Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Formulasi Serum Antidifteri general_alomedika 2023-12-18T14:23:24+07:00 2023-12-18T14:23:24+07:00
Serum Antidifteri
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Formulasi Serum Antidifteri

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Formulasi serum antidifteri adalah dalam bentuk larutan untuk injeksi. Obat ini berasal dari serum kuda yang dilakukan hipersensitisasi terhadap toksin difteri. Cara penggunaan yang disukai adalah pemberian secara intravena.[1,2,7]

Bentuk Sediaan

Serum antidifteri tersedia dalam larutan untuk injeksi. Sediaan ini berada di dalam ampul dan berbentuk larutan transparan yang jernih. Satu ampul berisi 10 mL dan mengandung 10.000 IU. Selain berisi serum antidifteri, di dalam ampul juga tergantung fenol sebanyak 35 mg (maksimum) dan larutan fisiologis 0,85% sebanyak 10 ml.[1,2]

Cara Menggunakan

Pilihan utama dalam memberikan serum antidifteri adalah secara intravena, terutama pada kasus berat. Pemberian secara intramuskular dapat dilakukan pada kasus ringan dan sedang ketika akses intravena sulit dilakukan.[1]

Serum dicampur dengan 250-500 ml cairan salin normal. Sebanyak 10% diberikan dalam 30 menit pertama, dan sisanya diberikan pelan dalam 2-4 jam sambil memantau reaksi alergi. Serum antidifteri harus dihangatkan sampai suhu 32-34oC sebelum diberikan. Penghangatan melebihi suhu anjuran akan menyebabkan denaturasi serum.[1,7]

Serum antidifteri diberikan dalam sekali pemberian. Jarak maksimal apabila diberikan dalam dosis terbagi tidak boleh melebihi 24 jam. Apabila dosis terbagi melebihi 72 jam, tes sensitivitas harus dilakukan lagi.[7]

Tes Sensitivitas

Pemeriksaan tes sensitivitas perlu dilakukan sebelum memberikan injeksi karena risiko alergi yang tinggi akibat penggunaan serum kuda. Tes sensitivitas tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu scratch, prick or puncture test (skin test) dan diikuti dengan tes intradermal apabila skin test negatif.

Skin test dilakukan dahulu karena lebih aman dengan kejadian reaksi anafilaksis yang lebih rendah dibandingkan dengan tes intradermal. Klinisi yang melakukan tes sensitivitas harus terlatih terhadap penanganan reaksi anafilaksis dan memiliki peralatan medis yang mendukung.[1,7]

Skin Test:

Lokasi tes adalah pada bagian permukaan volar dari lengan pasien. Pertama, bersihkan bagian tersebut dengan alkohol dan keringkan. Kemudian buat goresan atau tusukan yang menembus kulit namun tidak berdarah menggunakan peralatan steril. Luka dibuat 3 buah, yaitu sebagai kontrol positif (histamin), kontrol negatif (salin normal), dan bagian uji.

Pada pasien tanpa riwayat alergi terhadap hewan dan tidak ada riwayat paparan terhadap serum yang berasal dari bahan hewan, berikan 1 tetes serum antidifteri dengan pengenceran 1:100 dalam cairan salin normal ke lokasi tusukan. Sementara itu, pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap hewan atau memiliki riwayat paparan terhadap serum berbahan hewan, berikan 1 tetes pengenceran 1:1.000 dalam cairan salin normal ke lokasi tusukan. Apabila hasil tes negatif, ulangi dengan pengenceran 1:100.

Pembacaan hasil tes dilakukan setelah 15-20 menit. Hasil yang positif adalah ketika ada undulasi dikelilingi eritema yang melebihi 3 mm dibandingkan dengan kontrol negatif. Apabila didapatkan hasil positif, maka pasien diberikan desensitisasi. Sedangkan apabila hasil negatif, maka klinisi melanjutkan dengan tes intradermal.[1,7]

Tes Intradermal:

Tes intradermal dilakukan dengan cara memberikan 0,02 ml serum antidifteri yang sudah diencerkan dengan cairan salin normal. Pada pasien dengan riwayat negatif terhadap alergi hewan dan tidak ada riwayat paparan terhadap serum berbahan hewan, pengenceran serum dan salin adalah 1:100. Sementara itu, pada pasien dengan riwayat alergi positif dan pernah ada riwayat paparan terhadap serum hewan, pengencerannya adalah 1:1.000. Apabila hasil negatif, maka tes diulangi dengan pengenceran 1:100.

Interpretasi dari tes intradermal sama dengan skin test. Hasil tes yang positif mengindikasikan adanya korelasi antara skin test dengan tingkat keparahan reaksi terhadap serum antidifteri. Sedangkan hasil tes negatif tidak menyingkirkan risiko alergi terhadap serum antidifteri.

Tes terhadap kontrol positif (histamin) dan kontrol negatif (salin normal) perlu dilakukan bersamaan dengan tes intradermal. Antihistamin atau obat yang mengandung antihistamin yang diberikan sebelumnya dapat berpengaruh terhadap hasil skin test.[1,7]

Desensitisasi

Pasien dengan tes sensitivitas positif atau riwayat yang mengarah pada kemungkinan reaksi alergi meskipun tes sensitivitas negatif perlu menjalani prosedur desensitisasi. Klinisi yang melakukan desensitisasi harus memiliki keahlian dalam menangani anafilaksis dan memiliki peralatan medis yang mendukung.

Teknik desensitisasi dapat dilakukan secara intravena (IV), intramuskular (IM) dan subkutan (SC). Pemberian secara intravena lebih dianjurkan karena lebih aman dan lebih mudah dikontrol. Desensitisasi diberikan dalam rentang 15 menit. Pemberian desensitisasi tidak boleh diinterupsi dan diberikan sesuai jadwal. Apabila terjadi interupsi maka proteksi yang diberikan akan hilang.[1,7]

Tabel 1. Desensitisasi secara Intravena

Dosis ke- Pengenceran Serum Antidifteri Volume yang Diinjeksi
1 1:1000 0,1
2 1:1000 0,3
3 1:1000 0,6
4 1:100 0,1
5 1:100 0,3
6 1:100 0,6
7 1:10 0,1
8 1:10 0,3
9 1:10 0,6
10 Tidak diencerkan 0,1
11 Tidak diencerkan 0,2
12 Tidak diencerkan 0,6
13 Tidak diencerkan 1,0

Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, 2023.[1]

Tabel 2. Desensitisasi secara Intradermal, Subkutan dan Intramuskular

Dosis ke- Rute Pemberian Pengenceran Serum Antidifteri Volume yang Diinjeksi
1 ID 1:1000 0,1
2 ID 1:1000 0,3
3 SC 1:1000 0,6
4 SC 1:100 0,1
5 SC 1:100 0,3
6 SC 1:100 0,6
7 SC 1:10 0,1
8 SC 1:10 0,3
9 SC 1:10 0,6
10 SC Tidak diencerkan 0,1
11 SC Tidak diencerkan 0,2
12 IM Tidak diencerkan 0,6
13 IM Tidak diencerkan 1,0

Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, 2023.[1]

Keterangan:

  • Pengenceran 1:10 = 1 ml serum + 9 ml cairan salin normal
  • Pengenceran 1:100 = 1 ml (pengenceran 1:10) + 9 ml cairan salin normal
  • Pengenceran 1:1000 = 0,1 ml (pengenceran 1:10) + 9,9 ml cairan salin normal atau 1 ml (pengenceran 1:100) + 9 ml cairan salin normal[1,7]

Cara Penyimpanan

Serum antidifteri disimpan dalam suhu 2-8oC. Dalam suhu ini, serum akan bertahan 2 tahun. Serum tidak boleh dibekukan.[5]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Diphtheria Antitoxin (DAT) Protocol. Expanded Access Investigational New Drug (IND) Application Protocol : Use of Diphtheria Antitoxin (DAT) for Possible Diphtheria Cases. Version Number 12.0. 2023. p. 0–18. https://www.cdc.gov/diphtheria/downloads/protocol.pdf
2. Nasional PIO. Antitoksin Difteri. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2023.
5. MIMS Indonesia. Diphtheria antitoxin_ Indication, Dosage, Side Effect, Precaution. 2023. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/diphtheria antitoxin?mtype=generic
7. Amirthalingam G, Gower C, Chand M, Brown K, Brown C, Ramsay. M. Diphtheria anti-toxin clinical guidance. UK Health Security Agency. 2022. https://www.gov.uk/government/publications/immunoglobulin-when-to-use/diphtheria-anti-toxin-clinical-guidance-issued-may-2022#diphtheria-anti-toxin

Farmakologi Serum Antidifteri
Indikasi dan Dosis Serum Antidif...

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 13 September 2021, 12:17
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
Dibalas 27 November 2019, 14:11
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...
dr. Riko Saputra
Dibalas 13 Agustus 2019, 14:40
Penanganan kontak erat difteri
Oleh: dr. Riko Saputra
4 Balasan
Alodokter, ijin bertanya jika kita menemui pasien difteri maka apa saja yang perlu kita minum sebagai profilaksis?? Apakah ckup dengan antibiotik seperti...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.