Efek Samping dan Interaksi Obat Duloxetine
Efek samping duloxetine dapat berupa efek samping berat, seperti tercetusnya mania atau hipomania, sindrom serotonin, dan hepatotoksisitas. Sedangkan efek samping lain yang lebih sering ditemukan adalah nausea, mulut kering, dan sakit kepala.
Duloxetine dapat mengalami interaksi dengan beberapa obat, seperti golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine, linezolid, serta injeksi metilen biru dan menyebabkan peningkatan risiko sindrom serotonin.
Efek Samping
Duloxetine dapat menimbulkan efek samping berat, seperti munculnya mania atau hipomania, sindrom serotonin, dan hepatotoksisitas. Selain itu, dapat juga terjadi efek samping lain yang lebih sering, misalnya nausea, mulut kering, dan sakit kepala.[6]
Efek Samping Berat
Penggunaan duloxetine dapat menyebabkan terjadinya efek samping berat seperti mencetuskan terjadinya mania atau hipomania, sindrom serotonin, dan meningkatkan risiko perdarahan.
Mania atau Hipomania:
Penggunaan antidepresan, termasuk duloxetine, dapat mencetuskan terjadinya episode mania atau hipomania pada pasien gangguan bipolar. Efek ini terutama terlihat jika antidepresan digunakan sebagai monoterapi pada depresi berat mayor. Risiko terjadinya efek samping ini meningkat pada pasien dengan riwayat bipolar pada keluarga, mengalami depresi dengan gejala psikotik, onset lebih muda saat diagnosis depresi, dan adanya resistensi terhadap antidepresan.[11]
Sindrom Serotonin:
Sindrom serotonin dapat terjadi pada penggunaan duloxetine bersama dengan obat golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) seperti selegiline. Gejala sindrom serotonin dapat berupa eksitasi neuromuskular, seperti hiperrefleks, inkoordinasi, dan tremor, gangguan kesadaran, misalnya agitasi atau hipomania, serta disfungsi otonom, seperti diaforesis, diare, demam, dan menggigil. Jika terjadi hal ini, hentikan pengobatan duloxetine dan berikan tata laksana suportif pada pasien.[1,2]
Hepatotoksisitas:
Duloxetine tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien gangguan hati akut maupun kronis, sebab dapat memperburuk gangguan hati. Duloxetine dapat menyebabkan peningkatan kadar enzim transaminase.[1,2]
Perdarahan:
Penggunaan duloxetine dapat meningkatkan risiko perdarahan, termasuk perdarahan gastrointestinal. Oleh karena itu, penggunaan duloxetine perlu dilakukan dengan berhati-hati jika dipakai bersamaan dengan antikoagulan atau obat-obatan lain yang bisa memengaruhi fungsi platelet, seperti aspirin, serta pada pasien yang memiliki riwayat perdarahan.[2,11]
Hiponatremia:
Duloxetine dapat menyebabkan hiponatremia, yang ditandai dengan serum natrium di bawah 110 mmol/L. Efek samping ini dapat terjadi akibat syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Faktor risiko terjadinya hiponatremia antara lain, usia lanjut, sirosis hepatis, dehidrasi, dan pasien yang menjalani pengobatan dengan diuretik.[2,11]
Efek Samping Lain
Penggunaan duloxetine dapat menyebabkan terjadinya efek samping lain yang lebih sering terjadi, antara lain:
- Efek samping umum, yaitu fatigue dan menggigil
- Efek samping gastrointestinal, seperti nausea, mulut kering, dispepsia, nyeri abdomen dan konstipasi atau diare
- Efek samping kardiovaskular, seperti palpitasi, takikardia, dan peningkatan tekanan darah
- Efek samping sistem saraf, seperti sakit kepala, somnolen, dan tremor
- Efek samping sistem reproduksi, yaitu disfungsi ereksi dan gangguan ejakulasi
- Efek samping psikiatrik, seperti ansietas, gangguan tidur, dan agitasi [2,6]
Overdosis Duloxetine
Overdosis duloxetine pernah dilaporkan pada konsumsi duloxetine sebanyak 1000 mg. Gejala yang timbul dapat berupa sindrom serotonin, somnolen, muntah dan kejang.[1,2]
Tidak ada antidotum untuk overdosis duloxetine. Pada pasien dengan sindrom serotonin dapat diberikan cyproheptadine dan melakukan pendinginan/kontrol temperatur. Selain itu, karbon aktif dapat diberikan guna meminimalkan absorpsi. Jika tanda-tanda vital abnormal dan gejala berat, mungkin dibutuhkan perawatan di intensive care unit (ICU).[1,2]
Interaksi Obat
Duloxetine merupakan serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) yang bekerja di sistem saraf pusat. Penggunaannya bersamaan dengan obat-obatan lain yang bekerja di sistem saraf pusat atau yang memiliki mekanisme kerja serupa perlu dilakukan dengan berhati-hati.[2]
Pemakaian duloxetine bersamaan dengan golongan SSRI, seperti fluoxetine dan sertraline, golongan triptan, atau tramadol dapat menyebabkan sindrom serotonin.[1,2]
Selain itu, penggunaan duloxetine bersamaan dengan MAOI seperti selegiline, linezolide, injeksi metilen biru, atau bersama opioid, amfetamin, dan dextroamfetamin juga dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya sindrom serotonin.[1,4,11]
Penggunaan duloxetine bersamaan dengan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen, dapat meningkatkan risiko terjadinya memar dan juga perdarahan. Penggunaan difenhidramin bersamaan dengan duloxetine dapat meningkatkan kadar duloxetine dalam darah akibat gangguan metabolisme oleh CYP2D6.[6,7]
Duloxetine berikatan dengan protein plasma dalam jumlah besar, lebih dari 90%. Jika duloxetine digunakan bersama dengan obat-obatan lain yang juga banyak berikatan dengan protein plasma, seperti acetazolamide, amitriptilin, dan clindamycin, dapat terjadi peningkatan konsentrasi duloxetine atau obat lainnya.[2,4]
Jika menggunakan duloxetine bersama dengan golongan alfa atau beta agonis, seperti norepinefrin, epinefrin, dan pseudoefedrine lakukan pemantauan efek simpatomimetik. Efek yang dapat muncul misalnya peningkatan tekanan darah, nyeri dada, dan sakit kepala.[2,4]
Interaksi Makanan dan Minuman
Penggunaan duloxetine bersamaan dengan konsumsi alkohol jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi hati dan efek samping.[2,7]