Indikasi dan Dosis Oxytocin
Indikasi oxytocin adalah untuk penanganan perdarahan post partum dan induksi persalinan. Oxytocin bermanfaat dalam persalinan antepartum dan post partum untuk meningkatkan kontraksi uterus.
Pada keadaan antepartum, oxytocin diberikan untuk induksi persalinan, misalnya pada kasus ketuban pecah dini atau ibu dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat. Pada kondisi postpartum, oxytocin diindikasikan untuk persalinan fase ketiga dan untuk mengontrol perdarahan.[1,2,4,11]
Induksi Persalinan Pada Kontraksi Uterus Yang Lemah
Oxytocin diberikan infus intravena 0,5-1 mUnit/menit, kemudian dititrasi 1-2 mUnit/menit setiap 15-60 menit sampai tercapai pola kontraksi untuk persalinan normal. Dosis dapat diturunkan setelah frekuensi kontraksi yang diinginkan tercapai dan pembukaan persalinan sudah mencapai 5-6 cm. Pemberian intramuskuler tidak disarankan untuk induksi persalinan.[1,8,9,11]
Pencegahan Perdarahan Post Partum
Pada persalinan pervaginam, berbagai studi terkini menunjukkan bahwa pemberian oxytocin secara intravena lebih efektif untuk mencegah perdarahan post partum dibandingkan intramuskuler.
Pedoman dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) merekomendasikan pemberian oxytocin 10 IU secara bolus intramuskular pada kala III persalinan. Sementara itu, WHO dan American college of Obstetricians and Gynaecologist (ACOG) merekomendasikan pemberian oxytocin 10 IU secara intramuskular atau injeksi intravena pelan.[19-21]
Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
Pada perdarahan post partum, oxytocin diberikan secara injeksi intravena (IV) lambat 5 unit, diikuti dengan infus 5-20 unit dalam 500 mL dextrose 5% dengan titrasi dosis terendah yang efektif untuk menimbulkan kontraksi uterus pada atonia uteri.[1,8,11]
Abortus Inkomplit
Dosis oxytocin yang dapat diberikan pada kondisi abortus inkomplit adalah 10-20 mUnit/menit dan jangan melebihi 30 unit dalam 12 jam.[8,11]
Sectio Caesarea
Pemberian dosis oxytocin untuk untuk pencegahan perdarahan pada sectio caesarea adalah 5 unit diberikan secara bolus intravena lambat setelah janin dilahirkan.[8,11,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji