Diagnosis Antiphospholipid Syndrome
Diagnosis antiphospholipid syndrome (APS) atau hughes syndrome menurut kriteria Internasional berdasarkan konsensus di Sydney tahun 2006 atau kriteria Sapporo yang direvisi. Pasien APS memiliki karakteristik adanya kejadian trombosis, morbiditas terkait kehamilan, dan ditemukannya antibodi antifosfolipid (aPL).
Pada kriteria Sapporo yang direvisi APS didiagnosis apabila ditemukan setidaknya satu kriteria klinis (bukti adanya trombosis arteri/vena atau morbiditas dalam kehamilan) dan setidaknya satu kriteria laboratorium yang menunjukkan adanya antibodi antifosfolipid (aPL) persisten pada dua atau lebih waktu pemeriksaan dengan jeda minimal 12 minggu. aPL yang menjadi kriteria diagnosis APS adalah lupus anticoagulant (LA), anticardiolipin (aCL), dan antibodi anti-β2-glycoprotein I (anti-β2GPI) IgG dan IgM.[1]
Anamnesis
Dari anamnesis, pasien yang dicurigai APS, dapat dianamnesa mengenai hal-hal sebagai berikut:
- Ada tidaknya riwayat abortus berulang, serta usia kehamilan saat abortus terjadi
- Riwayat menderita stroke, infark miokard, riwayat vegetasi katup jantung, trombosis vena dalam, emboli paru atau penyakit trombosis yang terus berulang pada daerah ekstremitas
- Adanya riwayat menderita penyakit autoimun, contohnya lupus eritematosus sistemik (SLE), Sjögren syndrome, rheumatoid arthritis, autoimmune thrombocytopenic purpura dan sclerosis sistemik
- Adanya riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga (trombosis atau abortus rekuren)[2,5,10]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan manifestasi klinis dari trombosis, seperti:
- Trombosis vena dalam pada ekstremitas bawah dapat disertai dengan emboli paru, contohnya pembengkakan pada ekstremitas bawah dan takipnea bila terdapat emboli paru
- Trombosis arteri seperti adanya penyakit arteri perifer, atau kasus yang mengenai otak dengan tanda-tanda stroke atau serangan iskemik transien, dengan adanya abnormalitas pemeriksaan fisik neurologis saat stroke
- Trombosis arteri di jantung dengan manifestasi klinis penyakit jantung koroner seperti angina, trombosis arteri yang mensuplai mata (kelainan pada pemeriksaan funduskopi), ginjal dan arteri perifer (25% kasus trombosis arteri), serta murmur saat auskultasi jantung
- Pada pasien obstetri, pasien akan datang dengan tanda abortus yang umumnya telah terjadi berulang kali dan khas terjadi pada usia kehamilan diatas 10 minggu
- Pasien APS dalam kehamilan juga dapat datang dengan kondisi preeklampsia, seperti ditemukannya kondisi hipertensi saat dilakukan pengukuran tekanan darah[2,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding APS antara lain adalah:
Trombotik trombositopenik purpura
Trombotik trombositopenik purpura (TTP) dapat menjadi diagnosis banding untuk CAPS. Akan tetapi, pada TTP umumnya disertai dengan demam, dan sering ditemukan riwayat infeksi viral sebelumnya. Dari pemeriksaan darah rutin akan ditemukan trombositopenia, schistosit pada pemeriksaan apusan darah tepi, lesi purpura pada kulit, dan pemeriksaan histopatologis yang menunjukkan adanya trombus platelet.[2]
Endokarditis Infektif
Endokarditis infektif adalah penyakit infeksi pada permukaan endokardium jantung dan umumnya akan memengaruhi fungsi katup jantung. Endokarditis dapat menyebabkan insufisiensi valvular berat, gagal jantung dan abses miokard.
Tanda utama kondisi ini adalah demam yang disertai dengan manifestasi klinis seperti murmur, petekie, subungual (splinter) hemorrhages, osler nodes, janeway lesions dan roth spots.[12]
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Disseminated intravascular coagulation adalah kondisi terjadinya aktivasi sistemik koagulasi darah, sehingga terjadi penumpukan fibrin. Hal ini menyebabkan pembentukan trombus pada pembuluh darah kecil di berbagai organ tubuh pasien sehingga dapat berakhir dengan multiple organ dysfunction syndrome (MODS).
Kondisi yang menyebabkan DIC, antara lain sepsis, trauma dan reaksi transfusi berat merupakan salah satu penyebab tersering, tetapi jarang berhubungan dengan CAPS.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien APS terutama untuk menemukan antibodi antifosfolipid (aPL) dari pemeriksaan ELISA. Pemeriksaan laboratorium lainnya, seperti darah lengkap dan urinalisis, membantu diagnosis morbiditas kehamilan seperti preeklamsia. Pencitraan, seperti ultrasonografi Doppler dan histopatologi, dilakukan untuk identifikasi trombosis, observasi janin, dan etiologi seperti keganasan.[10,15]
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Pemeriksaan ELISA dapat menegakkan diagnosis APS dengan menilai kadar antibodi (aPL) di dalam darah pasien, khususnya anti-β2 glikoprotein-I dan aCL, dengan hasil berikut:
- Adanya isotop IgM dan IgG antibodi aCL pada serum atau plasma dengan titer medium atau tinggi (>40 GPL atau MPL atau persentil >99th) pada 2 atau lebih pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 minggu, atau
- Adanya isotop antibodi IgM dan atau IgG Anti-β2 glikoprotein-I pada serum atau plasma (dengan titer lebih dari persentil 90) pada dua atau lebih pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 minggu[2,7,10]
Pemeriksaan Koagulasi
Pemeriksaan koagulasi dapat membantu diagnosis dengan menemukan adanya pemanjangan pada pemeriksaan activated partial thromboplastin time (APTT), kaolin clotting time, dilusi Russell’s viper venom time, dilusi prothrombin time, dan Textarin time. Pemeriksaan ini terutama untuk memeriksa adanya antikoagulan lupus.[2]
Akan tetapi, hasil pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh pemakaian warfarin, heparin atau direct oral anticoagulants (DOACs) yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif palsu. Maka dari itu, sebelum pemeriksaan ulang untuk konfirmasi (rentang 12 minggu) kadar aPL, terapi warfarin harus sudah dihentikan sementara beberapa hari sebelumnya.[6,7]
Pemeriksaan Darah Rutin
Dari pemeriksaan darah rutin, pasien dengan APS umumnya akan ditemukan dengan manifestasi klinis berupa trombositopenia, anemia hemolitik autoimun, dan leukopenia.[7]
Ultrasonografi
Ultrasonografi Doppler dan pengukuran biometri fetus terutama diperlukan pada APS dalam kehamilan. Ultrasonografi dapat digunakan sejak trimester awal untuk memantau kondisi janin dan mendeteksi dini adanya kelainan kongenital karena perjalanan penyakit maupun akibat prosedur pengobatan yang diberikan pada pasien APS.
Skrining insufisiensi plasenta dan small for gestational age pada trimester ketiga juga bermanfaat dan dapat dilakukan dengan ultrasonografi. Selain itu, ultrasonografi Doppler juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis pada kecurigaan trombosis vena dalam.[2,10,14]
Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging
Pemeriksaan pencitraan CT Scan dan MRI pada pasien APS berfungsi untuk menegakkan diagnosa trombosis pada pasien APS. Sebagai contoh, bila dicurigai terdapat manifestasi trombosis di otak contohnya stroke dan di thoraks, seperti emboli paru.[10]
Kriteria Diagnostik Antiphospholipid Syndrome (APS)
Organisasi The British Committee for Standards in Haematology (BCSH) memberikan kriteria diagnostik untuk mendiagnosa APS dalam kehamilan yang tidak memenuhi konsensus Sydney (kriteria revisi Sapporo). Kriteria diagnosis APS (non Sapporo criteria) dapat ditegakkan bila:
- Kombinasi antara manifestasi klinis non kriteria ditambah dengan kriteria laboratorium dari konsensus international, atau
- Kombinasi antara manifestasi klinis konsensus internasional dengan hasil laboratorium non Sapporo-criteria[5]
Berikut tabel Kriteria diagnosis APS berdasarkan konsensus Sydney 2006 (kriteria revisi Sapporo) dan kriteria diagnosis APS dalam kehamilan non Sapporo criteria.
Tabel 1. Kriteria Diagnostik APS
Kriteria | Manifestasi |
Kriteria Klinis | 1. Trombosis vaskular 2. Morbiditas kehamilan a) ≥1 kematian janin yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada janin dengan morfologi normal pada usia kehamilan diatas 10 minggu dengan menggunakan ultrasonografi atau pemeriksaan langsung pada janin b) ≥1 persalinan prematur pada neonatus dengan morfologi normal sebelum usia kehamilan 34 minggu karena preeklampsia berat, eklampsia, atau insufisiensi plasenta c) ≥3 abortus spontan berturut-turut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya terjadi sebelum minggu ke-10 kehamilan (dengan eksklusi kelainan anatomi, hormonal ibu, dan penyebab kromosom ayah dan ibu) |
Kriteria Laboratorium | Kriteria laboratorium 1. Adanya lupus anticoagulant di dalam plasma pada 2 kali atau lebih pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 minggu, atau 2. Adanya isotop IgM dan IgG antibodi aCl pada serum atau plasma dengan titer medium atau tinggi (>40 GPL atau MPL atau persentil >99th), pada dua atau lebih pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 minggu, atau 3. Adanya isotop antibodi IgM dan atau IgG Anti-β2 glikoprotein-I pada serum atau plasma (dengan titer lebih dari persentil 90) pada ≥2 pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 minggu |
Sumber: dr. Reren, 2021[5,7]
Tabel 2. Kriteria Diagnostik APS Dalam Kehamilan Non Sapporo Criteria
Kriteria Klinis | Kriteria Laboratorium |
1. Dua keguguran yang tidak dapat dijelaskan 2. Tiga keguguran yang tidak berurutan 3. Late pre-eclampsia 4. Solusio plasenta, late premature birth, 5. ≥2 kegagalan fertilisasi in vitro yang tidak dapat dijelaskan | 1. aCL positif rendah atau β2GPI berada di antara persentil 95–99 2. Adanya aPL intermiten pada wanita dengan manifestasi klinis klasik APS dalam kehamilan
|
Sumber: dr. Reren, 2021[5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli