terjadi iskemik miokard akibat risiko perubahan signifikan pada tekanan darah dan nadi karena adanya riwayat gangguan kardiovaskular, seperti pada hipertrofi kardiomiopati dan gangguan katup jantung.
Penggunaan oxytocin juga perlu berhati-hati pada pasien dengan riwayat gelombang QT memanjang atau mengonsumsi obat yang membuat gelombang QT memanjang, seperti haloperidol dan amiodarone.
Penggunaan oxytocin dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian maternal akibat episode hipertensif, perdarahan subarachnoid, ruptur uterus, dan kematian fetus.
Oxytocin memiliki efek antidiuretik sehingga menyebabkan reabsorbsi air meningkat dari filtrasi glomerulus, risiko intoksikasi cairan dapat terjadi apabila oxytocin diberikan lewat intravena kontinu dan pasien mendapat cairan per oral.[4,8,9,11,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji