Etiologi Infertilitas Pria
Secara garis besar, etiologi dari infertilitas pria terbagi atas hipogonadisme, penyakit genetik, penyakit sistemik, varikokel, obstruksi duktus ejakulatorius, kriptorkismus, kegagalan ejakulasi, dan penyakit testikuler didapat. Pada sekitar 50% kasus pasangan dengan infertilitas, infertilitas pria umumnya disertai dengan kelainan pada parameter analisis semen, termasuk gangguan gerak sperma, jumlah sperma kurang atau tidak ada, atau kombinasi keduanya.[1,2]
Etiologi kongenital dari infertilitas pria adalah anorchia, ketiadaan vas deferens kongenital, kriptorkismus, mikrodelesi kromosom Y, endokrinopati genetik, dan obstruksi kongenital. Infertilitas pria juga bisa disebabkan kelainan genetik atau kromosom seperti sindroma Klinefelter, sindroma Kallman, translokasi Robertsonian, dan sindroma insensitivitas androgen ringan.[2,4]
Sementara itu, etiologi didapat dari infertilitas pria adalah varikokel, trauma testis, torsio testis, tumor sel germinal, dan hipogonadisme hipogonadotropik didapat. Infertilitas juga bisa berkaitan dengan infeksi urogenital, obstruksi traktus urogenital, adanya antibodi antisperma, tindakan pembedahan yang mengganggu vaskularisasi testis, dan disfungsi seksual. Selain itu, infertilitas pria bisa disebabkan oleh kemoterapi, radioterapi, atau penyakit sistemik seperti sirosis dan gagal ginjal.[1-4]
Faktor Risiko
Faktor risiko dari infertilitas pria adalah kelainan genetik, merokok, obesitas, dan stress psikologis.[2]
Kelainan Genetik
Beberapa penyakit akibat defek genetik yang dilaporkan berkaitan dengan kejadian infertilitas pria antara lain hemokromatosis, penyakit ginjal polikistik autosomal dominan, cystic fibrosis, hiperplasia adrenal kongenital, sindrom Prader-Willi, dan sindrom Kallman. Sementara itu, sejumlah kelainan akibat aberasi kromosom seperti sindrom Klinefelter, sindrom XYY, sindrom Noonan, dan mikrodelesi kromosom Y juga berperan dalam meningkatkan risiko infertilitas pada pria.[1-5]
Obesitas
Terdapat hubungan antara obesitas dengan jumlah sperma. Pasien yang mengalami obesitas lebih berisiko mengalami oliogozoospermia dan azoospermia dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian pula dengan pola diet, makanan tinggi lemak, produk susu, alkohol, kopi, dan minuman manis berhubungan dengan penurunan kualitas sperma.[5]
Merokok
Telah banyak diteliti mengenai relasi merokok dengan kualitas sperma. Meski demikian, mekanisme yang pasti masih belum jelas. Diduga ada efek dari stress oksidatif pada pasien yang merokok. Merokok menyebabkan penurunan jumlah sperma dan kelainan dalam morfologi sperma, sehingga menurunkan kualitas sperma pada pria.[5]
Stress
Pada pria dengan stress psikologis ditemukan konsentrasi sperma yang rendah dan penurunan motilitas sperma. Penurunan dari testosterone akibat stress akan meningkatkan kortikosteroid dan menurunkan kualitas dari sperma. Pola tidur pada pasien juga dapat mempengaruhi. Durasi tidur ditemukan berkorelasi dengan ukuran testis pada pria. Sekresi testosterone dipengaruhi oleh pola diurnal, dimana kenaikan dari testosterone terjadi pada fase rapid eye movement (REM).[5]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita