Penatalaksanaan Antiphospholipid Syndrome
Penatalaksanaan antiphospholipid syndrome (APS) atau hughes syndrome meliputi tata laksana terkait trombosis serta mengurangi risiko morbiditas dalam kehamilan. Tromboprofilaksis pada ibu hamil dengan antibodi antifosfolipid (aPL) positif tanpa riwayat trombosis maupun morbiditas kehamilan sebelumnya masih menjadi perdebatan.
Pilihan terapi utama pada pasien APS secara umum adalah dengan memberikan antagonis vitamin K, sedangkan APS dalam kehamilan pilihan terapi utamanya adalah heparin. Pada terapi antikoagulan, target international normalized ratio (INR) adalah 2,0–3,0.[10,15,17]
Terapi Trombosis pada APS
Saat ini terapi thrombosis utama pada pasien APS adalah antagonis vitamin K jangka panjang (VKA), seperti warfarin. Walaupun sejumlah besar pasien tetap mengalami trombosis rekuren walau telah menerima terapi VKA yang adekuat. Pada thrombosis berat seperti trombosis vena dalam dan iskemia arteri atau abortus, antikoagulan lini pertama yang digunakan adalah antikoagulan jangka pendek seperti unfractionated heparin atau low molecular weight heparin (LMWH).[5–7]
Contoh LMWH yang digunakan adalah enoxaparin atau nadroparin 0,4 ml (3800 IU Axa) diberikan subkutan 2 kali/hari. Selanjutnya transisi terapi ke VKA dengan target INR of 2.5 (2,0–3,0), dengan pemberian secara tumpang tindih pada hari keempat dan kelima.[5–7]
Penggunaan antikoagulan direct oral anticoagulants (DOACs) sebagai alternatif terapi trombosis pada APS dipertimbangkan karena efek pencegahan trombosisnya yang menjanjikan pada kasus fibrilasi atrium dan trombosis vena dalam. Selain itu, DOACs tidak memiliki efek samping perdarahan berat seperti pada pemakaian VKA.
The European Alliance of Associations for Rheumatology menyarankan penggunaan DOACs bila target INR tidak tercapai dengan terapi VKA yang adekuat atau pasien kontraindikasi mendapat VKA. Contoh DOACs adalah rivaroxaban dan apixaban. Penggunaan DOACs tidak direkomendasikan pada pasien triple aPL dan trombosis arteri. Triple aPL positif adalah IgG aPL antibodi dalam serum 2 kali positif dengan satu hasil positif functional plasma lupus anticoagulant (LAC).[6,9,18]
Pertimbangan penghentian terapi antitrombosis dapat dilakukan bila titer awal aPL yang sebelumnya tinggi telah menjadi negatif setidaknya selama 6 bulan, dengan syarat pasien tersebut tidak boleh memiliki risiko trombofilik lain dan harus dilakukan pengawasan yang ketat.[7]
Terapi APS dalam kehamilan
Terapi APS dalam kehamilan bertujuan untuk mengurangi risiko morbiditas, studi yang ada saat ini menyarankan pemberian aspirin atau unfractionated heparin sebagai lini pertama terapi antikoagulan pada APS dalam kehamilan.
Selain itu, pedoman ACCP juga merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah disertai dosis profilaksis atau dosis rendah unfractionated atau low molecular weight heparin pada pasien dengan aPL dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih.[5,6]
Tabel 3. Rekomendasi Terapi APS dalam Kehamilan
Skenario klinis | Rekomendasi terapi |
A. Karier aPL asimptomatik | Pemantauan ketat janin dan ibu dan disertai pertimbangan pemberian aspirin dosis rendah pada karier aPL asimptomatik dengan profil aPL risiko tinggi |
B. Karier aPL dengan riwayat hanya mengalami rekurensi abortus trimester pertama | Aspirin dosis rendah (75-81 mg) dikombinasikan dengan heparin/LMWH |
C. Pasien dengan aPL riwayat preeclampsia dan/atau abortus pada trimester kedua dan ketiga | Aspirin dosis rendah dikombinasikan dengan heparin/LMWH |
D. Pasien wanita positif aPL dengan riwayat trombosis | Aspirin dosis rendah dikombinasikan dengan heparin dosis terapeutik/LMWH |
E. Manajemen postpartum pada wanita dengan aPL positif | Tanpa riwayat thrombosis: pemberian LMWH selama 6 minggu Dengan riwayat thrombosis: ulangi terapi antikoagulasi dengan warfarin atau LMWH |
Sumber: dr. Reren, 2021[9]
Terapi Catastrophic APS (CAPS)
Terapi lini pertama CAPS adalah antikoagulan dengan heparin dan kortikosteroid dosis tinggi (methylprednisolone 1.000 mg/hari selama 3 hari atau lebih). Terapi lain yang dapat dipertimbangkan adalah plasmaferesis, dengan hasil observasi menunjukkan terdapat perbaikan angka mortalitas. Intravenous immunoglobulin (IVIG) dapat diberikan secara simultan bersama plasmaferesis pada kasus CAPS dengan concomitant immune thrombocytopenia.[6]
Terapi Non Antitrombosis pada APS
Eculizumab saat ini sedang diteliti dalam beberapa laporan kasus sebagai alternatif terapi CAPS refrakter dan pasien APS yang menjalani transplantasi ginjal. Akan tetapi, eculizumab meningkatkan risiko infeksi oleh encapsulated organism dan pasien harus menerima imunisasi meningococcus sebelum memulai terapi ini.[6,9]
Obat lain yang juga sedang diteliti sebagai terapi CAPS refrakter adalah defibrotide. Defibrotide adalah antagonis reseptor adenosin dengan efek antitrombosis, profibrinolisis, antiinflamasi pada sel endotel pembuluh darah, dan inhibisi ekspresi faktor jaringan terhadap neutrofil.[6]
Saat ini sedang dikembangkan berbagai pilihan terapi non antitrombosis sebagai regimen terapi APS. Contoh dari regimen tersebut adalah hydroxychloroquine (HCQ). Hydroxychloroquine dapat menginhibisi sitokin inflamasi TNF, IL–1, IL–2, dan IL–6, menghambat aktivasi TLR, serta menghambat agregasi trombosit. Hydroxychloroquine juga dapat menghancurkan kompleks ß2GPI/anti-ß2GPI dan mengurangi jumlah aPL yang mengikat annexin A5.[5]
Regimen selanjutnya adalah statin. Statin selain sebagai antikolesterol, juga memiliki sifat antiinflamasi dengan efek langsung terhadap endotel, serta mencegah pembentukan plak dan thromboksan. Statin juga menekan ekspresi faktor–faktor jaringan pada respon inflamasi. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa statin memiliki efek teratogenik, sehingga tidak direkomendasikan ibu hamil dengan APS.[5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli