Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Warfarin
Penggunaan warfarin pada kehamilan dikategorikan FDA sebagai kategori D untuk wanita hamil dengan katup jantung mekanik dan kategori X untuk semua wanita hamil lainnya. Pada ibu menyusui, warfarin diketahui tidak diekskresikan ke dalam ASI, tapi penggunaannya harus diberikan perhatian khusus.[6-8,12]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan FDA, warfarin pada kehamilan masuk dalam kategori D untuk wanita hamil dengan katup jantung mekanik. Artinya terdapat bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, namun besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya.
Sementara itu, untuk semua wanita hamil lainnya warfarin masuk dalam kategori X. Artinya studi pada binatang percobaan dan manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko terhadap janin. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil.[6,8,9]
Berdasarkan kategori TGA, warfarin dalam kehamilan masuk dalam kategori D. Warfirin tergolong dalam obat-obatan yang telah menyebabkan, diduga telah menyebabkan, atau kemungkinan menyebabkan peningkatan kejadian malformasi janin manusia atau kerusakan permanen. Obat ini juga kemungkinan memiliki efek farmakologis yang merugikan.[6,7]
Pada manusia, warfarin dapat melintasi plasenta dan konsentrasi dalam plasma janin mendekati nilai plasma ibu. Paparan warfarin selama kehamilan diketahui menyebabkan malformasi kongenital, seperti embriopati atau fetal warfarin syndrome (FWS). Apabila warfarin dikonsumsi pada trimester pertama, embriopati yang terjadi berupa nasal hipoplasia dengan atau tanpa kondrodisplasia punctata dan retardasi pertumbuhan.[6,8,12]
Efek merugikan lainnya yang telah dilaporkan dari penggunaan warfarin selama trimester 2 dan 3, antara lain kelainan sistem saraf pusat. Ini meliputi displasia midline dorsal yang ditandai oleh malformasi Dandy Walker, agenesis korpus kolosum, hidrosefalus, dan atrofi midline serebella.[6,8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Studi terbatas menunjukkan bahwa warfarin tidak diekskresikan dalam ASI. Meski demikian, dokter tetap perlu mewaspadai potensi efek samping yang serius, termasuk risiko perdarahan pada bayi yang disusui. Pertimbangkan manfaat perkembangan dan kesehatan dari menyusui dengan kebutuhan secara klinis dari ibu yang mendapatkan terapi warfarin.[6,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta