Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Graft Versus Host Disease general_alomedika 2023-04-20T14:18:47+07:00 2023-04-20T14:18:47+07:00
Graft Versus Host Disease
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Graft Versus Host Disease

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim
Share To Social Media:

Prognosis graft versus host disease atau GVHD tergantung pada stadium klinis dan respons pasien terhadap terapi. Risiko komplikasi GVHD melibatkan sistem organ yang luas, termasuk risiko bakteremia dan disabilitas.

Komplikasi

Pasien dengan graft versus host disease (GVHD) berisiko mengalami berbagai komplikasi pada berbagai sistem organ, baik dari penyakit itu sendiri maupun dari terapi imunosupresi yang digunakan.

Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri dapat terjadi akibat imunosupresi berkepanjangan maupun terkait penggunaan alat medis, misalnya kateter. Pasien yang mengalami infeksi bakteri dapat mengeluhkan demam, menggigil, nyeri, ataupun gejala sepsis pada kondisi yang berat. Penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien risiko tinggi maupun pemantauan berkala, misalnya dengan rontgen toraks untuk mengevaluasi adanya pneumonia, dapat mencegah dan mendeteksi dini komplikasi ini.

Infeksi Virus

Infeksi cytomegalovirus dapat menimbulkan pneumonia interstisial dan gastroenteritis. Pemantauan dengan alat yang dapat langsung mendeteksi virus, misalnya PCR, dapat dilakukan sesuai indikasi.

Infeksi ataupun reaktivasi dari virus varicella zoster (VZV) atau virus herpes simpleks (HSV) juga dapat timbul pada pasien GVHD. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemantauan klinis dan pemberian  acyclovir profilaksis.

Infeksi Jamur

Infeksi aspergillosis, kandida, maupun pneumocystis juga dapat terjadi pada pasien GVHD. Pencegahan dengan obat golongan azole, seperti fluconazole dapat dipertimbangkan.

Toksisitas Agen Imunosupresan

Pasien GVHD menjalani imunosupresi yang cukup lama dan terkadang mendapat obat imunosupresan dosis tinggi. Sebagai contoh, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan sindrom Cushing. Selain itu, penggunaan inhibitor kalsineurin, seperti siklosporin, dapat menyebabkan neurotoksisitas, hipertensi, tremor, dan gangguan fungsi ginjal.

Komplikasi Okular

Pasien GVHD dapat mengalami manifestasi okular yang ditandai dengan mata kering, keratopati pungtata superfisial, dan kerusakan konjungtiva. Pada kasus lebih berat, dapat terjadi komplikasi seperti neovaskularisasi kornea, keratitis infeksi, dan perforasi dan pelunakan kornea steril.

Komplikasi Neuromuskular

Komplikasi neuromuskular terjadi pada sekitar 8,1% pasien GVHD. Komplikasi neuromuskular dapat terjadi akibat beberapa faktor, contohnya efek samping pengobatan seperti miopati terkait steroid dan neuropati perifer akibat kemoterapi. Selain itu, komplikasi neuromuskular juga bisa muncul akibat malnutrisi, yakni peningkatan kejadian mononeuropati kompresif.[5,7,19-22]

Prognosis

Prognosis bergantung pada derajat keparahan manifestasi klinis dan juga respons terhadap terapi. Pasien dengan GVHD akut (aGVHD) stadium IV dilaporkan memiliki angka mortalitas paling tinggi dibandingkan stadium yang lebih rendah. Di sisi lain, pasien yang tidak berespons terhadap terapi telah dilaporkan memiliki angka mortalitas hingga 75%. Faktor prognosis yang lebih buruk adalah donor sumsum HLA-nonidentik, adanya gangguan hepar, serta keterlambatan mendapat terapi.

Tingkat mortalitas GVHD kronis (cGVHD) dipengaruhi oleh luas penyakit, progresi, adanya trombositopenia, dan donor sumsum HLA-nonidentik. Kesintasan pada cGVHD telah dilaporkan sebesar 42%. Tingkat kesintasan jauh lebih rendah (10%) dilaporkan pada pasien dengan onset progresif cGVHD.

Pasien dengan cGVHD juga lebih rentan mengalami defek imun, seperti gangguan imunitas mukosa, defek kemotaktik, asplenia fungsional, dan abnormalitas sel B kualitatif dan kuantitatif. Pasien cGVHD rentan mengalami bakteremia dan infeksi sinopulmonal, utamanya akibat Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Telah dilaporkan bahwa infeksi paru dialami oleh 50% pasien dengan cGVHD.

Terapi azathioprine pada pasien cGVHD dilaporkan meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa pada kulit dan mukosa bukal. Pasien juga dapat mengalami disabilitas akibat kontraktur sendi dari lesi kulit sklerodermatosa.[5]

Referensi

5. Mandanas RA. Graft versus host disease. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/429037-overview#a1
7. Justiz Vaillant AA, Modi P, Mohammadi O. Graft Versus Host Disease. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538235/
19. Patterson TF, Thompson GR 3rd, Denning DW, Fishman JA, Hadley S, Herbrecht R, Kontoyiannis DP, Marr KA, Morrison VA, Nguyen MH, Segal BH, Steinbach WJ, Stevens DA, Walsh TJ, Wingard JR, Young JA, Bennett JE. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Aspergillosis: 2016 Update by the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2016 Aug 15;63(4):e1-e60. doi: 10.1093/cid/ciw326. Epub 2016 Jun 29. PMID: 27365388; PMCID: PMC4967602.
20. Jakharia N, Howard D, Riedel DJ. CMV Infection in Hematopoietic Stem Cell Transplantation: Prevention and Treatment Strategies. Curr Treat Options Infect Dis. 2021;13(3):123-140. doi: 10.1007/s40506-021-00253-w.
21. Pellegrini M, Bernabei F, Barbato F, Arpinati M, Giannaccare G, Versura P, et al. Incidence, Risk Factors and Complications of Ocular Graft-Versus-Host Disease Following Hematopoietic Stem Cell Transplantation. Am. J. Ophthalmol. 2021;227:25–34.
22. Saw JL, Sidiqi MH, Mauermann ML, Alkhateeb H, Naddaf E. Immune-mediated neuromuscular complications of graft-versus-host disease. Muscle Nerve 2021;63:852–60.

Penatalaksanaan Graft Versus Hos...
Edukasi dan Promosi Kesehatan Gr...

Artikel Terkait

  • Stop Premedikasi untuk Transfusi Darah
    Stop Premedikasi untuk Transfusi Darah
  • Memahami Infeksi Oportunistik pada Transplantasi Organ
    Memahami Infeksi Oportunistik pada Transplantasi Organ
  • Seberapa Seringkah Aman Melakukan Donor Darah
    Seberapa Seringkah Aman Melakukan Donor Darah
  • Efek Penggunaan Tabung Sampel Darah yang Lebih Kecil Terhadap Kebutuhan Transfusi pada Pasien ICU – Telaah Jurnal Alomedika
    Efek Penggunaan Tabung Sampel Darah yang Lebih Kecil Terhadap Kebutuhan Transfusi pada Pasien ICU – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 23 November 2024, 04:36
Syarat tekanan darah pada pasien dengan CKD untuk dilakukan transfusi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok mohon share ilmunya, saya sering mendapatkan pasien di IGD dengan CKD Anemia pro trabsfusi sekian kolf, terkadang ada yang diberi premed ada yg tidak,...
Anonymous
Dibalas 01 Oktober 2024, 08:50
Pemberian ca gluconas pada pasien transfusi PRC masif
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya dan mohon koreksi, saya dulu pernah diajari ketika iship oleh dokter IGD kalau transfusi PRC hanya boleh dilakukan maks 4...
dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
Dibalas 04 Juli 2024, 08:55
Mengapa Donor Darah Rutin Penting? Temukan Manfaatnya!
Oleh: dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
1 Balasan
🩺 Pentingnya Donor Darah Secara Rutin: Manfaat dan KeamanannyaMenurut pernyataan dari American Red Cross, proses mendonorkan darah adalah aman dan bermanfaat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.