Epidemiologi Infertilitas Pria
Data epidemiologi memperkirakan bahwa infertilitas pria berkontribusi sebesar 30% dari seluruh masalah kesuburan. Hingga 90% dari angka tersebut diperkirakan berkaitan dengan jumlah sperma yang rendah atau kualitas sperma yang rendah atau keduanya.[6]
Global
Infertilitas diperkirakan menjadi masalah pada 8-12% pasangan usia reproduksi. Data dari tahun 1990 hingga 2017 menunjukkan bahwa setiap tahunnya angka kejadian infertilitas pada pria meningkat sebanyak 0,291%.[2]
Penelitian mengenai prevalensi infertilitas pada pria lebih banyak didapatkan pada negara maju seperti area Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Di Amerika Serikat, sekitar 50% pasangan muda yang sehat tidak mampu mencapai kehamilan dalam tahun pertama berhubungan seksual tanpa kontrasepsi. Data yang ada memperkirakan bahwa hingga 30% masalah kesuburan mungkin disebabkan oleh infertilitas pria dan hingga 90% di antaranya disebabkan oleh jumlah sperma yang rendah atau kualitas sperma yang rendah atau keduanya.[1,6]
Indonesia
Data epidemiologi dari infertilitas pria di Indonesia masih belum tersedia. Data yang tersedia hanyalah data lokal pada beberapa rumah sakit rujukan.
Pada tahun 2017, 50% dari pasien yang mengunjungi Poli Andrologi di Rumah Sakit Dr. Soetomo adalah pasien infertilitas. Studi ini juga mendapatkan varikokel sebagai penyebab infertilitas pria terbanyak.[8]
Mortalitas
Hingga saat ini belum dilaporkan kematian langsung akibat infertilitas pada pria. Penelitian tahun 2020 menunjukkan bahwa pria dengan infertilitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian, terutama pria yang memiliki kualitas sperma yang lebih buruk. Umumnya mortalitas pada pasien pria dengan infertilitas terjadi akibat kondisi medis lain seperti adenoma pituitari, gagal ginjal, dan tumor testis.[3,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita