Etiologi Graft Versus Host Disease
Etiologi graft versus host disease atau GVHD adalah munculnya inflamasi berlebihan akibat interaksi reaksi imun donor dengan resipien. GVHD dapat terjadi pada situasi di bawah ini:
- Setelah transplantasi sumsum tulang allogenik
- Setelah transplantasi organ padat yang kaya akan sel limfoid, misalnya transplantasi hati
- Setelah transfusi darah
Untuk memungkinkan GVHD terjadi, sel yang kompeten secara imunologis harus ditransplantasikan ke dalam resipien, dimana sel yang ditransfer dikenali oleh alloantigen resipien.[5,7]
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Graft Versus Host Disease
Kejadian dan keparahan dari graft versus host disease (GVHD) dipengaruhi oleh faktor resipien dan donor, faktor sumber sel punca, dan modulasi imun.
Faktor Resipien-Donor
Insiden GVHD meningkat seiringan dengan ketidakcocokan transplan donor, kesenjangan HLA, dan ketidakcocokan seks.
Faktor Sumber Sel Punca
Cryopreservation dari sumsum tulang sebelum tindakan dan penggunaan darah tali umbilikal telah dilaporkan dapat menurunkan insiden GVHD.
Faktor Modulasi Imun
Insiden GVHD dilaporkan lebih rendah dengan pemakaian regimen profilaksis yang mencakup siklosporin, methotrexate, dan prednison.
Terapi Kemoterapi dan Radiasi
Kemoterapi dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan jaringan secara lokal dan meningkatkan kadar sitokin yang bersirkulasi, sehingga menyebabkan badai sitokin. Hal ini telah dikaitkan dengan peningkatan insiden dan keparahan GVHD.[7]
Faktor Risiko
Peningkatan risiko terjadinya graft versus host disease (GVHD) dipengaruhi oleh jenis tindakan dan faktor intrinsik donor ataupun resipien. Faktor tersebut antara lain usia donor atau penerima, tingkat kecocokan human leukocytes antigen (HLA), jenis kelamin antara donor dan resipien, serta apakah resipien dan donor memiliki hubungan keluarga atau tidak.
Graft Versus Host Disease Akut (aGVHD)
Faktor risiko paling penting dalam perkembangan aGVHD adalah tingkat perbedaan antigen sistem HLA antara donor dengan resipien. Jika donor berasal dari saudara kandung, maka setidaknya diharapkan harus ada 6 HLA sesuai. Sementara itu, bila sumber donor bukan berasal dari saudara kandung, maka diperlukan setidaknya ada 8 HLA yang sesuai.
Faktor risiko lain adalah asal sel punca hematopoietik yang ditransplantasikan. Risiko yang lebih besar telah dikaitkan dengan sel yang diperoleh dari darah perifer dibandingkan dengan yang diperoleh dari sumsum tulang. Sel yang diekstraksi dari tali umbilikal telah dilaporkan memiliki risiko.
Jumlah sel T pada inokulum yang lebih besar juga dikaitkan dengan peningkatan risiko. Faktor risiko lainnya mencakup donor atau resipien lanjut usia, perbedaan seks antara donor dan resipien, serta adanya perbedaan golongan darah.[8]
Graft Versus Host Disease Kronis (cGVHD)
Faktor risiko cGVHD adalah adanya riwayat aGVHD. Faktor risiko lain mencakup pasien lanjut usia, donor wanita dengan resipien pria, donor yang bukan saudara tingkat perbedaan HLA, dan allogenic hematopoietic stem cell transplant (HSCT) yang diperoleh dari darah dan bukan sumsum tulang.[6,8]
Tabel 1. Prosedur dan Faktor Risiko Graft Versus Host Disease
Prosedur | Kelompok Risiko Tinggi |
Allogenik HCT | Pasien yang tidak mendapat regimen profilaksis GVHD Usia lebih tua Penerima sel induk nonidentik HLA Penerima cangkok dari donor allosensitized Penerima cangkok dari donor yang bukan keluarga |
Transplantasi organ solid | Resipien transplantasi usus halus |
Transfusi darah | Neonatus Terdapat sindrom imunodefisiensi kongenital Pasien yang mendapat kemoradioterapi imunosupresif |
Sumber: dr. Mia Amelia, Alomedika. 2022.[5]