Efek Samping dan Interaksi Obat Fluoxetine
Efek samping berat akibat fluoxetine adalah peningkatan keinginan bunuh diri, khususnya pada pasien yang berusia kurang dari 24 tahun. Interaksi obat yang berbahaya adalah kombinasi fluoxetine dengan golongan monoamine oxidase inhibitor atau MAOI, misalnya selegiline, karena dapat menimbulkan sindrom serotonin.
Efek Samping
Penggunaan fluoxetine dapat menyebabkan efek samping serius, misalnya keinginan bunuh diri, terutama pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda, serta sindrom serotonin. Beberapa efek samping lain dari fluoxetine, seperti ansietas, insomnia, dan agitasi timbul karena efek antagonis fluoxetine terhadap 5HT2C.
Bahkan, pasien dapat mengalami serangan panik akibat pemberian fluoxetine. Namun, biasanya efek samping lama-lama akan membaik. Oleh karena itu, pastikan tolerabilitas pasien sebelum meningkatkan dosis.[2,4]
Efek Samping Berat
Penggunaan fluoxetine berpotensi menimbulkan keinginan bunuh diri dan perburukan gejala depresi, sindrom serotonin, serta tercetusnya mania pada gangguan bipolar.
Keinginan Bunuh Diri dan Perburukan Gejala Depresi:
Penggunaan fluoxetine meningkatkan risiko timbulnya ide bunuh diri dibandingkan plasebo, terutama pada populasi usia 18–24 tahun. Penggunaan fluoxetine yang diperbolehkan pada anak-anak hanyalah untuk gangguan depresi mayor dan gangguan obsesif kompulsif.
Lakukan pemantauan ketat terhadap perburukan gejala klinis, ide bunuh diri, atau perubahan perilaku yang tidak biasa saat memulai atau menaikkan dosis fluoxetine.[4,5]
Sindrom Serotonin:
Penggunaan fluoxetine bersama dengan obat serotonergik lain, misalnya fentanil, lithium, atau tramadol, atau golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti linezolid, dapat menyebabkan munculnya sindrom serotonin.
Gejala sindrom serotonin, antara lain adalah perubahan status mental, misalnya agitasi, halusinasi, delirium, atau koma, instabilitas otonom, seperti takikardia, tekanan darah tidak stabil, flushing, atau hipertermia, dan gejala neuromuskular, misalnya tremor, kejang, rigiditas, atau inkoordinasi. Gejala gastrointestinal, seperti nausea, vomitus, dan diare juga dapat terjadi.[4,11]
Episode Mania pada Gangguan Bipolar:
Fluoxetine dapat mencetuskan terjadinya episode mania atau hipomania pada pasien dengan gangguan bipolar. Sebelum memulai terapi fluoxetine, dokter perlu memastikan apakah pasien berisiko mengalami gangguan bipolar.[4,11]
Efek Samping Lain
Beberapa efek samping lain yang sering dijumpai akibat penggunaan fluoxetine adalah efek samping pada sistem saraf pusat dan gastrointestinal. Fluoxetine juga dilaporkan dapat memengaruhi fungsi seksual pasien.
Neurologis:
Pemakaian fluoxetine dapat mengakibatkan efek samping terkait sistem saraf pusat, misalnya sakit kepala, gelisah, insomnia, drowsiness, parestesia, serta fatigue atau asthenia. Selain itu, dapat juga timbul ansietas, tremor, dan dizziness.[2,5]
Gastrointestinal:
Efek samping terkait saluran cerna yang dapat terjadi, antara lain nausea, diare, mulut kering, dan anoreksia. Fluoxetine juga dapat menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan, terutama pada pasien depresi yang underweight atau pasien bulimia nervosa.[2,5]
Fungsi Seksual:
Penggunaan fluoxetine dilaporkan berhubungan dengan beberapa efek samping lain, seperti penurunan libido, gangguan ejakulasi atau orgasme, serta penurunan nafsu seks, yang ditandai dengan berkurangnya lubrikasi pada wanita dan disfungsi erektil pada laki-laki.[2,5]
Interaksi Obat
Interaksi obat antara fluoxetine dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti linezolid dan metilen biru dapat menyebabkan terjadinya sindrom serotonin. Interaksi obat antara fluoxetine dengan obat-obatan yang dimetabolisme oleh CYP2D6 dapat meningkatkan kadar obat lain dalam plasma, sehingga risiko efek samping lebih tinggi.
Risiko Sindrom Serotonin
Penggunaan fluoxetine bersama antidepresan golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) yang dapat mengganggu metabolisme fluoxetine, seperti selegiline, atau dengan serotonergik lain, misalnya sumatriptan, fentanil, dan lithium bisa menimbulkan sindrom serotonin. Penggunaan bersama obat-obatan tersebut tidak boleh dilakukan.
Fluoxetine baru dapat diberikan minimal 14 hari setelah penggunaan MAOI dihentikan. Sebaliknya, pemberian MAOI juga perlu ditunda setidaknya 5 minggu setelah penghentian fluoxetine.[2,11]
Peningkatan Kadar Obat Lain
Fluoxetine menghambat aktivitas isoenzim CYP2D6. Pemberian fluoxetine bersamaan dengan obat-obatan yang dimetabolisme oleh CYP2D6 dapat meningkatkan kadar obat lain dalam plasma, serta efek sampingnya.
Beberapa obat tersebut, antara lain vinblastine, carbamazepine, thioridazine, dan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline. Jika memberikan fluoxetine bersamaan dengan antidepresan trisiklik, dosis antidepresan trisiklik mungkin perlu diturunkan, serta dilakukan pemantauan kadar plasma.
Mayoritas fluoxetine berikatan dengan protein plasma. Pemberian bersama obat-obatan lain yang juga sangat berikatan dengan protein, seperti warfarin dan digoxin, dapat terjadi peningkatan efek samping obat, karena peningkatan kadar plasma obat yang tidak terikat dengan protein.[4,5,11]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra